Surat Cinta Allah Untuk Ibuku






"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang ibu bapaknya, Ibunya telah mengandungnya Dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, ...."
(QS Luqman : 14)
Ibu tidak menjadikan dirinya tempat bersandar untuk anak-anaknya, tapi dengan dirinyalah, ia akan membuat anaknya mampu berdiri dengan tegak.


IBU. Itulah sebuah nama yang memiliki tempat khusus di hati setiap manusia. Bahkan oleh Rasulullah SAW, walaupun sangat sebentar merasakan kasih sayang seorang ibu, menyeru kepada umatnya untuk menaruh cinta kepada seorang ibu tiga tingkatan di atas cinta kepada ayah. Yah, paling tidak  aku memiliki asumsi tersendiri membenarkan ucapan manusia agung itu dengan alasan bahwa dalam hidup ini ada satu hal yang tidak akan mungkin dirasakan oleh seorang ayah sepanjang sejarah hidupnya, yaitu merasakan ada sesuatu yang hidup dan bergerak-gerak didalam perutnya.  Kelak, ku ingin menulis sebuah buku yang mengisahkan tentang ibuku agar semua orang tahu betapa sangat luar biasanya ibuku. Sebuah buku yang bisa menjadi inspirasi bagi semua ibu dalam melakoni perannya dalam keluarganya. Sebuah buku yang bisa menjadi motivasi bagi semua anak untuk memuliakan ibunya. Sebuah buku yang menggambarkan kebanggaanku memiliki ibu yang sangat sederhana namun kesederhanaan itulah yang membuatnya tampil dengan begitu anggunnya di mataku.


Semenjak kuliah, ku bisa menghitung berapa hari pertemuanku dengan ibu. Kerinduanku setelah setahun tidak bertemu, hanya tergantikan dengan beberapa hari berada di rumah. Tapi ku sangat bersyukur dengan keadaanku seperti ini. Hari-hari yang kulalui ketika jauh dengan keluarga justru membuat ku tahu betapa berharganya mereka dalam hidupku, terutama ibu.  Ku jadi ingat dulu, hampir 3 tahun lalu ketika pertama kali ku berpisah dengan Ibu karena harus kuliah di kota ini. Tiap kali menjelang tidur dan sehabis sholat atau saat sendiri, ku selalu menangis diam-diam karena teringat Ibu. Demi mengobati kerinduan atau sekadar mengetahui keadaanku di sini, sesekali ibu menelponku. Selama ini, ku memiliki kebiasaan untuk menceritakan hal-hal yang ku alami tanpa terlewatkan sedikitpun. Ibu selalu siap setiap saat menampung semua kisahku dan selalu memberikan masukan yang selalu ku ibaratkan mutiara berharga dalam hidupku. Namun, ada satu hal yang tidak ingin kusampaikan selama ku disini. Ketika ku sakit. Ku tidak mau ibu khawatir walaupun dalam saat-saat seperti itulah, ku ingin ibu berada disampingku.

Pernah suatu ketika, ku sakit dan sangat sulit melakukan segala sesuatunya. Untung saja, ada teman-teman di Kost, yang sudah ku anggap seperti saudara sendiri yang setia menemani. Saat itu, ku ingin sekali mendengar suara ibu walaupun hanya lewat telepon, namun keinginan tersebut ku urung karena khawatir ibu mengetahui keadaanku. Ku berencana akan menghubungi Ibu ketika ku sudah pulih kembali. Tak jarang ku bermimpi melihat wajah teduh ibu dikarenakan akumulasi kerinduanku pada sosok khadijah masa kini itu. ”Ibu, betapa saat ini ku ingin sekali menujumu. Merasakan kelembutan tanganmu, menatap wajah sejukmu, mendengarkan suara lantunan Al-Qur’anmu yang begitu indah”
Subhanallah. Seorang ibu memang memiliki perasaan yang tajam. Usai solat subuh, ibu menelpon dan menanyakan kesehatanku. Katanya, beberapa hari ini, wajahku selalu terbayang-bayang dan takut sesuatu yang buruk terjadi padaku. Tidak sekali dua kali hal itu terjadi. Tetapi hampir setiap kali ku sakit atau sekedar kelelahan setelah seharian beraktivitas.

Ibu, Ku tahu engkau senantiasa bermohon kepada Allah Swt agar ku menjadi anak sholehah, yang taat kepada Allah, serta dapat menjadi penerus dakwah Ilallaah ini. ku tahu engkau berusaha menjadi orang tua yang baik dan senantiasa mendidikku sesuai dengan tuntunan yang dicontohkan oleh Rosulullah Saw. Ku tahu rasa sakit yang kau rasakan saat melahirkanku terlupakan begitu saja sesaat setelah melihat ku lahir di dunia ini dengan selamat. Air matamu karena menahan sakit berganti menjadi senyum bahagia saat kau mendengar isak tangisku. Ku tahu saat engkau memarahiku karena ku tidak memperhatikanmu ketika mengajarkanku solat karena kau tidak mau melihatku menjadi anak yang tidak taat beribadah. Ku tahu saat engkau menangis ketika ku harus kuliah keluar kota karena kecintaan dan harapanmu yang besar terhadap diriku.

Malam ini, ku benar-benar sangat merindukanmu. Bagaimana tidak ibu, hampir setiap hari di seluruh media publikasi di televisi, koran, spanduk-spanduk dijalan hingga pengajian-pengajian rutin yang sering ku ikuti menyebut namamu dan memuliakan dirimu. Sore tadi ku baru saja ikut aksi hari ibu ini yang diadakan oleh seluruh muslimah yang tergabung dalam kesatuan Muslimah. Jangan khawatir ibu, insya Allah aksi yang ku dan teman-teman lain lakukan bukanlah aksi anarkis yang terkadang berujung bentrok dengan petugas keamanan seperti yang seringkali ibu lihat di televisi. Semua ini kulakukan, karena kecintaanku pada Allah dan Rasul-Nya, kepedulianku pada umat ini dan tentu saja karena sayangku padamu.Ku ingin kau bangga memiliki anak seperti aku sebagaimana bangganya diri ini terlahir dari rahimmu yang suci dan telah engkau tanamkan nilai syariat dalam diriku dengan penuh kelembutan walaupun ku tahu ku tidak akan mampu membalas pengorbanan, ketulusan, kasih sayang, sujud-sujudmu, bahkan air mata kesedihanmu. Semoga Allah sajalah yang membalas itu semua. Surga.

Ada sesuatu yang berbeda dengan aksi kali ini. Ada tetesan embun dingin menetes di hatiku. Hingga detik ini ku tidak mampu memahami itu semua. Betapa tidak ibu, membagikan bunga kepada setiap ibu yang melewati perempatan jalan seraya mengucapkan selamat hari ibu memunculkan kerinduan bagi diri ini terhadap sosokmu. Tanpa ku kehendaki, seakan-akan memori otakku memutar kembali segala kenangan indah tentangmu dengan sendirinya. Kenangan yang terlukis indah dalam hatiku. Bu, betapa besar keinginanku, engkau ada dihadapanku saat ini. Ku ingin menumpahkan segala perasaanku padamu. Tentang betapa ku sangat mencintaimu. Betapa bahagianya   aku karena Allah SWT memberikan nikmat-Nya padaku dengan menghadiahkan sosokmu untuk mengisi hari-hari dalam kehidupanku.

Dulu, disela-sela waktu istirahat siangmu. Engkau selalu memangillku yang dikala itu masih sering bermain dengan teman-temanku di rumah tetangga, pulang untuk mengaji. Tidak jarang ku abaikan panggilanmu dan memilih lari sejauh-jauhnya dan pulang ketika sore. Ketika pulangpun, ku selalu mengajinya dengan setengah hati bahkan sering terkantuk-kantuk dihadapanmu. Ku teringat akan nasehatmu, «Nak, kau harus bisa mengaji dan harus rajin membacanya. Kita harus malu jika tidak bisa membacanya».
Malam harinya,ibu selalu mengaji didekatku menjelang tidurku.

