Kawan


Kawan,
Mari berjalan bergandeng tangan
Perjalanan ini masih panjang
Gunung,lembah dan sahara menghadang
Jauh lebih mudah kita hadapi
Jika kita tidak sendiri

Kawan,
Mari kita mulai membaca
Mengeja semesta
Menata Alif Ba Ta cinta
Mencari-cari Sang Pencipta

Kawan,
Bersama tiap rinai doa
Ada namamu diiringi pinta
Semoga kita tetap bersama
Meski dimana kita berada
Dan semoga Allah di hatimu,di hatiku
Dalam tiap waktu...

Ya Allah

Ya Allah,
Ku berdoa untuk seorang pria yang menjadi bagian dari hidupku.
Seorang pria yang sungguh mencintaiMu lebih dari segala sesuatu,
Seorang pria yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untukMu
Seseorang yang memiliki sebuah hati yang sungguh mencintaiMu dan dekat dengan Engkau dan berusaha menjadikan sifat-sifatMu ada pada dirinya dan ia mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup sehingga hidupnya tidaklah sia-sia.

Ya Allah,
Ku berdoa untuk seorang yang memiliki hati yang bijak tidak hanya otak yang cerdas
Seorang pria yang tidak hanya mencintaiku tapi juga menghormatiku.
Seorang pria yang tidak hanya memujaku tapi juga selalu menasehatiku ketika ku berbuat salah.
Seorang pria yang dapat membuatku merasa sebagai seorang wanita ketika aku disisinya
Seorang pria yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya
Seorang pria yang membutuhkan senyumku untuk mengatasi kesedihannya
Seorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna.

Ya Allah,
Berikan aku hati yang sungguh mencintaiMu sehingga aku dapat mencintainya dengan sekedar cintaku
Berikanlah sifat yang lembut sehingga kecantikanku datang dariMu
Berikanlah aku tangan sehingga ku selalu mampu berdoa untuknya,
Berikanlah aku penglihatan sehingga aku dapat melhat banyak hal baik dan bukan hal buruk dalam dirinya,
Berikanlah aku lisan yang penuh kata-kata bijaksana yang mampu memberikan semangat serta mendukungnya setiap saat dan tersenyum untuk dirinya setiap pagi
Dan bilamana akhirnya kami menghadapMu
Aku berharap kami dapat bertemu dan mengatakan 'Betapa maha Besarnya Engkau karena telah memberikan kepadaku pasangan yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna

Hanya Dirimu Tuk Hidupku Hari Ini, Esok Dan Selamanya




Ku pandangi ruangan kamarku. Untaian kain berwarna kuning dan hijau selang seling terlipat lalu kemudian menjuntai hingga ke lantai kamar menutupi seluruh dinding kamar. Jalinan kain tersebut kemudian membentuk bunga besar di atap kamar. Beberapa rangkaian bunga warna-warni dengan jalinan pita menghiasi sudut-sudut kamar. Ku duduk di tepi ranjang. Seprainya telah diganti dengan seprai baru yang dibeli Ummi khusus dipakai di hari ini. Warnanya entah disengaja atau tidak, senada dengan warna dinding kamarku. Di hadapanku, terdapat sebuah lemari dengan cermin yang cukup besar.

Ku melihat ada bayangan seorang wanita mengenakan jilbab berbalut gaun putih di balik cermin tersebut. “Apakah wanita itu aku?” Batinku mencoba menyakinkan diriku sendiri akan hari istimewa ini. Hari dimana ku akan memasuki dunia baru bernama rumah tangga bersama lelaki yang akan ku cintai sepenuh hati. Suamiku.

Tiada keraguan di hati ketika ia menyampaikan maksud ingin mengkhitbahku. Ku tepis keheranan orang-orang yang menanyakan tentang bagaimana cara ku mengenalnya dan bagaimana cinta itu bisa hadir tanpa pacaran dan komunikasi. Ku menjawabnya bahwa cinta/kecenderungan itu hadir dalam hati manusia bukanlah ditentukan oleh seringnya interaksi/tatap muka namun karena kecocokan jiwa, tempat cinta akan ditanam dan tumbuh. Dan Allah-lah yang Maha Kuasa menanamkan dan menumbuhkan cinta.

