Temukan Kunci Syurga itu Dirumahmu Ukhti...


Mungkin ini hanya sebuah kisah tentang nasihat seorang ayah pada putrinya. Tapi ia menjadi kisah begitu berharga karena dua hal. Pertama, karena orang yang memberi nasihat, dan kedua kepada siapa nasihat tersebut diberikan. Ya, nasihat tersebut keluar dari lisan seorang manusia yang paling agung akhlaknya. Setiap untaian kata yang keluar dari lisannya ibarat mutiara yang begitu berharga. Dialah Baginda Rasulullah Saw. Dan orang yang mendapatkan nasihat tersebut adalah putri kesayangan Beliau, Fatimah Az Zahra ra.
 “Kelak di Syurga, yang akan memimpin para muslimah penghuni Syurga adalah Fatimah r.a. ia adalah teladan para muslimah sepanjang zaman” Begitulah keanggunan pribadi Fatimah ra yang diungkapkan oleh Rasulullah saw.

Suatu hari masuklah Rasulullah SAW menemui anandanya Fatimah az-zahra. Didapatinya anandanya sedang menggiling syair (sejenis bijian) dengan menggunakan sebuah penggilingan tangan dari batu sambil menangis. Rasulullah SAW bertanya pada anandanya, "Apa yang menyebabkan engkau menangis wahai Fatimah? semoga Allah SWT tidak menyebabkan matamu menangis". Fatimah ra. berkata, "ayahanda, penggilingan dan urusan-urusan rumah tangga lah yang menyebabkan ananda menangis".

Lalu duduklah Rasulullah SAW di sisi anandanya. Fatimah ra melanjutkan perkataannya, "ayahanda sudikah kiranya ayahanda meminta 'Ali (suaminya) mencarikan ananda seorang jariah untuk menolong ananda menggiling gandum dan mengerjakan pekerjaanpekerjaan di rumah?".  Mendengar perkataan anandanya ini maka bangunlah Rasulullah SAW mendekati penggilingan itu. Beliau mengambil syair dengan tangannya yang diberkati lagi mulia dan diletakkannya di dalam penggilingan tangan itu seraya diucapkannya "Bismillaahirrahmaanirrahiim". Penggilingan tersebut berputar dengan sendirinya dengan izin Allah SWT. Rasulullah SAW meletakkan syair ke dalam penggilingan tangan itu untuk anandanya dengan tangannya sedangkan penggilingan itu berputar dengan sendirinya seraya bertasbih kepada Allah SWT dalam berbagai bahasa sehingga habislah butir-butir syair itu digilingnya.

Rasulullah SAW berkata kepada gilingan tersebut, "berhentilah berputar dengan izin Allah SWT". Maka penggilingan itu berhenti berputar lalu penggilingan itu berkata-kata dengan izin Allah SWT yang berkuasa menjadikan segala sesuatu dapat bertutur kata. Maka katanya dalam bahasa Arab yang fasih, "ya Rasulullah SAW, demi Allah, Tuhan yang telah menjadikan engkau dengan kebenaran sebagai Nabi dan Rasul-Nya, kalaulah engkau menyuruh hamba menggiling syair dari Masyriq dan Maghrib pun niscaya hamba gilingkan semuanya. Sesungguhnya hamba telah mendengar dalam kitab Allah SWT suatu ayat yang berbunyi : (artinya)
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya para malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang dititahkan-Nya kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang dititahkan". Maka hamba takut, ya Rasulullah kelak hamba menjadi batu yang masuk ke dalam neraka. Rasulullah SAW kemudian bersabda kepada batu penggilingan itu, "bergembiralah karena engkau adalah salah satu dari batu mahligai Fatimah az-zahra di dalam syurga".

Maka bergembiralah penggilingan batu itu mendengar berita itu kemudian diamlah ia. Rasulullah SAW bersabda kepada anandanya, "Jika Allah SWT menghendaki wahai Fatimah, niscaya penggilingan itu berputar dengan sendirinya untukmu. Akan tetapi Allah SWT menghendaki dituliskan-Nya untukmu beberapa kebaikan dan dihapuskan oleh Nya beberapa kesalahanmu dan diangkat-Nya untukmu beberapa derajat.