Saat ibu mengajarkanku makna tanggungjawab untuk membersihkan kamarku sendiri dan merapikan buku-buku pelajaranku. Ibu selalu mengatakan, « Nak, Allah itu maha bersih dan sangat menyukai sesuatu yang bersih.»
Saat ku terima raport dan mendapati diriku mendapat rengking pertama. Di tengah kebanggaanku dan kesenanganku, ibu pernah mengatakan, » Ibu, bangga denganmu.» Saat ku menanyakan apakah ibu akan kecewa jika ku tidak dapat mempertahankan prestasiku ? Dengan bijaksana ibu menjawab, « Yang penting kamu sudah berusaha maksimal, selebihnya kembalikan pada Allah. Ibu percaya engkau tidak akan mengecewakan ibu »
Saat ku beranjak dewasa dan mulai menggunakan jilbab. Ketika ibu mendapati diriku sedang marah terhadap sesuatu yang tidak kusenangi, ibu pernah menasehati, « Nak, kau harus malu dengan jilbabmu jika kamu tidak bisa mengendalikan emosimu. Kau harus mampu menjaga hatimu juga. » sungguh ibu, betapa malunya diriku saat itu.


Saat ku mengeluhkan kekecewaanku pada temanku yang tidak bisa menghargai usahaku. Dengan lirih engkau mengatakan, » Dalam hidup ini, kita tidak boleh selalu tertuju pada penilaian orang lain. segala sesuatu harus kamu lakukan dengan hati sehingga diakhir usahamu, kau tidak harus menunggu pujian dari orang lain. Karena kebahagian itu telah kau dapat saat kau mengerjakannya dan kaupun menikmatinya »
Saat ku menyakiti hatimu dan ku sangat menyesalinya. Ku datang padamu untuk meminta maaf. Ibu pernah mengatakan. « Ibu sudah memaafkanmu jauh sebelum kau meminta maaf. »
Saat ku mengatakan ku ingin membahagiakan ibu. Engkau selalu mengatakan, ”kebahagiaan ibu adalah melihatmu bahagia”
Saat ku menyadari betapa jarangnya ku memandang wajahmu. Airmataku yang sejak tadi coba kubendung, akhirnya tumpah juga. Ada getaran-getaran halus yang mengalir di hatiku. Pada saat liburan terakhir kemarin, ku dapati ibu tidur dengan pulasnya. Ku sengaja menyempatkan diri malam itu untuk melihatmu tertidur karena ku tahu saat-saat itulah gambaran perjuanganmu akan terlihat sangat jelas yang selama ini coba ibu sembunyikan di depan ku dibalik senyuman ketegaran dan kesabaran ibu. Ternyata benar ibu, kelelahanmu dan beratnya beban hidup yang selama ini ibu tanggung bisa kubaca dengan keriput wajahmu yang mulai nampak dan sekali-kali ku mendengar hembusan napas panjang disela-sela tidurmu.


Ibu, betapa aku ingin menujumu detik ini juga.

Ibu,

Jika engkau adalah matahari

aku tidak ingin datang malam hari

Jika engkau adalah embun

aku ingin selalu pagi hari

Ibu,

Durhakalah aku,

Jika ditelapak kakimu tidak kutemui surga itu

            (Fatin H)



Ibu, tahukah engkau? Ada sebuah keinginan besar ku saat ini. Disela-sela kesibukanku, ku ingin menyelesaikan hapalan Al-Qur’an ku di sebuah pondok.  Ku ingin ini menjadi suatu hadiah kejutan yang ku persembahkan untuk ibu dan ayah. Ku ingin Allah SWT menjadikan ibu dan ayah sebagai ratu dan raja di syurga- Nya kelak karena memiliki anak penghapal Al-Qur’an. Meskipun akan memakan waktu, ku berharap hadiah ini bisa kupersembahkan di sisa usiaku dan pada saat itu akan ku katakan, ”Ibu dan Ayah, ku persembahkan hapalan Al-Qur’an ini untukmu. Saat ini Allah SWt telah menyediakan sebuah istana untukmu di Jannah-Nya yang kelak kalian berdua adalah raja dan ratunya”. Amin ya Allah.

Robb, ampunilah dosa-dosa ku, dosa kedua orang tua ku dan sayangilah mereka seperti mereka menyayangi kami sejak kukecil,

Robb, janganlah Engkau timpakan beban yang berat kepada orang tua ku karena kesalahan yang kulakukan, Jangan pula Engkau siksa orang tuaku karena perbuatan ku,
Bimbinglah ku untuk menjadi anak yang sholehah yang selalu mendo’akan mereka, yang akan menjadi pahala yang tak terputus baginya. Aamiin

 
 
Nb: Untuk Ibuku Yang Saat Ini Sedang Berada Dirumah Dengan Segudang Cinta Dan Doa
Darinya kuperoleh berbagai pelajaran bermakna, yang dapat menuntunku mengarungi kehidupan masa datang.
Kesederhanaannya, membimbingku untuk mampu menjalani hidup sederhana. Kesabarannya, mengantarkanku menjadi manusia yang tahu makna kehidupan dan arti pengorbanan. 
Ketegarannya menghadapi masalah hidup, mengajarkanku untuk selalu optimis. 
Kesungguhannya bekerja, mengajariku untuk memanfaatkan setiap waktu dengan sebaik-baiknya


ditulis Desember 2008

DICARI AKHWAT SEJATI…

Alkisah, seorang santri putra sedang bersegera menemui Ustadznya. Dia bertanya pada sang Ustadz, "Ustadz, tolong ceritakan kepadaku tentang akhwat sejati.." Sang Ustadz pun tersenyum teduh dan menjawab, “Akhi…, akhwat sejati dilihat tidak semata dari sekedar jilbabnya ataupun jubahnya yang lebar, tetapi juga dari bagaimana ia menjaga pandangan mata (ghadhul bashar), sikap, akhlak, kehormatan dan kemurnian agamanya…Akhwat sejati tidak dinilai dari kelembutan suaranya semata, tetapi dari lantangnya ia mengatakan kebenaran di hadapan lelaki yang bukan mahramnya, sekalipun kebenaran itu mungkin menyakiti perasaannya sendiri.  Akhwat sejati, tidak bisa kau nilai dari berapa banyak sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya dengan anak-anaknya, keluarga dekatnya, para tetangga, serta orang-orang di sekitarnya. Akhwat sejati bukanlah dilihat dari bagaimana ia pintar berhias dan memasak masakan yang lezat, tapi bagaimana ia bisa faham dan mengerti selera dan variasi makan keluarganya dan mengerti bagaimana berpenampilan menarik di hadapan suami.”

“Kecerdasan akhwat sejati bukan dilihat dari seberapa cepat ia meraih gelar sarjana, namun dari kemampuannya mengatur finansial keluarga dan selalu merasa cukup (qonaah) dengan segala pemberian dari sang suami di saat lapang maupun di saat sempit. Jangan pernah kau menilai kecantikan sang akhwat hanya dari wajahnya yang cantik atau penampilan luarnya yang menarik. Kecantikan akhwat sejati bisa kau lihat dari bagaimana ia tersenyum tulus pada orang-orang yang ia cintai tanpa sebuah pemaksaan. Komitmen sang akhwat sejati tidak bisa dinilai dari berapa banyak ia menolak lelaki yang mencoba berta’aruf kepadanya, tetapi dari seberapa komitmennya untuk mengatakan, Tidak ada kata CINTA sebelum menikah.”
“Ingatlah akhi…kekuatan akhwat sejati bukanlah dilihat dari jumlah sabuk hitam yang melingkar di pinggangnya, bukan pula prestasi olahraganya. Kekuatan akhwat sejati dilihat dari sabarnya ia menghadapi lika-liku kehidupan dunia. Pemahaman akhwat sejati tentang Al Quran dilihat tidak hanya dari dari berapa banyak ia hafal Al-Quran, tapi lebih kepada pengamalan atas apa yang ia baca dan hafalkan dalam Al Quran dalam kehidupan sehari-harinya." 