 “Kok melamun aja dari tadi?” Seorang akhwat menegurku. Ku hanya bisa tersenyum tanpa berkata apapun. Seolah akhwat tersebut memahami kegundahan hatiku dan mencoba menenangkanku. Saat-saat seperti ini kehadiran seorang teman sangat ku butuhkan. Ku bersyukur panitia walimah mengerti hal tersebut dan mengutus dua orang akhwat untuk mendampingiku di kamar hingga proses akad selesai. “Sebentar lagi rombongan ikhwan tiba!” Kata akhwat yang berbeda. Mendengar hal itu, jantungku berdebar sangat kencang. Pikiranku tidak menentu. Ada cemas, bahagia, semua bercampur menjadi satu.

 “Selesai akad, apa mau sholat dulu ukhti?” Tanya salah seorang akhwat. Ku hanya menganggukkan kepala tanpa bisa berkata apa-apa. Akhwat tersebut mengerti dengan isyarat tersebut dan beranjak dari kursi duduknya kemudian menghamparkan dua sajadah di salah satu sudut kamar. Untuk ku dan dia. Hatiku berdesir.

Beberapa menit kemudian suasana di luar kamar terdengar sangat ramai. Sepertinya rombongan ikhwan telah tiba dan memasuki ruang tamu yang tepat berada di samping kamarku. Perasaanku semakin tak menentu. Dari balik dinding kamar, ku mendengar suara seorang ikhwan membacakan serangkaian acara akad. Beberapa saat kemudian, suasana menjadi hening. Terdengar lantunan ayat al-Quran mengalun indah dibacakan oleh seorang ikhwan. Suasana semakin berjalan hikmat, ketika tausiyah nikah disampaikan.

Rasulullah pernah bersabda, "Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah orang yang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku." (HR. Tirmidzi & Ibnu Majah)

Hatiku gerimis.

Kini tiba saatnya. Disaksikan Allah swt. dan puluhan pasang mata, ijab Kabul itu di ikrarkan olehnya. Janji telah terucap dan telah dicatat oleh malaikatNya. Kini terungkaplah rahasia lauhul mahfudz selama ini tentang hadirnya pendamping hidup. Kini telah ada seorang pemimpin atas diriku untuk ku taati sebagai bagian pengabdian pada Rabb ku.  Kini ada sebuah hati yang harus ku jaga sepenuh hati karena keridhoannya menjadi kunci syurga.

Ya Allah, Satukanlah hatinya dengan hatiku
Titipkanlah kebahagiaan diantara kami
Agar kemesraan itu abadi
Ya Allah, Ya Tuhan ku yang maha mengasihi
Seiringkanlah kami melayari hidup ini Ke tepian yang sejahtera dan abadi..
Amin ya Robb…


Bulir-bulir airmata bahagia kini berderai mengiringi rasa syukur tak terhingga atas nikmat-Nya yang tercurahkan hari ini. Berakhirlah sudah penantian panjang tentang hadirnya. Ku memasuki kehidupan baru menjalani peran sebagai seorang istri dan kelak sebagai seorang ibu bagi anak-anak kami. Indahnya bunga di taman takkan pernah bisa menyaingi keindahan cinta kami yang dibangun atas kecintaan pada Allah. Allah-lah yang menciptakan hati, jiwa dan raganya demikian rupa sehingga aku begitu mencintainya. Dan atas dasar cinta Allah pulalah ia pun mencintaiku. Kami sama-sama menyadari hanya dengan cinta karena Allah, cinta ini akan terus berbunga dan mewangi selamanya.

Suamiku,
Hanya dirimu yang ku inginkan
Mencerahkan hariku di kala mendung
Menyinari malamku di kala pekat
Suamiku,
Hanya engkaulah yang kuharapkan
Untuk hidupku hari ini, esok dan selamanya
Hingga kedua kaki kita menapaki syurgaNya

Hadiah Cinta Darinya


“Sayang, mau kado ulang tahun apa? Tanya Suami saya di balik telepon.
“Hmm, Ana mau setangkai mawar!!” Jawab saya.

