Ketika
Matahari menampakkan diri di pagi hari, dan terus menerpakan sinarnya ke setiap
sudut alam hingga puncaknya pada tengah hari. Menjelang senja, ia pun mulai
bersiap-siap meninggalkan singgasananya untuk bertukar peran dengan rembulan
yang akan bercahaya menerangi malam hingga fajar…
Bunga-bunga
yang hari ini terlihat indah merekah, satu dua hari kemudian akan layu dan
memudar warnanya, bisa karena hempasan angin, sengatan matahari atau terusik
unggas. Dedaunan akan tetap berwarna hijau bila ianya tetap menyatu dengan
tangkainya, tatkala ia luruh dan jatuh ke tanah, mengeringlah ia…
Embun
pagi yang bening di ujung daun, dalam beberapa detik takkan lagi terlihat.
Setelah jatuh, habislah ia. Tinggal menunggu esok pagi kan datang tuk bisa menikmati kembali
beningnya…
Bayi mungil, lucu dan menyenangkan saat lahir, beranjak dewasa, kemudian tua dan akhirnya mati. Kemudian, generasi berikutnya hadir, hingga diakhiri lagi dengan kematian...
Itulah hidup.
Seperti matahari yang tak pernah
selamanya bersinar, seperti daun yang mengering saat tanggal dari tangkainya,
seperti embun yang meski sedemikian indah, hanya sekian detik saja umurnya.
Seperti hujan yang mungkin setiap hari turun tak pernah berhenti, tak pernah
setiap yang diciptakan Tuhan di alam ini, berkuasa untuk tetap memiliki
kejadiannya seutuhnya. Karena mereka hanya makhluk, yang semuanya terus berubah
dan berujung pada akhir. Tak seperti Pencipta semua makhluk itu sendiri, karena
Ianya tak berawal, maka tak ada akhirnya pada-Nya. Sedangkan kita, atau makhluk
lainnya, memiliki awal, dan sudah pasti tertulis sudah akhirnya. Kita hanya
tinggal menunggu waktu kematian itu akan menyapa kita.
Diriwayatkan dari sahabat Hudzaifah
r.a. bahwa ketika kematian menjemputnya, ia berkata, "Kekasih datang dalam
keadaan miskin. Tiadalah
beruntung siapa yang menyesali kedatangannya. Ya ALLOH, jika Engkau tahu bahwa
kefakiran lebih aku sukai daripada kaya, sakit lebih aku sukai daripada sehat,
dan kematian lebih aku sukai daripada kehidupan, maka mudahkanlah bagiku
kematian sehingga aku menemui-Mu."
Wahai sahabat, marilah kita banyak
mengingat kematian.Karena dengannya akan menstimulasi diri kita untuk melakukan
segala sesuatu yang bermanfaat. Karena dengannya akan menginhibitor diri kita
berbuat dosa dan maksiat. Karena dengannya kita berharap ketika malaikat Izrail
datang menjemput saat itu, alhamdulillah kita sedang dalam kondisi ingat kepada
ALLOH. Inilah khusnul
khatimah.
** Tuk saudariku tercinta. Sungguh kepergianmu telah menggoreskan pilu yang dalam dihati
ini akan kehilanganmu yang begitu sangat cepat. Semoga adinda menemukan
kebahagiaan disana karena telah menemui Kekasih yang dirindui. Allah Azza Wa
Jalla. Selamat jalan adinda. Tenanglah engkau di peristirahatanmu, Semoga Allah
mencurahkan rahmat-Nya untuk mempertemukan kita di Jannah-Nya kelak. Allahu
Amin,
0 komentar:
Posting Komentar