Jawaban dari sang Ustadz perlahan ia cerna, namun jawaban itu ternyata belum memuaskan rasa ingin tahunya, sehingga sang murid kembali bertanya, "Ustadz, adakah akhwat yang dapat memenuhi kriteria seperti itu?". Sang Ustadz yang paham akan rasa ingin tahu muridnya kembali tersenyum teduh dan berkata, "Akhi, Akhwat-akhwat seperti itu memang ada, tapi amatlah langka. Sekalipun ada, biasanya mereka memiliki karakter khas atau ciri-ciri antara lain; Mereka sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya, serta tidak lepas dari memberikan kebaikan, setidaknya pada lingkungannya sendiri. Ia tidak ingin dikenal, kecuali diminta atau didesak oleh masyarakat sekitarnya. Ia berasal dari keturunan orang-orang yang shalih atau shalihat, berasal dari lingkungan yang sangat terpelihara, punya amal ibadah harian, mingguan dan bulanan lebih dari orang-orang kebanyakan. Hidupnya sederhana namun tetap menarik dan bermanfaat buat orang lain, dikenal sebagai tetangga yang baik hati. Berbakti terhadap orang tua, hormat kepada yang lebih tua dan sayang terhadap yang lebih muda, disiplin dengan sholat wajibnya, sering berpuasa sunnah dan qiyamullail, dan bisa jadi amalan ibadah terbaiknya disembunyikan dari mata orang-orang yang mengenalnya. Ia rajin berdzikir dan beristighfar, rajin mendoakan saudara-saudaranya terutama yang sedang dalam keadaan kesulitan atau sedang terdzolimi secara nyata ataupun tersembunyi.  akhwat sejati, rajin bersilaturahmi dan senantiasa berdedikasi dalam menuntut ilmu.” 

“Akhwat sejati, ia senantiasa menambah dan memperbaiki ilmunya dan menyampaikan semua ilmu yang ia ketahui setelah terlebih dahulu ia mengamalkannya, rajin membaca atau menghafal Al Quran atau hadits dan buku-buku yang bermanfaat, pintar atau kuat hafalannya, sangat selektif soal makanan atau minuman yang dikonsumsi. Akhwat sejati memiliki perhatian terhadap kebersihan dan sangat disiplin bila bersangkutan dengan bersuci. Ia terjaga dan senantiasa menjaga diri dari berdua-duaan, tidak memiliki kesenangan terhadap bergunjing pada orang lain. Bagi akhwat sejati, menjaga pikiran, lisan dan semua perbuatan sehingga terjauhkan dari perbuatan yang sia-sia adalah sebuah kewajiban. Ia senantiasa menerima keadaan dan pasrah, serta menjaga hatinya dari bersedih hati yang terlarut-larut. Akhwat sejati pandai menghibur dan pandai menutupi aib atau kekurangan dirinya dan orang-orang yang ia kenal, mudah memaafkan kesalahan atau kekeliruan orang lain tanpa diminta dan tanpa dendam, ringan tangan untuk membantu sesama, mudah berinfaq, ikhlas, jauh dari riya, takabur, dan sifat-sifat tercela.”

Jawaban dari sang Ustadz ternyata masih menyisakan rasa penasaran sang murid, sehingga bertanyalah lagi dia kepada Ustadz. “Ustadz, adakah cara untuk mendapatkannya? Atau setidak-tidaknya bisa mendapatkan seorang akhwat yang mendekati profil akhwat sejati? Sang Ustadz pun dengan bijak segera menjawabnya: “Ada, jika antum ingin mendapatkan akhwat sejati dan benar-benar shalihah sebagai teman hidup maka SHALIHKAN DAHULU DIRIMU!! karena Insya Allah akhwat yang shalihah adalah pada dasarnya juga untuk ikhwan yang shalih...“ 

"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)." (QS. An Nuur: 26)


 
Akhwat Sejati… Bukan dilihat dari kecantikan parasnya,Tetapi dari kecantikan hati yang ada dibaliknya.
Akhwat Sejati… Bukan dilihat dari bentuk tubuh yang mempesona,Tetapi dari sejauh mana dia berhasil menutup tubuhnya.
Akhwat Sejati… Bukan dilihat dari begitu banyaknya dia melakukan kebaikan, Tetapi dari keikhlasannya memberikan kebaikan itu.
 Akhwat Sejati… Bukan dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya Tetapi dari apa yang sering mulutnya bicarakan
 Akhwat Sejati… Bukan dilihat dari keahliannya berbicara… Tetapi dari bagaimana caranya berbicara
Akhwat Sejati… Bukan dilihat dari keberaniannya berpakaian,Tetapi dari sejauh mana dia mempertahankan kehormatannya
 Akhwat Sejati… Bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang dijalan, Tetapi dari kekhawatiran dirinya yang membuat orang tergoda
 Akhwat Sejati… Bukan dilihat dari seberapa banyak dan besar ujian yang dijalani, Tetapi dari sejauh mana dia menghadapi ujian dengan kesabaran
Akhwat Sejati… Bukan dilihat dari sifat supelnya bergaul, Tetapi dari sejauh mana dia menjaga kehormatannya dalam bergaul
 Allahu’alam bi showab
Muwajih: Amirul al-Mustadh'afin

Nb: sebuah nasihat berharga yang sayang untuk tidak direnungi  dan diposting (tentu saja ^__^)



Jiwa-Jiwa Yang Khusyu'


Saudaraku,
Dizaman sekarang ini, sangatlah sedikit sekali orang yang memiliki jiwa yang khusyu’.  Hambarnya iman dan miskinnya ilmu membuat hati semakin sempit, jiwa tidak menjadi tenang…sedikit saja cobaan hidup membuat hidup diliputi rasa pesimis dan cemas.Tidak ada gairah apalagi ghiroh (semangat). Lihatlah disana betapa banyak saudara-saudara kita yang harus menghabiskan hari-harinya di rumah sakit jiwa karena terperosoknya jiwa dalam kesulitan hidup yang begitu besar bagi mereka.  Kita harus siap menampung curhat mereka yang terkadang tidak sepenuhnya kita pahami. Kisah hidup mereka begitu sangat baik untuk dijadikan pelajaran hidup. Minimal, agar tidak berakhir seperti mereka...ups!!!  saya serius, pelajaran untuk bisa menyikapi apapun permasalahan hidup dengan hati yang lapang penuh kekhusyuan.
Saudaraku,
Salah satu kedudukan yang mesti diraih oleh orang-orang mukmin, adalah kedudukan orang-orang yang khusyu'. Allah Subhanahu wata'ala memberi kabar gembira terhadap orang-orang yang khusyu' sebagaimana firman Allah dalam Alqur'an :

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ ۞ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang khusyu' dalam sholatnya" (QS.Almukminun:1-2).

Saudaraku,
Orang-orang yang khusyu' adalah orang-orang yang mempunyai keyakinan yang kuat bahwa dia akan berjumpa dengan Allah dan dia akan kembali untuk mempertanggung jawabkan semua perbuatannya kepada Allah Subhanahu wata'ala. Sebagaimana firman Allah dalam Alqur'an :
وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ ۞ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُوا رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

"Dan mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan sholat. dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.Yaitu orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Rabbnya dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya" (Albaqarah : 45-46).
Saudaraku,

Allah ta'ala, memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk mempunyai sifat khusyu'. Sebaliknya, Allah ta'ala menyebut orang-orang yang tidak mempunyai sifat khusyu' akan terancam 2 bahaya yang besar yang akan membinasakan dirinya yaitu hati yang keras dan akan menjadi orang yang fasik.