Yah..Saya menginginkan kado istimewa dari suami saya. Sesuatu yang mewakili perasaan cintanya terhadap saya. Setangkai mawar merah. Selama ini saya tidak pernah menerima hadiah bunga dan kali ini saya menginginkan sesuatu yang romantis.

Tidak sabar saya menanti kiriman bunga darinya.

Namun, beberapa hari sebelum hari H, suami saya menelpon dan meminta maaf karena tidak bisa memenuhi permintaan tersebut. Ternyata di kota kecil tempat suami saya bekerja, tidak ada toko bunga dan sulit untuk mencarinya diluar kota lalu selanjutnya mengirimkan ke kota ini. Walau ada rasa kecewa namun saya tidak ingin membuat suami saya berkecil hati. Saya menyadari pernikahan kami adalah kado terindah dari Ilahi menjelang usia saya yang kini menginjak 24 tahun.

“Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu.” Ini adalah salah satu pelajaran yang pernah saya dapatkan dalam proses memahami arti cinta sesungguhnya.

Sebagaimana dalam sebuah kisah tentang seorang istri yang meminta cerai dari suaminya karena merasa sang suami sangat kaku dan tidak mampu menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan mereka telah menghancurkan semua harapan akan cinta yang ideal yang diinginkannya.

Pada suatu hari, istri tersebut memberanikan diri untuk mengatakan keputusannya kepada suami, bahwa ia menginginkan perceraian. Suaminya terdiam dan termenung.  kemudian kembali menanyakan apa yang dapat ia lakukan untuk merubah keputusan sang istri.

Dalam kekecewaan kian mendalam, sang istri pun menjawab dengan memberikan pertanyaan kepada suaminya. Seandainya, sang istri menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung dan mereka berdua tahu jika suaminya memanjat gunung itu, suaminya akan mati. Apakah sang suami akan melakukannya untuk dirinya. Setelah mendengar pertanyaan tersebut, Suaminya kembali termenung dan akhirnya berjanji akan memberikan jawabannya besok.

 Keesokan paginya, Sang istri mendapati suaminya sudah tidak ada dirumah dan hanya  menemukan selembar kertas dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan...
"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya."

Meski hati sang istri hancur setelah membaca kalimat pertama. Namun Ia terus melanjutkan membaca surat tersebut.

"Kamu bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya menangis di depan monitor, saya harus memberikan jari-jari saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya. Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika pulang.Kamu suka jalan-jalan ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi, saya harus menunggu di rumah agar bisa memberikan mata saya untuk mengarahkanmu. Kamu selalu pegal-pegal pada waktu 'teman baikmu' datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal. Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi 'aneh'. Dan harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami. Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu. Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu. Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku. Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari saya mencintaimu. Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku, tidak cukup bagimu. aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu.Dan sekarang, sayangku, kamu telah selasai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri disana menunggu jawabanmu.Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia.

Setelah membaca surat tersebut, sang istri akhirnya menyadari kekeliruannya dan sambil menangis, ia segera berlari membuka pintu dan melihat suaminya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti. Akhirnya istri tersebut pun tahu, tidak ada orang yang pernah mencintainya lebih dari suaminya.

Demikianlah cinta. Kadangkala pasangan hidup kita menyatakan cintanya tidak dalam wujud yang kita harapkan sehingga rasa cinta di hatipun kian hari kian berkurang. Namun sesungguhnya cinta itu hadir dalam wujud tidak kita bayangkan sebelumnya. Seperti kejutan hadiah cinta di ulang tahun saya. Kartu ucapan sederhana yang dibuat susah payah dan hafalan surat Al-Mulk yang dikebutnya selama beberapa hari untuk saya. Dia mencintai saya dengan caranya sendiri yang membuat saya menjadi wanita paling bahagia.

Dedicated for my Husband 'Andi Yakub Abdullah' & Saudari muslimah bernama Istri dimanapun anda berada.
Moga Bermanfaat.