Ya Fatimah, perempuan mana yang menggiling tepung untuk suaminya dan anak-anaknya,  Maka Allah SWT menuliskan untuknya dari setiap biji gandum yang digilingnya suatu kebaikan dan mengangkatnya satu derajat.

Ya Fatimah, perempuan mana yang berkeringat ketika ia menggiling gandum untuk suaminya maka Allah SWT menjadikan antara dirinya dan neraka tujuh buah parit.

Ya Fatimah, perempuan mana yang meminyaki rambut anak-anaknya dan menyisir rambut mereka dan mencuci pakaian mereka maka Allah SWT akan mencatatkan baginya ganjaran pahala orang yang memberi makan kepada seribu orang yang lapar dan memberi pakaian kepada seribu orang yang bertelanjang.

Ya Fatimah, perempuan mana yang menghalangi hajat tetangga-tetangganya maka Allah SWT akan menghalanginya dari meminum air telaga Kautshar pada hari kiamat.

Ya Fatimah, yang lebih utama dari itu semua adalah keredhaan suami terhadap isterinya. Jikalau suamimu tidak redha denganmu tidaklah akan aku do'akan kamu. Tidaklah engkau ketahui wahai Fathimah bahwa redha suami itu daripada Allah SWT dan kemarahannya itu dari kemarahan Allah SWT?.

Ya Fatimah, apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya maka beristighfarlah para malaikat untuknya dan Allah SWT akan mencatatkan baginya tiap-tiap hari seribu kebaikan dan menghapuskan darinya seribu kejahatan. Apabila ia mulai sakit hendak melahirkan maka Allah SWT mencatatkan untuknya pahala orang-orang yang berjihad pada jalan Allah yakni berperang sabil.  Apabila ia melahirkan anak maka keluarlah ia dari dosa-dosanya seperti keadaannya pada hari ibunya melahirkannya dan apabila ia meninggal tiadalah ia meninggalkan dunia ini dalam keadaan berdosa sedikitpun, dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman syurga, dan Allah SWT akan mengkurniakannya pahala seribu haji dan seribu umrah serta beristighfarlah untuknya seribu malaikat hingga hari kiamat.

Ya Fatimah, perempuan mana yang melayani suaminya dalam sehari semalam dengan baik hati dan ikhlas serta niat yang benar maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya semua dan Allah SWT akan memakaikannya satu persalinan pakaian yang hijau dan dicatatkan untuknya dari setiap helai bulu dan rambut yang ada pada tubuhnya seribu kebaikan dan dikurniakan Allah untuknya seribu pahala haji dan umrah.

Ya Fatimah, perempuan mana yang tersenyum dihadapan suaminya maka Allah SWT akan memandangnya dengan pandangan rahmat.

Ya Fatimah, perempuan mana yang menghamparkan hamparan atau tempat untuk berbaring atau menghias rumah untuk suaminya dengan baik hati maka berserulah untuknya penyeru dari langit(malaikat), "teruskanlah 'amalmu maka Allah SWT telah mengampunimu akan sesuatu yang telah lalu dari dosamu dan sesuatu yang akan datang".

Ya Fatimah, perempuan mana yang meminyakkan rambut suaminya dan janggutnya dan memotongkan kumisnya sertakukunya maka Allah SWT akan memberinya minuman dari sungai-sungai syurga dan Allah SWT akan meringankan sakratulmautnya, dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman syurga serta Allah SWT akan menyelamatkannya dari api neraka dan selamatlah ia melintas di atas titian Sirat".