 Allah Subhanahu wata'ala berfirman dalam Alqur'an :
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ

"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk khusyu'/tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun kepada mereka dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Alkitab kepadanya, lalu berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang yang fasik ( QS. Alhadid : 16 ).

Sesungguhnya ayat di atas memberikan gambaran bahwa orang-orang yang mempunyai hati yang khusyu', dia akan selalu dalam keadaan mengingat kepada Allah sehingga menjadikan hatinya akan hidup, lembut dan lunak sehingga hidayah Allah akan selalu datang kepadanya. Sebaliknya orang yang hatinya lalai dari mengingat Allah serta tidak meyakini perjumpaan dengan Allah maka hatinya akan menjadi mati, keras dan gelap serta jauh dari hidayah Allah Subhanahu wata'ala. Sehingga pada akhirnya Allah akan menjadikan orang tersebut akan lupa terhadap dirinya sendiri…
Allah Subhanahu wata'ala.  dalam firmanNya :

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهُمْ أُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

" Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. mereka itulah orang-orang yang fasik " (QS. Alhasyr : 19 ).

Saudaraku,

Orang yang khusyu' hatinya adalah orang yang selalu menghadirkan dalam hatinya bahwa dia akan berjumpa dengan Allah untuk mempertanggungjawabkan semua amal perbuatannya kepada Allah . Hatinya senantiasa akan hadir dan selalu terjaga oleh keyakinannya tersebut. Maka buahnya adalah dia akan selalu berhati-hati dalam setiap tindak tanduknya. Dia akan menjadi orang yang penuh prasangka baik kepada Allah dan dia akan menjadi orang yang serius dan sungguh-sungguh untuk mempersiapkan bekal dalam kehidupannya...tidak pernah lelah menyiapkan amalan terbaiknya (ahsanu amala) sepanjang hidupnya. sebagaimana firman Allah dalam Alqur'an :
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun "(QS.Almulk :2).


Hari ke hari dia akan berusaha menyempurnakan amal-amal kebaikannya, dia akan merasa risau jika dia meninggalkan atau mengurangi kewajibannya, yang itu merupakan hak Allah, sehingga pada titik terakhir dalam kehidupannya, dia akan berjumpa kepada Allah dengan amal terbaik yang telah dilakukannya. Inilah makna salah satu do'a Rosululloh Sholollohu alaihi wasallam:  " Ya Allah jadikanlah hari yang paling indah bagiku adalah hari ketika aku berjumpa denganMU dan jadikanlah amalku yang terbaik sebagai penutupnya ".

Saudaraku,
Begitu banyak profil orang-orang saleh yang memiliki jiwa yang khusyu’ yang bisa kita contohi. Seperti  profil nabi Zakaria dan istrinya sebagaimana firmanNya dalam Alqur’an :
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَباً وَرَهَباً وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

“Maka Kami memperkenankan do’anya, dan Kami menganugrahkan kepadanya Yahya dan jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dan cemas dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami “ (Al-anbiya’ : 90 ).

Dari ayat diatas memberikan gambaran tentang sifat orang yang khusyu’ yaitu: Bersegera dalam mengerjakan kebaikan. Karena dia memahami akan pentingnya amal soleh dan terbatasnya waktu yang diberikan Allah kepada dirinya. Dia tidak akan menunda-nunda amal. Serta Berdo’a kepada Allah dengan harap dan cemas. Cemas karena dosa-dosa yang telah diperbuatnya, yang itu akan membinasakannya. Cemas karena takut kalau amal-amal kebaikannya tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wata'ala. Adapun Harapnya seorang mukmin adalah Harapan akan ampunan Allah Subhanahu wata'ala dan harapan akan rahmat Allah, karena hanya karena rahmat Allahlah yang akan memasukkan dirinya kedalam jannah.

Saudaraku,
Semoga  Allah memasukkan kita dalam golongan orang-orang yang khusyu'. Allahumma amin
Allahu a’lam bi Showab.

Inspirasi: Ayat-ayat Allah dan pengalaman usai jaga di Rumah Sakit Jiwa Samarinda. 
Ditulis dini hari.


AKHWAT PEMBALAP


Embun Samarinda menyapa pagi itu. Ku bersiap meluncur bersama motor kesayangan (yang selalu setia menemani ke manapun ku pergi) menuju mushola kampus. Ku bersama beberapa panitia lainnya tidak sedang sibuk mempersiapkan kegiatan mushola. Melainkan kami ingin survei Lokasi Baksos (Bakti Sosial) Pengobatan gratis dan penyuluhan kesehatan di beberapa SMA dan kelurahan. Jam berangkat yang semulanya disepakati jam 7.30 WITA molor hingga jam 8.25 WITA. Setelah selesai Dhuha dan kordinasi terkait teknis, akhirnya perjalanan Samarinda-Tenggarong pun dimulai. Ada sekitar 9 ikhwan dan 5 akhwat yang ikut dalam rombongan.Sesuai kesepakatan, akhwat akan berada di tengah barisan konvoi. Para ikhwan membagi menjadi dua bagian; sebagai penunjuk jalan di depan dan satu lagi sebagai pemantau perjalanan.

Di perjalanan, kami singgah terlebih dulu di SPBU. Beberapa ke warung membeli sarapan (maklum banyak yang g sempat sarapan). Selama perjalanan, terkadang kami berhenti sejenak di tengah jalan tuk menyamakan kecepatan. Matahari berangsur-angsur berada di atas kepala. Akhirnya kami tiba sekitar jam 11.00-an di kelurahan yang dimaksud. Perjalanan ini ckup lama karena kami sempat tersesat ketika melewati pertambangan, hutan dan persawahan. Jalan menuju lokasi tersebut cukup mengerikan. Banyak tanjakan dan turunan curam. Sesekali rombongan ikhwan yang didepan menghentikan kendaraannya memastikan apa rombongan kami, para akhwatnya masih membuntuti dari belakang.

Ku tak menyangka lokasi baksos yang ingin didatangi benar-benar berada di pinggir kota. Serasa energi ini habis terkuras. Benar-benar sangat melelahkan…Mungkin panitia yang lain merasakan hal yang sama. Ternyata benar, semua terkapar di Masjid Raya saat menunggu solat zuhur. Setelah solat dan makan siang, perjalanan dilanjutkan menuju Dinas Pariwisata Tenggarong dulu sebelum akhirnya pulang. Akhirnya sekitar jam 15.00 WITA kami baru meninggalkan kota Tenggarong. Benar-benar molor dari waktu yang disepakati awal yaitu jam 14.00 WITA.

Diperjalanan pulang, rombongan kami sering berpapasan atau didahului oleh warga yang juga berkendaraan motor. Wah, mereka ngebut. Rombongan ikhwan yang semula seharusnya berada di belakang kami tiba-tiba melesat kedepan meninggalkan kami, para akhwat jauh di belakang. Lalu muncullah di pikiran kami, untuk menambah kecepatan. Agar bisa nyampe Samarinda tidak terlalu sore. Kecepatan motor kami mencapai 70 km/jam. Rombongan ikhwan pun satu persatu kami lewati. Kami berharap bisa meninggalkan mereka jauh di belakang agar tidak terkesan saling mendahului. Ku tambah kecepatan motorku hingga 85km/jam.