Refleksi Pernikahan#2: Surat Cintaku Yang Pertama

Suamiku,
Telah tampak kebesaran Ilahi pada diri kita
Ia yang telah menciptakan kita dari satu jiwa yang awalnya tidak memiliki nama
Menyempurnakan bentukmu lalu menciptakanku dari rusuk kirimu
Setelah sebelumnya, Ia telah menuliskannya di kitab Lauhl Mahfudz
Kemudian semua menjadi ghaib, tersimpan rapi di langit sana

Suamiku,                   
Dalam kehidupan dunia, seperti diriku, engkaupun menjadi rahasia
Yang belum terungkap hingga waktunya
Kita lalui jalan kita masing-masing
Larut dalam aktivitas perbaikan dan perubahan
Hingga kemudian kita dipertemukan dalam sebuah skenario indah-Nya
Suamiku,
Seorang pernah bertanya padaku tentang dirimu,
Dan bagaimana cara pertemuan itu?
Kala itu ku katakan, dirimu adalah takdir yang telah ditetapkan-Nya
Merupakan karunia terbaik atas keshalihan diri
Dan diantara banyak pilihan pertemuan kita
Ku memilih untuk bertemu denganmu di jalan terindah bernama jalan dakwah!

Suamiku,
Seorang pernah bertanya padaku, bagaimana ku bisa “berani” mempertaruhkan
Separuh dien ini untukmu yang asing dalam kehidupanku?
Kala itu ku katakan, lewat munajat-munajatku,
Shaum sunnah, serta petuah dari orang-orang shalih-lah,
Ku harapkan kemantapan hati itu akan hadir
Bahwa dirimu adalah orang tepat yang  akan mendatangkan
Kebaikan segala urusan dunia-akhiratku

Suamiku,
Sungguh dakwah ini telah mengajarkanku makna kehidupan dan cinta sejati
Ku sangat mencintai jalan ini dan ingin terus berada didalamnya
Sehingga dalam doaku, ku selalu memohon pada-Nya atas kehadiran seseorang
Yang akan menjadi teman meniti jalan juang ini.
Seseorang yang menjadikan dakwah bagian dari hidupnya
Yang mencintai Allah dan Rasul-Nya diatas segalanya
Dan Allah yang maha Mengabulkan doa, menghadirkanmu sebagai jawaban atas doa itu

Suamiku,
Kepada-Nya semata kita memohon agar ku bisa menjadi amanah terindahmu
Sebagai sebaik-baik amanah, Sebagai sebaik-baik harta dunia bagi seorang mukmin
Kepada-Nya semata kita memohon agar engkau bisa menjadi qawam dalam keluarga
Sebagai sebaik-baik imam yang akan menghantarkan keluarga kita ke gerbang syurga
Kepada-Nya semata kita berdoa agar sejarah peradaban itu lahir dari rumah kita
Sebagai sebaik-baik keluarga yang diberkahi keturunan penerus dakwah Ilallah
Mereka akan kita didik agar takut kepada Rabb-Nya serta bangga terhadap Dien ini
Sebagai sebaik-sebaik risalah yang mendatangkan rahmat bagi seluruh alam

Suamiku,
Kita menyadari akan banyak ujian yang pasti kita temui dalam menggapai mimpi indah itu
Dalam sujud-sujud kita, kita mohonkan pada-Nya kekuatan serta keteguhan iman
Dalam pergaulan, kita hadirkan budaya saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran
Dengan begitu, moga rumah tangga inilah yang menjadi kendaraan kita
Menuju negeri akhirat-Nya yang kekal
***
Bumi Cinta, 2012
Dedicated For My Husband, Andi Yakub Abdullah
“Membentuk keluarga barokah dunia akhirat” Itulah citamu dan citaku. Itulah visi kita!!!
Suamiku, Mari kita lukis “peradaban dan cita kelangitan” berawal dari sini.
Dari rumah kita!!!

Belajar dari Pesona Khadijah binti Khuwailid ra...

Wahai Muslimah…
Mengapa kita harus mencari panutan yang lain,
Kalau di hadapan kita ada sosok yang paling baik,
dan Mulia Ibu bagi orang Mukminin…
Istri yang setia lagi Taat…
Sebagai penentram hati sang suami…
dan sebaik-baik teladan bagi kaum wanita…

Simaklah sabda Rasulullah :
"Sebaik-baik wanita ialah Maryam binti Imran. Sebaik-baik wanita ialah Khadijah binti Khuwailid. (HR Muslim dari Ali bin Abu Thalib radiyallahu 'anhu).

