Dimanapun
kita berada, kita harus memberikan contoh di setiap lingkungan
kita...seorang dai/daiah bukanlah orang yang hanya mampu mengatakan
ana, anty, mampu beretorika belaka, menjadi "idola' ketika di Lembaga
Da'wah namun membaur ketika berada di luarnya...begitu menjaga hijab
ketika berinteraksi dilingkungan mushola namun ketika berbaur di kelas,
di jalan atau di kegiatan lainnya melebur bersama orang yang tidak
paham akan urgensi hijab. bagaimana tanggapan mentis/mutorobbi antum
ketika mendapati murobbinya sering eksis di FB menulis status " aduh
lagi pusing", "lagi Makan Bakso ma si fulan" atau mengkomentari status
lawan jenis dengan kata-kata yang memuji satu sama lain yang mungkin
baginya adalah suatu yang sah-sah saja tanpa memikirkan
pelajaran/kesimpulan yang tentu tidak akan sama bagi orang lain,
terlebih mutarobbinya ketika membacanya.."ternyata Mba/kakak/MR ana
gini juga, jadi gak apa-apa dunk klo ana juga gini" dll
Teringat perkataan seorang Ustadz, tiga zona yang harus dijaga: haram, syubhat dan mubah. sebagai aktivis da'wah, tuk hal yang bersifat mubah, kita harus berhati-hati jika berlebihan didalamnya..nonton adalah hal yang mubah namun jika terlalu lama maka itu tidak akan baik bagi ruhiyah apalagi tidak jarang suguhan televesi menyuguhkan hal-hal yang sia bahkan menjurus pada maksiat..online di FB adalah suatu hal yang mubah, namun jika terlalu asyik hingga melupakan solat tepat waktu dan tilawah harian bahkan menghabiskan waktu 'menebar' pesona atau mengomentari tauziyah lawan jenis dangan kata-kata pujian, maka kita harus berhati-hati dengannya.
ikhwafillah, saling mengingatkan
1.kita adalah dai sebelum menjadi apapun. tampilkanlah ia disetiap gerak gerik kita dimanapun kita berada. sebagaimana ketaqwaan itu, adalah sesuatu yang kita tetap konsisten dengan apa yang menjadi perintah Allah walaupun disaat kita sendiri. fitnah terhadap da'wah yang mulia ini boleh timbul karena akhlak da'i maupun da'iah yang ada didalamnya
2.da'wah bukanlah segalanya namun segalanya tidak akan ada tanpa da'wah
3.kitalah yang mbutuhkan da'wah bukan sebaliknya..
Teringat perkataan seorang Ustadz, tiga zona yang harus dijaga: haram, syubhat dan mubah. sebagai aktivis da'wah, tuk hal yang bersifat mubah, kita harus berhati-hati jika berlebihan didalamnya..nonton adalah hal yang mubah namun jika terlalu lama maka itu tidak akan baik bagi ruhiyah apalagi tidak jarang suguhan televesi menyuguhkan hal-hal yang sia bahkan menjurus pada maksiat..online di FB adalah suatu hal yang mubah, namun jika terlalu asyik hingga melupakan solat tepat waktu dan tilawah harian bahkan menghabiskan waktu 'menebar' pesona atau mengomentari tauziyah lawan jenis dangan kata-kata pujian, maka kita harus berhati-hati dengannya.
ikhwafillah, saling mengingatkan
1.kita adalah dai sebelum menjadi apapun. tampilkanlah ia disetiap gerak gerik kita dimanapun kita berada. sebagaimana ketaqwaan itu, adalah sesuatu yang kita tetap konsisten dengan apa yang menjadi perintah Allah walaupun disaat kita sendiri. fitnah terhadap da'wah yang mulia ini boleh timbul karena akhlak da'i maupun da'iah yang ada didalamnya
2.da'wah bukanlah segalanya namun segalanya tidak akan ada tanpa da'wah
3.kitalah yang mbutuhkan da'wah bukan sebaliknya..
Ada dua kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang juru da'wah:
1. Kompetensi untuk menjadi uswah/contoh bagi orang lain
2. Kompetensi untuk beretorika, menyampaikan pesan da'wah.
Diantara kedua kompetensi tersebut. maka kompetensi menjadi contoh bagi orang lain jauh lebih utama dibandingkan kompetensi retorika.
Bagi seorang da'i sejati, saat menapaki jalan dakwah merupakan saat pembuktian janji kepada Allah dan Rasul-Nya. Ketika itu, perjalanan dakwah akan terasa sangat panjang. Dia menyadari bahwa tidak mungkin kembali ke garis start dengan alasan belum siap menghadapi tribulasi, tantangan dan ujian yang menghadang di fase berikutnya. Jika Rasulullah saw, dan para sahabatnya berargumentasi dengan hal tersebut, tentu perang badar tidak akan pernah terjadi dan kemenangan yang gemilang itupun tidak akan diraih. Padahal pada saat itu, beliau dan para sahabatnya hanya menyiapkan perlengkapan untuk menghadapi pasukan perang Quraisy yang dipersenjatai dengan lengkap.
Inilah bukti sejarah bahwa jika janji dan komitmen seorang da'i tulus, maka ia tidak akan mundur ketika berada di mendan amal dan medan pertempuran, ia akan terus bertahan, lalu bergerak kembali untuk menyerang atau menghancurkan musuh dan konspirasi mereka. Dia akan menuanaikan seluruh amanah dakwah yang ada diseluruh pundaknya, untuk menyeru masyarakatnya kembali kepada Allah dan Rasulnya. Dia menyadari bahwa Allah lah penentu segalanya. Namun, diapun tidak takut ketika nyawanya harus lepas dari jasad untuk membuktikan janji kepada Tuhan yang menggenggam jiwanya.
allahu a'lam bi showab...
Maroji':
1.Komitmen Da'i Sejati
1 komentar:
Ilmunya bermanfaat..!! Mari pererat sesama Blogger Muslim..!! bergabunglah bersama untuk Da'wah ini
Posting Komentar