Sedikit demi sedikit kami para akhwat mengurangi kecepatan agar dapat rileks sejenak, mengurangi ketegangan. Namun, para ikhwan kembali berhasil mengejar kami. Awalnya kami hanya membiarkan saja. Namun, tiba-tiba ku teringat kalo sore itu ada rapat yang mesti di ikuti, beberapa akhwat dalam rombongan juga demikian. Akhirnya, ku bunyikan sinyal klakson kepada motor akhwat yang lain yang menandakan kami harus ngebut kembali. Dan kali ini, ku tambah laju motor hingga 95 km/jam. Akhwat lainnya pun demikian terus menambah laju motornya. Akhirnya tuk kedua kalinya, rombongan ikhwan yang awalnya jauh didepan berhasil kami lewati satu persatu.

Kami sampai di Mushola kampus kurang lebih 10 menit lebih cepat dari rombongan ikhwan. Kami tidak dapat menutupi rasa bersalah kami karena menang adu kebut. Ketika rombongan ikhwannya nya nyampe, tiba-tiba ada salah seorang dari mereka berkomentar dibalik hijab…”AKHWAT PEMBALAP”… kami para akhwat saling berpandangan dan tersenyum..

Paling tidak, moga ini bisa menjadi pelajaran bagi semua. Ternyata tidak selamanya akhwat yang di identikkan dengan kelemahlembutan bahkan “ribet” karena busananya, tidak memiliki keahlian lain yang bertolak belakang dari sifat tersebut. Smoga keahlian “ngebut” yang dimiliki bisa bermanfaat tuk da’wah. Bisa menghemat waktu perjalanan hingga dapat mengalokasikannya tuk mengerjakan tugas da’wah yang lain atau bisa juga membantu mengejar maling yang kabur ^__^

NB: Spesial untuk ukhti kiki, ririn dan adik OC Baksos dan Perdekdok yang ikut di rombongan saat itu. Sungguh, ku mencintai kalian smua karena Allah ta'ala!!!

Inspirasi: Cerita MUNAS FULDFK-IMF KONSOLIDASI 3 LDF KESEHATAN: KEDOKTERAN, KESMAS, FARMASI UNMUL 2010 dan Annida dengan banyak renovasi^^

KEBIASAAN MELAHIRKAN KARAKTER…


Saudariku,
Kita mengenal orang lain dengan apa-apa yang mereka lakukan. Dengan Apa yang menjadi kebiasaannya, atau yang telah menjadi karakternya. Atau apa yang sering dia lakukan Seperti halnya kita mengenal orang cengeng, karena dia senang sekali mengungkapkan perasaannya dengan menangis. Kita mengenal orang pemarah karena sering mengungkapkan rasa kekesalannya dengan kemarahan dan lain sebagainya. Dan seharusnya kita juga menyadari, bahwa kita juga dikenal orang karena kebiasaan kita. Karena apa-apa yang kita lakukan. Dan itu seharusnya sudah cukup mampu untuk membuat kita waspada dengan apa yang kita kerjakan.
Ketika kita menyebut Abu Bakar ash siddiq, apa yang kita kenang dari beliau?Kejujurannya, ketsiqahannya kepada Rasullullah, Tadhiyahnya. Kita kenal Ali bin Abi Thalib dengan keberaniannya, dengan ilmunya, dengan kegemarannya puasa di hari yang terik dalam jihad fi sabillillah. Ustman dengan kedermawanannya, sifat pemalunya, Umar bin Kattab dengan keadilannya dan kita pun mengenal sahabat yang lain dengan ahsanu amalanya masing-masing. Pertanyaannya…dengan apa kita akan dikenal oleh orang lain ? Tidak usahlah terlalu muluk dalam lingkup sampai bisa menoreh sejarah dan nama yang selalu dikenang sepanjang masa seperti para pahlawan besar. Tapi bagi sesuatu yang sangat dekat dan sangat esensial bagi hidup kita. Sesuatu yang sangat asasi.

Saudariku,
Kita mengetahui bahwa surga terdiri dari banyak pintu. Dan pintu-pintu itu tidak bisa kita masuki kecuali kita mempunyai passwordnya. Tanpa itu kita tidak akan diijinkan masuk kedalamnya. Kedalam surga yang penuh kenikmatan yang belum pernah disaksikan manusia itu. Kita kenal pintu puasa, dan hanya orang-orang yang ahli syaum saja yang diijinkan masuk surga melalui pintu ini. Kalau antum bukan ahlinya, jangan berharap bisa masuk lewat pintu ini. Penjaganya tidak bisa kita ajak nego. Kita juga kenal pintu-pintu yang lainnya, pintu zakat, sodaqah, pintu jihad, dan pintu yang lainnya. Nah.. sekarang, ingin dengan pintu yang mana kita masuk ke sana ? Ketika kita memilih salah satunya, berarti kita harus mempunyai passwordnya. Menjadi ahlinya !
Kita tidak seberuntung Abu Bakar yang dia dikabarkan oleh Rosullullah diijinkan masuk ke Surga lewat pintu manapun. Karena pada kenyataannya, Abu Bakarlah pemilik hampir semua password pintu-pintu itu. Satu-satunya cara adalah…kita harus mulai menetapkan password apa yang ingin kita miliki. Dan menjadikan itu sebagai ahsanu amala kita sehingga ketika berdiri di pintu yang kita maksudkan, pintu itu membuka untuk kita karena dia bisa mengenali password kita. Kita kejar ahsanu amala kita mulai sekarang. Ketika kita menginginkan Qiyamul Lail sebagai ahsanu amal kita, jadikan QL sebagai kebiasaan kita. Jadikan dia sebagaikarakter kita. Qiyamul Lail adalah energi hidup kita. Dari kebiasaan itu, nantinya kita akan memetiknya sebagai karakter.

Saudariku,
Ada kalanya memang penanaman karakter melalui pembiasaan ini membutuhkan pemaksaan. Kalau diri kita masih ada kelemahan untuk mengejar amalan kita, paksa diri kita ke sana. Kadang memang untuk menjadi baik harus di paksa. Dengannya, kita berharap ia akan menjadi ahsanu amala kita. Perlu diingat, ahsanu amala setiap orang bisa jadi berlainan. Sama beragamnya dengan potensi manusia yang  dititipkan oleh Allah kepada kita. Tugas kita adalah menggalinya dan menjadikan itu sebagai icon diri kita di depan Allah. Adalah saat terindah ketika kita diijinkan oleh Allah..menghampiri pintu surga yang kita maksud, dia bisa mengenali password kita. Jangan sampai kita sudah berjalan dari satu pintu ke pintu surga yang lainya tak satupun pintu itu yang mengenali kita karena memang tak ada satupun password yang kita punya. Dan akhirnya hanya tinggal satu pintu saja yang menganga yang menanti kita dan kita dia sangat mengenali password kita…yaitu pintu neraka jahanam…karena passwordnya telah kita pegang…yaitu ahli maksiat. Naudzbillah min dzalik !
Wallahu’allam bishowab !

Nb: untuk diri ini….jangan pernah bosan untuk memaksa diri untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari..…
untuk saudariku semua…pilih salah satu pintu dan pegang passwordnya… !!

Refleksi Perpisahan: Kisah Yang Menyentuh, Detik Terakhir Bersama Kekasih.


Pertemuan dan perpisahan menjadi salah satu skenario hidup yang akan dilalui anak manusia. Siapapun yang kita temui disepanjang kehidupan ini tentunya semua tidak terjadi melainkan Allah telah menuliskan takdir atas pertemuan dan perpisaan tersebut. Ceremonial pertemuan terkadang tidak seindah dan mengharu biru selayaknya kala perpisahan itu datang. Pernah ku bertanya pada teman di bangku SMA dulu , kenapa bisa demikian? Dia menjawab, karena dengan perpisahan itulah, kita akan mengetahui betapa berharganya pertemuan kita dengan orang tersebut.