"Dan sebaik -baik wanita dalam masanya adalah Khadijah”


“Dia beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar, membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, membantuku dengan hartanya ketika orang-orang tidak mau memberi bantuan, dan Allah Subhanahu wa ta’ala memberiku anak darinya ketika Dia tidak memberiku anak dari wanita lain”

Dialah Khadijah binti Khuwailid istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang pertama. Ia lahir pada tahun 68 sebelum Hijrah. Hidup dan tumbuh serta berkembang dalam suasana keluarga yang terhormat dan terpandang, berakhlak mulia, terpuji, berkemauan tinggi, serta mempunyai akal yang suci, sehingga pada zaman jahiliyah diberi gelar “Ath-Thahirah”.

Khadijah adalah wanita kaya yang hidup dari usaha perniagaan. Dan untuk menjalankan perniagaannya itu ia memiliki beberapa tenaga laki-laki, diantaranya adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (sebelum beliau menjadi suaminya).

Sebenarnya Khadijah adalah wanita janda yang telah menikah dua kali. Pertama ia menikah dengan Zurarah At-Tamimi dan yang kedua menikah dengan Atid bin Abid Al-Makhzumi. Dan masing-masing wafat dengan meninggalkan seorang putera.

Pada masa jandanya, banyak tokoh Quraisy yang ingin mempersuntingnya. Namun ia selalu menolaknya. Dibalik semua itu, Allah memang telah mempersiapkan Khadijah binti khuwailid untuk menjadi pendamping Rasul-Nya yang terakhir, yakni Muhammad bin Abdullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Untuk pembela dan penolong risalah yang beliau sampaikan.

Pada usianya yang ke empat puluh, beliau menikah dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, pada waktu itu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam belum diangkat menjadi rasul dan baru berusia 25 tahun.

Perbedaan usia tidaklah menimbulkan permasalahan bagi rumah tangga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada waktu membentuk rumah tangga dengannya tidak mempunyai isteri yang lainnya.

Pernikahannya dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dikaruniai beberapa putera oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu Qosim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kultsum dan Fathimah. Namun putera beliau yang laki-laki meninggal dunia sebelum dewasa.

Suatu hari Khadijah mendapatkan suaminya pulang dalam keadaan gemetaran. Terpancar dari raut wajahnya kekhawatiran dan ketakutan yang sangat besar.

“Selimuti aku!…., Selimuti aku!…, “ seru Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada isterinya. Demi melihat kondisi yang seperti itu, tidaklah membuat Khodijah menjadi panik. Kemudian diselimuti dan dicoba untuk menenangkan perasaan suaminya. Rasul pun segera menceritakan pada istrinya, kini tanpa disadarinya, tahulah ia bahwa suaminya adalah utusan Allah subhanahu wa ta’ala. Dengan tenang dan lemah lembut, Khadijah berkata : ”Wahai putera pamanku, Demi Allah, dia tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Karena sesungguhnya engkau termasuk orang yang selalu menyambung tali persaudaraan, berkata benar, setia memikul beban, menghormati dan suka menolong orang lain”. Tutur kata manis dari sang istri menjadikan beliau lebih percaya diri dan tenang. Khadijah, …sungguh mulia akhlaqmu.

Diawal permulaan Islam, peranan Khadijah tidaklah sedikit. Dengan setia ia menemani suaminya dalam menyampaikan Risalah yang diemban oleh beliau dari Rabb Subhanahu wa Ta’ala. Wanita pertama yang beriman kepada Allah ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajaknya menuju jalan Rabb-Nya. Dia yang membantu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mengibarkan bendera Islam. bersama Rasulullah sebagai angkatan pertama. Dengan penuh semangat, Khadijah turut berjihad dan berjuang, mengorbankan harta, jiwa, dan berani menentang kejahilan kaumnya.