Indah bukan nasihat tersebut. Sebuah nasihat yang Rasulullah saw tidak hanya tujukan kepada putri Beliau saja namun kepada para muslimah yang mendambakan menjadi wanita yang merindukan syurga dan syurga pun merindukan kehadirannya. Ya, menjadi isteri yang sholehah. Isteri yang senantiasa berjuang bersama-sama suami menyebarkan fikrah Islamiyyah.Keletihan suami setelah melaksanakan tugas harian dan berdakwah disambut dengan wajah yang berseri dengan ucapan kata-kata yang dapat member kekuatan jiwa untuk lebih istiqamah, ketika menghadapi banyaknya permasalahan, tanpa mempunyai perasaan bosan dan jemu. Mengizinkan dan merasa bahagia melihat suami menjalankan tugas Islam tidak kira masa dan waktu. Bersedia memberikan rumahnya, hartanya dan masanya untuk tugas yang murni ini dengan hati yang penuh redha. Isteri yang senantiasa melaksanakan tugas-tugas yang diamanahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan bersedia untuk menghadapi segala ujian-ujian dari Allah SWT.

Terakhir, sebagai penutup catatan ini, saya ingin menyampaikan sebuah hadist yang pernah disampaikan Rasulullah SAW:"Sebaik-baik wanita ialah perempuan yang apabila engkau memandangkan ia menyukakan hati dan apabila engkau tidak ada ia menjaga harta engkau dan memelihara dirinya." Semoga aku, kamu dan kita semua termasuk menjadi sebaik-baik wanita seperti yang dimaksudkan hadist diatas. Allahumma amin.

Wahai diriku yang dhoif…senantiasalah belajar meneladani Fatimah ra.
Untuk saudariku muslimah  dimanapun berada, ketika saat ini engkau telah menikah, maka temukanlah kunci pintu syurga di rumahmu…

RENUNGAN BAGI UKHTI YANG MENANTI PANGERAN IMPIAN


Apa yang terbayang ketika antum semua membaca kisah hidupnya Nabi Muhammad SAW…Umar bin Abdul Aziz….atau tentang Nabi Isa ?...Ya, mereka semua adalah laki- laki yang telah menoreh sejarah…Namanya abadi di lembaran sejarah. Yang membuat kita kagum.
Tetapi pernahkah kita berpikir…siapakah wanita yg berada di balik keagungan nama-nama di atas? Yang mengantarkan mereka menjadi pengisi tinta sejarah ummat ini? Inilah mungkin yang ingin aku renungkan. Sebuah kesholihan wanita yang dari darah dagingnya menitis seorang anak.
Pada lintasan sejarah, gadis penjual susu itu hanyalah satu nama dari begitu banyak nama wanita-wanita sholihah yang mampu melahirkan generasi-generasi Robbani. Sebutlah Maryam..yang menjaga diri dengan beribadah dan bermunajat kepada Allah. Juga Aminah ..ia adalah bunga suku Quraisy yang terkenal karena menjaga  kehormatannya.

Ada apa dengan wanita-wanita itu ?
Sehingga Allah memilihnya menjadi wanita-wanita terhormat karena dari rahimnya lahir generasi-generasi robbani ? Generasi –generasi penyelamat kaumnya yang mampu menunjukkan kebenaran illahi. Pun, mereka menjadi pewarna sebuah peradapan pada masa dimana mereka hidup. Pertanyaan sekaligus harapan yang mengendap di hatiku…mampukah dari rahim ini lahir generasi-generasi robbani yang bisa dibanggakan? Tidak usahlah seperti umar bin abdul aziz atau Nabi Isa..terlebih-lebih Nabi Muhammad SAW, tetapi paling tidak mereka kelak mampu membuatku tersenyum bangga, kebanggaan yang hakiki. Sebab mereka adalah anak-anak yang menjadikan Allah sebagai tujuan hidupnya. Mereka bangga dengan keislamannya dengan berusaha memberi manfaat kepada manusia lain. Membayangkan itu saja, rasanya tiba-tiba semangat menikah membuncah, memenuhi relung-relung hati yang sering merasa malu dengan kehadiran sebuah hasrat penuh misteri. Tetapi aku sadar bahwa sebesar apapun semangat itu, jika Allah belum berkehendak maka masa pernikahan itupun tak datang padaku atau siapapun. Aku juga tidak ingin melanjutkan pertanyaan itu menjadi..kenapa aku belum menikah ? atau kenapa Allah belum memberi jodoh?