Pernah disuatu waktu dalam acara keakhwatan di kampusku, disaat semua adik-adikku menangis saat melepaskan kepergian akhwat yang lain berangkat KKN ke luar daerah. Saat kami saling menyampaikan pesan satu sama lain untuk saling istiqomah, maka ku masih ingat apa yang disampaikan oleh ku pada saat itu. Ku berpesan “adikku, janganlah engkau terlalu bersedih akan kepergian kami. Sesungguhnya kepergian kami hanyalah sebentar dan tunggulah kami karena kami akan kembali ditengah kalian. Adikku, lihatlah airmata yang menangis ini bukanlah airmata kesedihan akan perpisahan kita pada hari ini. Akan tetapi tiba-tiba ku mengenang kisah para sahabat menjelang ditinggal oleh Rasulullah saw. Jika saat ini hati kita sedang dirundung kedukaan akan perpisahan ini. Sungguh ku dan kita semua pasti tidak akan bisa membayangkan bagaimana kedukaan yang lebih dirasakan oleh para sahabat ketika itu. Sehingga bersabarlah dan saling mendoakanlah kita satu sama lain agar kelak ketika kami kembali ukhti mendapatkan kami tetap istiqomah dan demikian pula sebaliknya”
Saudaraku, kisahku diatas mungkin bukanlah kisah menarik untuk disimak. Dan bukan untuk itu, tulisan ini ku buat. Ada sebuah kisah yang ingin ku sampaikan. Kisah yang begitu menyentuh, setidaknya ini menurutku, karena  walau beberapa kali ku membaca atau mendengarnya, selalu saja mendung tak bisa ku tepis dari hatiku. Setegar apapun diri ini, ku tidak menahan luapan airmata yang terbendung. Semoga bisa menambah mahabbah kita…
Diriwayatkan bahwa surah Al-Maaidah ayat 3 diturunkan pada sesudah waktu asar yaitu pada hari Jumaat di padang Arafah pada musim haji penghabisan (Wada'). Pada masa itu Rasulullah SAW berada di Arafah di atas unta. Ketika ayat ini turun Rasulullah SAW tidak begitu jelas penerimaannya untuk mengingati isi dan makna yang terkandung dalam ayat tersebut. Kemudian Rasulullah SAW bersandar pada unta beliau, dan unta beliau pun duduk perlahan-lahan. Setelah itu turun malaikat Jibril AS dan berkata:  "Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan demikian juga apa yang terlarang olehnya. Oleh itu kamu kumpulkan para sahabatmu dan beritahu kepada mereka bahwa hari ini adalah hari terakhir aku bertemu dengan kamu."
Setelah Malaikat Jibril AS pergi maka Rasulullah SAW pun berangkat ke Mekah dan terus pergi ke Madinah.Setelah Rasulullah SAW mengumpulkan para sahabat beliau, maka Rasulullah SAW pun menceritakan apa yang telah diberitahu oleh malaikat Jibril AS. Apabila para sahabat mendengar hal yang demikian maka mereka pun gembira sambil berkata:"Agama kita telah sempurna. Agama kila telah sempurna." 
Ketika Abu Bakar ra. mendengar keterangan Rasulullah SAW itu, maka ia tidak dapat menahan kesedihannya maka ia pun kembali ke rumah lalu mengunci pintu dan menangis sekuat-kuatnya. Abu Bakar ra. menangis dari pagi hingga ke malam. Kisah tentang Abu Bakar ra. menangis telah sampai kepada para sahabat yang lain, maka berkumpullah para sahabat di depan rumah Abu Bakar ra. dan mereka berkata: "Wahai Abu Bakar, apakah yang telah membuat kamu menangis sehingga begini sekali keadaanmu? Seharusnya kamu merasa gembira sebab agama kita telah sempuma."Mendengarkan pertanyaan dari para sahabat maka Abu Bakar ra. pun berkata, "Wahai para sahabatku, kamu semua tidak tahu tentang musibah yang menimpa kamu, tidakkah kamu tahu bahwa apabila sesualu perkara itu telah sempuma maka akan kelihatanlah akan kekurangannya. Dengan turunnya ayat tersebut bahwa ia menunjukkan perpisahan kita dengan Rasulullah SAW. Hasan dan Husin menjadi yatim dan para isteri nabi menjadi janda."
Setelah mereka mendengar penjelasan dari Abu Bakar ra. maka sadarlah mereka akan kebenaran kata-kata Abu Bakar ra., lalu mereka menangis dengan sekuat-kuatnya. Tangisan mereka telah didengar oleh para sahabat yang lain, maka mereka pun terus memberitahu Rasulullah SAW tentang apa yang mereka lihat itu.Berkata salah seorang dari para sahabat, "Ya Rasulullah SAW, kami baru kembali dari rumah Abu Bakar ra. dan kami dapati banyak orang menangis dengan suara yang kuat di depan rumah beliau." Apabila Rasulullah SAW mendengar keterangan dari para sahabat, maka berubahlah muka Rasulullah SAW dan dengan bergegas beliau menuju ke rumah Abu Bakar ra.. Setelah Rasulullah SAW sampai di rumah Abu Bakar ra. maka Rasulullah SAW melihat kesemua mereka yang menangis dan bertanya, "Wahai para sahabatku, kenapakah kamu semua menangis?."
Kemudian Ali ra. berkata, "Ya Rasulullah SAW, Abu Bakar ra. mengatakan dengan turunnya ayat ini membawa tanda bahwa waktu wafatmu telah dekat. Adakah ini benar ya Rasulullah?” Lalu Rasulullah SAW berkata: "Semua yang dikatakan oleh Abu Bakar ra. adalah benar, dan sesungguhnya waktu untuk aku meninggalkan kamu semua telah dekat". Setelah Abu Bakar ra. mendengar pengakuan Rasulullah SAW, maka ia pun menangis sekuat tenaganya sehingga ia jatuh pingsan. Sementara 'Ukasyah ra. berkata kepada Rasulullah SAW, 'Ya Rasulullah, waktu itu saya anda pukul pada tulang rusuk saya. Oleh itu saya hendak tahu apakah anda sengaja memukul saya atau hendak memukul unta baginda." Rasulullah SAW berkata: "Wahai 'Ukasyah, Rasulullah SAW sengaja memukul kamu." Kemudian Rasulullah SAW berkata kepada Bilal ra., "Wahai Bilal, kamu pergi ke rumah Fathimah dan ambilkan tongkatku ke mari."
Bilal keluar dari masjid menuju ke rumah Fathimah sambil meletakkan tangannya di atas kepala dengan berkata, "Rasulullah telah menyediakan dirinya untuk dibalas (diqishash)." Setelah Bilal sampai di rumah Fathimah maka Bilal pun memberi salam dan mengetuk pintu. Kemudian Fathimah ra. menyahut dengan berkata: "Siapakah di pintu?."  Lalu Bilal ra. berkata: "Saya Bilal, saya telah diperintahkan oleh Rasulullah SAW unluk mengambil tongkat beliau." Kemudian Fathimah ra. berkata: "Wahai Bilal, untuk apa ayahku minta tongkatnya." Berkata Bilal ra.: "Wahai Fathimah, Rasulullah SAW telah menyediakan dirinya untuk diqishash." Bertanya Fathimah ra. lagi: "Wahai Bilal, siapakah manusia yang sampai hatinya untuk menqishash Rasulullah SAW?" Bilal ra. tidak menjawab perlanyaan Fathimah ra., Setelah Fathimah ra. memberikan tongkat tersebut, maka Bilal pun membawa tongkat itu kepada Rasulullah SAW Setelah Rasulullah SAW menerima tongkat tersebut dari Bilal ra. maka beliau pun menyerahkan kepada 'Ukasyah. 