Khadijah seorang yang senantiasa menentramkan dan menghibur Rasul disaat kaumnya mendustakan risalah yang dibawa. Seorang pendorong utama bagi Rasul untuk selalu giat berda’wah, bersemangat dan tidak pantang menyerah. Ia juga selalu berusaha meringankan beban berat di pundak Rasul. Perhatikan pujian Rasul terhadap Khadijah :
“Dia (Khadijah) beriman kepadaku disaat orang-orang mengingkari. Ia membenarkanku disaat orang mendustakan. Dan ia membantuku dengan hartanya ketika orang-orang tiada mau”. (HR. Ahmad, Al-Isti’ab karya Ibnu Abdil Ba’ar)

Kebijakan, kesetiaan dan berbagai kebaikan Khadijah tidak pernah lepas dari ingatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan sampai Khadijah meninggal. Ia benar-benar seorang istri yang mendapat tempat tersendiri di dalam hati Rasulullah shallallalhu ‘alaihi wa sallam. Betapa kasih beliau kepada Khadijah, dapat kita simak dari ucapan ‘Aisyah . “Belum pernah aku cemburu terhadap istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana cemburuku pada Khadijah, padahal aku tidak pernah melihatnya. Tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menyebut-nyebut namanya, bahkan adakalanya menyembelih kambing dan dibagikannya kepada kawan-kawan Khadijah. Bahkan pernah saya tegur, seakan-akan di dunia tidak ada wanita selain Khadijah, lalu Nabi menyebut beberapa kebaikan Khadijah, dia dahulu begini dan begitu, selain itu, aku mendapat anak daripadanya.”

Khadijah binti Khuwailid, wafat tiga tahun sebelum hijrah dalam usia 65 tahun. Kepergiaannya membuat kesedihan yang sangat mendalam di hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maupun umat Islam. Ia pergi menghadap Rabb-Nya dengan meninggalkan banyak kebaikan yang tak terlupakan.

Itulah Khadijah binti Khuwailid, yang Allah pernah menyampaikan penghormatan (salam) kepadanya dan Allah janjikan untuknya sebuah rumah di Syurga. Sebagaimana telah disebut dalam hadist dari Abu Hurairah: “Jibril datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, ini Khadijah datang kepada engkau dengan membawa bejana berisi lauk pauk atau makanan atau minuman. Apabila ia datang kepadamu, sampaikanlah salam kepadanya dari Tuhannya Yang Maha Mulia lagi Maha Agung dan juga dariku dan kabarkanlah berita gembira kepadanya mengenai sebuah rumah di surga yang terbuat dari mutiara di dalamnya tidak ada keributan dan kesusahan.” (HR Muslim dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu).

Wahai orang yang terperdaya, .. istana tersebut lebih baik dari pada gemerlapnya dunia yang telah memperdayakanmu. Dan ini adalah sebaik-baik kabar gembira dibanding dunia dan segala isinya. Tidakkah kalian ingin mendapatkannya pula?

Mudah-mudahan Allah memberikan balasan kepada Khadijah atas segala jasa dan kebaikannya dalam membela agama dan Rasul-Nya dengan balasan yang sebaik-baiknya, penuh kenikmatan dan kecemerlangan di dalam “istananya”.



Wallahu ‘alamu bisshowab.

(moga ku bisa meneladanimu wahai wanita mulia....)

Murojaah :
Majalah Salafy Edisi XIII/1417/1997 & Khadijah ra, The True Love Story of Rasulullah Saw

Refleksi Pernikahan #1 : Amanah Terakhir Ayah

Ia seperti karang kokoh,
Yang tak pernah goyah walau gelombang mendera bertubi-tubi
Ia bak mentari sepanjang waktu,
yang tak pernah bosan menyinari walau awan mendung datang menyelimuti
Pancarkan energi ketegaran
dalam lukisan wajahnya yang jarang menangis
Sebarkan cahaya kebahagiaan
dalam  senyuman setiap menjumpaiku
Ayah, yang selalu menemani segala bentuk hari milikku



23 tahun sudah. Ayah penuhi kewajiban membesarkanku dalam samudera kasih yang tak bertepi. Sudah selama itukah aku menjadi bebanmu? Menjadi amanah titipan Ilahi yang engkau jaga dengan sepenuh hati.  Rasanya baru kemarin aku belajar memanggil namamu dan belajar mengejanya “a.y.a.h”.  Rasanya baru kemarin aku belajar merangkak tertatih-tatih menujumu.  Sudah selama itu pula ku hidup dalam limpahan syukur tiada terkira pada-Nya atas kehadiran ayah mengisi hari-hariku. Engkau hadir memberi kehangatan, kedamaian dan perlindungan dalam syurga rumah milik kita.