Justru aku berpikir bahwa aku harus mampu memanfaatkan kesempatan ini untuk mendidik diri agar menjadi wanita shalihah agar kelak rahim ini mampu melahirkan anak-anak mulia dan sholih. Tentu itu bukan semata persoalanku semata tetapi persoalan semua akhwat mu’minat yang sampai saat ini Allah belum mempertemukan dengan seseorang laki-laki sebagai jodohnya.
Akhwat mu’minat, aku yakin kita semua memiliki mimpi yang sama. Mimpi untuk membentuk keluarga sakinah dan melahirkan generasi rabbani penerus cita-cita umat. Generasi yang menjadi penghasung risalah mulia yang telah di wariskan oleh para Rasul dan Anbiya. Namun masalahnya, apakah kita sudah memahami, untuk melahirkan generasi rabbani penerus ummat itu, merupakan perjuangan keras tak kenal lelah? Perjuangan itu tidak hanya pada saat kita menikah, melainkan jauh sebelum kita memasuki mahligai pernikahan.

Menunggu ! Adalah pekerjaan yang sangat menjemukan dan sekaligus menjengkelkan ..kata sebagian orang. Dalam banyak hal memang selalu begitu. Pun saat menunggu saat pernikahan. Saat datangnya pendamping perjuangan. Betapa pergulatan rasa sedemikian beratnya sehingga raga pun merasa payah dan tak berdaya menanggung beban itu. Sakit ! Itu mungkin ekspresi raga saat menanggung beban itu. Ditambah lagi usia yang kian bertambah saja…tanpa sedikitpun berhenti sejenak…Putus asa pun menambah genangan su’udhzon kepada Allah.

UKHTI…tapi aku yakin..tidaklah demikian dengan kita. Kita memang wanita seperti yang lainnya, yang kata orang sering di dominasi perasaan. Mudah larut dalam logika rasa. Tetapi harus diingat bahwa kita adalah wanita dengan keimanan yang mendalam kepada Allah. Dengan keimanan itu kita gantungkan tali harapan kepadaNya. Bahwa kita meyakini Allah Maha mengatur dan mendengar suara para pendo’a seperti kita. Bahwa sekecil apapun peristiwa di muka bumi ini tidak pernah lepas dari pengaturanNya.

Semua telah diatur dan ditata oleh Allah sedemikian rupa. Dan Dia Maha Sempurna dalam menentukan yang terbaik bagi seorang hamba. Demikian pula dalam pernikahan. Itu adalah teramat mudah bagiNya. Kalau pun memang saat itu belum juga datang, kita harus tetap menjaga huznudhon kepadaNya. Dibalik semua itu pasti ada hikmah untuk kebaikan kita. Dalam penantian tanpa batas ini…karena hanya Allah Yang Maha Tahu…maka hendaklah kita manfaatkan kesempatan ini untuk mempercantik diri, memperbaiki kualitas di hadapan Allah. Hendaklah kita habiskan detik dan menit dalam hidup kita untuk melakukan amal sholih,untuk beribadah kepada Allah. Bukankah itu adalah tugas utama kita? Hidupkanlah munajat kepadaNya. Tengadahkan hati dan wajah kita hanya kepadaNya. Lupakan sejenak persoalan dunia seolah-olah maut menjemput esok. Tumpahkan beban jiwa. Sampaikan pengharapan-pengharapan kita. Akui dengan jujur dosa yang menghalangi hidayah kebenaran Illahi. Sertakan airmata sebagai pertanda kesungguhan dalam pengharapan dan pengampunan pada dzat yang maha sempurna kasihnya.