Melihatkan hal yang demikian maka Abu Bakar ra. dan Umar ra. tampil ke depan sambil berkata: "Wahai 'Ukasyah, janganlah kamu qishash baginda SAW tetapi kamu qishashlah kami berdua." Apabila Rasulullah SAW mendengar kata-kata Abu Bakar ra. dan Umar ra. maka dengan segera beliau berkata: "Wahai Abu Bakar, Umar duduklah kamu berdua, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatnya untuk kamu berdua." Kemudian Ali ra. bangun, lalu berkata, "Wahai 'Ukasyah! Aku adalah orang yang senantiasa berada di samping Rasulullah SAW oleh itu kamu pukullah aku dan janganlah kamu menqishash Rasulullah SAW" .Lalu Rasulullah SAW berkata, "Wahai Ali duduklah kamu, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatmu dan mengetahui isi hatimu." Setelah itu Hasan dan Husin bangun dengan berkata: "Wahai 'Ukasyah, bukankah kamu tidak tahu bahwa kami ini adalah cucu Rasulullah SAW, kalau kamu menqishash kami sama dengan kamu menqishash Rasulullah SAW"
Mendengar kata-kata cucunya Rasulullah SAW pun berkata, "Wahai buah hatiku duduklah kamu berdua." Berkata Rasulullah SAW "Wahai 'Ukasyah pukullah saya kalau kamu hendak memukul." Kemudian 'Ukasyah berkata: "Ya Rasulullah SAW, anda telah memukul saya sewaktu saya tidak memakai baju." Maka Rasulullah SAW pun membuka baju. Setelah Rasulullah SAW membuka baju maka menangislah semua yang hadir. Setelah 'Ukasyah melihat tubuh Rasulullah SAW maka ia pun mencium beliau dan berkata, "Saya tebus anda dengan jiwa saya ya Rasulullah SAW, siapakah yang sanggup memukul anda. Saya melakukan begini adalah sebab saya ingin menyentuh badan anda yang dimuliakan oleh Allah SWT dengan badan saya. Dan Allah SWT menjaga saya dari neraka dengan kehormatanmu."Kemudian Rasulullah SAW berkata, "Dengarlah kamu sekalian, sekiranya kamu hendak melihat ahli syurga, inilah orangnya." Kemudian semua para jemaah bersalam-salaman atas kegembiraan mereka terhadap peristiwa yang sangat genting itu. Setelah itu para jemaah pun berkata, "Wahai 'Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu, engkau telah memperolehi derajat yang tinggi dan bertemankan Rasulullah SAW di dalam syurga." 
Ketika ajal Rasulullah SAW makin dekat maka beliau pun memanggil para sahabat ke rumah Aisyah ra. dan beliau berkata: "Selamat datang kamu semua semoga Allah SWT mengasihi kamu semua, saya berwasiat kepada kamu semua agar kamu semua bertaqwa kepada Allah SWT dan mentaati segala perintahnya. Sesungguhnya hari perpisahan antara saya dengan kamu semua hampir dekat, dan dekat pula saat kembalinya seorang hamba kepada Allah SWT dan menempatkannya di syurga. Kalau telah sampai ajalku maka hendaklah Ali yang memandikanku, Fadhl bin Abbas hendaklah menuangkan air dan Usamah bin Zaid hendaklah menolong keduanya. Setelah itu kamu kafanilah aku dengan pakaianku sendiri apabila kamu semua menghendaki, atau kafanilah aku dengan kain yaman yang putih. Apabila kamu memandikan aku, maka hendaklah kamu letakkan aku di atas balai tempat tidurku dalam rumahku ini. Setelah itu kamu semua keluarlah sebentar meninggalkan aku. Pertama yang akan menshalatkan aku ialah Allah SWT, kemudian yang akan menshalat aku ialah Jibril AS, kemudian diikuti oleh malaikat Israfil, malaikat Mikail, dan yang akhir sekali malaikat lzrail berserta dengan semua para pembantunya. Setelah itu baru kamu semua masuk bergantian secara berkelompok bershalat ke atasku."
Setelah para sahabat mendengar ucapan yang sungguh menyayat hati itu maka mereka pun menangis dengan nada yang keras dan berkata, "Ya Rasulullah SAW anda adalah seorang Rasul yang diutus kepada kami dan untuk semua, yang mana selama ini anda memberi kekuatan dalam penemuan kami dan sebagai penguasa yang menguruskan perkara kami. Apabila anda sudah tiada nanti kepada siapakah akan kami tanya setiap persoalan yang timbul nanti?."Kemudian Rasulullah SAW berkata, "Dengarlah para sahabatku, aku tinggalkan kepada kamu semua jalan yang benar dan jalan yang terang, dan telah aku tinggalkan kepada kamu semua dua penasihat yang satu daripadanya pandai bicara dan yang satu lagi diam saja. Yang pandai bicara itu ialah Al-Quran dan yang diam itu ialah maut. Apabila ada sesuatu persoalan yang rumit di antara kamu, maka hendaklah kamu semua kembali kepada Al-Quran dan Hadis-ku dan sekiranya hati kamu itu berkeras maka lembutkan dia dengan mengambil pelajaran dari mati."
Setelah Rasulullah SAW berkata demikian, maka sakit Rasulullah SAW bermula. Dalam bulan safar Rasulullah SAW sakit selama 18 hari dan sering diziarahi oleh para sahabat. Dalam sebuah kitab diterangkan bahwa Rasulullah SAW diutus pada hari Senin dan wafat pada hari Senin. Pada hari Senin penyakit Rasulullah SAW bertambah berat, setelah Bilal ra. menyelesaikan azan subuh, maka Bilal ra. pun pergi ke rumah Rasulullah SAW. Sesampainya Bilal ra. di rumah Rasulullah SAW maka Bilal ra. pun memberi salam, "Assalaamuualaika ya rasulullah." Lalu dijawab oleh Fathimah ra., "Rasulullah SAW masih sibuk dengan urusan beliau." Setelah Bilal ra. mendengar penjelasan dari Fathimah ra. maka Bilal ra. pun kembali ke masjid tanpa memahami kata-kata Fathimah ra. itu. Apabila waktu subuh hampir hendak lupus, lalu Bilal pergi sekali lagi ke rumah Rasulullah SAW dan memberi salam seperti permulaan tadi, kali ini salam Bilal ra. telah di dengar oleh Rasulullah SAW dan baginda berkata, "Masuklah wahai Bilal, sesungguhnya penyakitku ini semakin berat, oleh itu kamu suruhlah Abu Bakar mengimamkan shalat subuh berjemaah dengan mereka yang hadir." Setelah mendengar kata-kata Rasulullah SAW maka Bilal ra. pun berjalan menuju ke masjid sambil meletakkan tangan di atas kepala dengan berkata: "Aduh musibah." 
Setelah Bilal ra. sarnpai di masjid maka Bilal ra. pun memberitahu Abu Bakar tentang apa yang telah Rasulullah SAW katakan kepadanya. Abu Bakar ra. tidak dapat menahan dirinya apabila ia melihat mimbar kosong maka dengan suara yang keras Abu Bakar ra. menangis sehingga ia jatuh pingsan. Melihatkan peristiwa ini maka riuh rendah tangisan sahabat dalam masjid, sehingga Rasulullah SAW bertanya kepada Fathimah ra.; "Wahai Fathimah apakah yang telah berlaku?." Maka Fathimah ra. pun berkata: "Kekecohan kaum muslimin, sebab anda tidak pergi ke masjid." Kemudian Rasulullah SAW memanggil Ali ra. dan Fadhl bin Abas ra., lalu Rasulullah SAW bersandar kepada kedua mereka dan terus pergi ke masjid. Setelah Rasulullah SAW sampai di masjid maka beliau pun bershalat subuh bersama dengan para jemaah.