UKHTI... lembutkanlah hati dengan senantiasa membiasakan dzikir baik dengan lisan atau hati kita. Pada saat sendiri atau ditengah hiruk pikuk keramaian manusia. Dengan begitu kita tak akan mudah larut dalam logika kemanusiaan kita. Saat persoalan dunia menghimpit, ada Allah yang senantiasa kita ingat bahwa Dialah tempat berawal dan kembalinya masalah. Bahwa kemudian tumbuh keyakinan bahwa Allah tidak akan pernah membebani makhluknyaNya dengan sesuatu di luar batas kemampuannya. Pada saat kemudahan hidup kita kita tidak mudah lalai sombong atau bahkan berkacak pinggang. Ada Allah yang meminta kita mempertanggungjawabkan setiap amal kita.

UKHTI… mari kita jelang masa pernikahan dengan prestasi gemilang karena kita mampu mengisi masa penantian ini dengan keimanan terhadap takdir Allah. Bahwa Allah pasti memberikan yang terbaik bagi setiap diri kita. Kebahagiaan dan kesedihan adalah logika manusia. Semua menjadi indah dan penuh makna karena kesediaan kita terhadap garis ketentuanNya. Satu yang senantiasa harus kita ingat bahwa anak yang lahir dari rahim kita, mereka adalah manusia masa depan. Kepada mereka kita menitipkan segala harapan. Seperti apa peradapan yang akan berlaku di muka bumi ini akan sangat bergantung pada mereka. Warna apa yang hendak mereka torehkan ..itulah dunia !!

Dan aku yakin bahwa semua kita mengingikan bahwa Islam yang akan menjadi warna peradapan dunia ini. Aku Yakin itu ! Maka agar dari rahim ini lahir generasi rabbani nan sholih yang menghasung peradapan Islam, adalah sanagt penting kita dapat menegakkan keshalihan pribadi terlebih dulu. Wallahualam bishowab !

AKULAH MUJAHID ITU!!!

5 Tahun Silam...

Akulah salah seorang mahasiswi yang beruntung yang hadir di acara itu. Satu dari serangkaian momentum yang membawa ledakan perubahan bagi diriku. 

Di acara tersebut, seorang ustadzah (semoga Allah melimpahkan keberkahan atas beliau) menyampaikan sebuah nasihat yang begitu luar biasa dengan kata-kata yang begitu menggetarkan hati siapa saja yang mendengarkan.

Hingga hari ini nasihat yang beliau kutip dari perkataan Sayyid Qutb (semoga Allah melimpahkan keberkahan atas beliau) menjadi pengobar semangat ketika kelemahan datang menggoda jiwa. 

Moga Allah memberikan kekuatan dan keistiqomahan untuk tetap berada di jalan dakwah ilallah yang pernah dilewati Rasulullah saw mulia!!!


AKULAH MUJAHID ITU…………


Jika ada 1000 orang yang berjihad di jalan-Nya maka salah satu di antaranya adalah aku.
Jika ada 100 orang yang berjihad di jalan-Nya maka salah satu di antaranya adalah aku.
Jika ada 10 orang yang berjihad di jalan_Nya maka salah satu di antaranya adalah aku.
Jika hanya ada 1 orang yang berjihad di jalan-Nya maka itu adalah
  aku.
Dan jika tidak ada orang yang berjihad di jalan-Nya maka itu berarti syahid telah menjemputku.

Lemahlah setiap jiwa yang ingin lemah.
Mundurlah yang tidak kuat bertahan.
Silahkan yang mengalami kefuturan.
Diamlah yang tidak menginginkan perunbahan...
Tapi itu bukan aku.
Sekiranya semua sepakat untuk berhenti dari mengusung kemuliaan ini, 

aku akan tetap di sini, di jalan ini, bersama Rabb-ku..
Sampai kemenangan menjadi nyata atau syahid memuliakan diriku..

Sungguh, aku takkan pernah membiarkan tubuhku lelah berjuang..
Hingga rasa lelah itulah yang lelah mengejarku..

Innallaha ma'ana... 

Sesungguhnya Allah bersamaku...!

Inilah Aku...dan Kamu siapa?????