Setelah selesai shalat subuh maka Rasulullah SAW pun berkata, "Wahai kaum muslimin, kamu semua senantiasa dalam pertolongan dan pemeliharaan Allah, oleh itu hendaklah kamu semua bertaqwa kepada Allah SWT dan mengerjakan segala perintahnya. Sesungguhnya aku akan meninggalkan dunia ini dan kamu semua, dan hari ini adalah hari pertama aku di akhirat dan hari terakhir aku di dunia." Setelah berkata demikian maka Rasulullah SAW pun pulang ke rumah beliau. Kemudian Allah SWT mewahyukan kepada malaikat lzrail AS, "Wahai lzrail, pergilah kamu kepada kekasihku dengan sebaik-baik rupa, dan apabila kamu hendak mencabut ruhnya maka hendaklah kamu melakukan dengan cara yang paling lembut sekali. Apabila kamu pergi ke rumahnya maka minta izinlah lerlebih dahulu, kalau ia izinkan kamu masuk, maka masuklah kamu ke rumahnya dan kalau ia tidak mengizinkan kamu masuk maka hendaklah kamu kembali padaku."
Setelah malaikat lzrail mendapat perintah dari Allah SWT maka malaikal lzrail pun turun dengan menyerupai orang Arab Badwi. Setelah malaikat lzrail sampai di depan rumah Rasulullah SAW maka ia pun memberi salam, "Assalaamu alaikum yaa ahla baitin nubuwwati wa ma danir risaalati a adkhulu?" (Mudah-mudahan keselamatan tetap untuk kamu semua sekalian, wahai penghuni rumah nabi dan sumber risaalah, bolehkan saya masuk?)
Ketika Fathimah mendengar orang memberi salam maka ia-pun berkata; "Wahai hamba Allah, Rasulullah SAW sedang sibuk sebab sakitnya yang semakin berat." Kemudian malaikat lzrail berkata lagi seperti dipermulaannya, dan kali ini seruan malaikat itu telah didengar oleh Rasulullah SAW dan Rasulullah SAW bertanya kepada Fathimah ra., "Wahai Fathimah, siapakah di depan pintu itu." Maka Fathimah ra. pun berkata, "Ya Rasulullah, ada seorang Arab badwi memanggil mu, dan aku telah katakan kepadanya bahwa anda sedang sibuk sebab sakit, sebaliknya dia memandang saya dengan tajam sehingga terasa menggigil badan saya." Kemudian Rasulullah SAW berkata; "Wahai Fathimah, tahukah kamu siapakah orang itu?." Jawab Fathimah, "Tidak ayah." 
"Dia adalah malaikat lzrail, malaikat yang akan memutuskan segala macam nafsu syahwat yang memisahkan perkumpulan-perkumpulan dan yang memusnahkan semua rumah serta meramaikan kubur."Fathimah ra. tidak dapat menahan air matanya lagi setelah mengetahui bahwa saat perpisahan dengan ayahandanya akan berakhir, dia menangis sepuas-puasnya. Apabila Rasulullah SAW mendengar tangisan Fathimah ra. maka beliau pun berkata: "Janganlah kamu menangis wahai Fathimah, engkaulah orang yang pertama dalam keluargaku akan bertemu dengan aku." 
Kemudian Rasulullah SAW pun mengizinkan malaikat lzrail masuk. Maka malaikat lzrail pun masuk dengan mengucap, "Assalamuaalaikum ya Rasulullah."Lalu Rasulullah SAW menjawab: "Wa alaikas saalamu, wahai lzrail engkau datang menziarahi aku atau untuk mencabut ruhku?"Maka berkata malaikat lzrail: "Kedatangan saya adalah untuk menziarahimu dan untuk mencabut ruhmu, itupun kalau engkau izinkan, kalau engkau tidak izinkan maka aku akan kembali." Berkata Rasulullah SAW, "Wahai lzrail, di manakah kamu tinggalkan Jibril?"Berkata lzrail: "Saya tinggalkan Jibril di langit dunia, para malaikat sedang memuliakan dia." Tidak beberapa lama kemudian Jibril AS pun turun dan duduk di dekat kepala Rasulullah SAW. Apabila Rasulullah SAW melihat kedatangan Jibril AS maka Rasulullah SAW pun berkata: "Wahai Jibril, tahukah kamu bahwa ajalku sudah dekat"Berkata Jibril AS, "Ya aku tahu."
Rasulullah SAW bertanya lagi, "Wahai Jibril, beritahu kepadaku kemuliaan yang menggembirakan aku disisi Allah SWT" .Berkata Jibril AS, "Sesungguhnya semua pintu langit telah dibuka, para malaikat bersusun rapi menanti ruhmu dilangit. Kesemua pintu-pintu syurga telah dibuka, dan kesemua bidadari sudah berhias menanti kehadiran ruhmu."Berkata Rasulullah SAW: "Alhamdulillah, sekarang kamu katakan pula tentang umatku di hari kiamat nanti."Berkata Jibril AS, "Allah SWT telah berfirman yang bermaksud :
"Sesungguhnya aku telah melarang semua para nabi masuk ke dalam syurga sebelum engkau masuk terlebih dahulu, dan aku juga melarang semua umat memasuki syurga sebelum umatmu memasuki syurga." Berkata Rasulullah SAW: "Sekarang aku telah puas hati dan telah hilang rasa susahku." Kemudian Rasulullah SAW berkata: "Wahai lzrail, mendekatlah kamu kepadaku." Setelah itu Malaikat lzrail pun memulai tugasnya, apabila ruh beliau sampai pada pusat, maka Rasulullah SAW pun berkata: "Wahai Jibril, alangkah dahsyatnya rasa mati." Jibril AS mengalihkan pandangan dari Rasulullah SAW apabila mendengar kata-kata beliau itu. Melihatkan telatah Jibril AS itu maka Rasulullah SAW pun berkata: "Wahai Jibril, apakah kamu tidak suka melihat wajahku?" Jibril AS berkata: "Wahai kekasih Allah, siapakah orang yang sanggup melihat wajahmu dikala kamu dalam sakaratul maut?" 
Anas bin Malik ra. berkata: "Apabila ruh Rasulullah SAW telah sampai di dada beliau telah bersabda:"Aku wasiatkan kepada kamu agar kamu semua menjaga shalat dan apa-apa yang telah diperintahkan ke atasmu."  Ali ra. berkata: "Sesungguhnya Rasulullah SAW ketika menjelang saat-saat terakhir, telah mengerakkan kedua bibir beliau sebanyak dua kali, dan saya meletakkan telinga, saya dengan Rasulullah SAW berkata: "Umatku, umatku."
Telah bersabda Rasulullah SAW bahwa: "Malaikat Jibril AS telah berkata kepadaku; "Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan sebuah laut di belakang gunung Qaf, dan di laut itu terdapat ikan yang selalu membaca selawat untukmu, kalau sesiapa yang mengambil seekor ikan dari laut tersebut maka akan lumpuhlah kedua belah tangannya dan ikan tersebut akan menjadi batu." 
Subhanallah betapa agungnya kisah diatas. Begitu banyak ibroh yang bisa dipetik. Salah satunya adalah bagaimana rasul dan sahabat mengajarkan kepada kita tentang betapa kecintaan kepada sesama manusia (terlebih kepada rasul mulia) yang dibangun atas pondasi iman dan ketakwaan insya Allah akan berbuah syurga. Boleh jadi dalam kehidupan dunia ini, suatu waktu kita akan dipisahkan namun  kita berharap semoga kita bisa dikumpulkan kembali dalam Jannah-Nya. Allahu a'lam bi Showab
Sumber inspirasi: Kejadian hidup yang telah dan akan ku lewati pekan depan.
Untuk saudariku yang akan pergi, smoga ukhuwah yang terjalin cukuplah Allah sebaik-baik Zat Pemelihara yang menjaganya. Keep Istiqomah!!!