Pernah suatu ketika. Ayah mengatakan padaku bahwa kebersamaan kita tidak akan selamanya ketika kelak ku telah dewasa dan menikah. Ketika datang seorang pria melamar putri kecil ayah. Dan saat-saat itulah merupakan tugas terakhir dan terberat bagi ayah. Memastikan tanggung jawab yang selama ini ayah emban diberikan kepada orang yang tepat. Seseorang yang ayah ridho terhadap agama dan akhlaknya. Memastikan ia seorang yang memiliki hati yang bijak. Yang tidak hanya mencintaiku tapi juga menghormatiku. Seorang pria yang tidak hanya memujaku tetapi juga dapat menasehatiku ketika ku berbuat salah. Sehingga dengan begitu, putri ayah bisa berbakti padanya dengan sepenuh hati. Dan jika saat itu telah tiba, maka sampailah sudah tugas terakhir seorang ayah kepada putrinya, menikahkan.

Saat itu kini tiba. Ayah, ku tahu betapa beratnya hatimu melepaskan putri kecil ayah. Ku pandangi kedua sudut mata ayah. Disana, ada genangan air mata yang membawa berjuta harapan dan doa untuk ku. Engkau hadirkan pesona ketegaran dibalik getaran suara ayah ketika menuntunnya mengikrarkan Ijab Kabul. Engkau hadirkan ketentraman, mengusir segala kegundahan yang mengelayuti jiwa dengan nasihat-nasihat pernikahan yang engkau bisikkan padaku.
“Nak, inginkah ayah sampaikan sebuah kabar gembira padamu yang setelah ini engkau tidak akan bersedih hati? Ada syurga hijau menanti yang bisa engkau masuki dari pintu mana saja yang engkau sukai, kini kuncinya ada pada ridho suamimu. ”

Hari ini, ku tuliskan sebuah ungkapan cinta dalam tulisan sederhana untuk ayah tersayang yang sangat mencintaiku. Tak terhitung kasih dan pengorbanan yang selalu ayah persembahkan sepanjang hidupku namun masih sedikit bakti ku berikan kepadamu.

Telah datang kereta yang menjemput putri ayah pergi bersamanya
Dan aku pun berlalu dengan membawa secercah asa
Ayah lihatkah rinduku pada syurga yang bisa dimasuki dari pintu mana saja yang disuka
Ayah lihatkah janji Allah sebagai balasan ketaatan menjemput setiap kemilau ridhonya
Jika saatnya tiba,
Kita akan kembali bersua
Dalam hijaunya surga, dalam berbagai karunia
Dalam ketenangan dan kedamaian jiwa
Disana kita akan kembali merendah cinta
Hapuslah lara, iringkanlah doa kebahagiaan bagi kami mengarungi bahtera rumah tangga
***
Bumi Cinta, 2012

 Dedicated For My Dad, Muhammad Idris Shaleh 
terima kasih telah mengantarku ke gerbang pernikahan.

Sepucuk Surat di Balik Dinding Penantian...

 
Jika saya dipertemukan dengan seseorang yang akan menjadi bagian dari hidup ini,
 semoga Allah SWT mempertemukan saya dengan seseorang yang mencintai-Nya lebih dari apapun.
Seseorang yang aktif dalam pembinaan tarbiyah. 
Seseorang yang mencintai saya apa adanya setelah Allah SWT dan Rasul-Nya. 
Seseorang yang telah menjual dirinya dan seluruh hidupnya untuk Allah SWT sehingga menjadikan dakwah ini menjadi bagian dari hidupnya. 
Seseorang yang berkomitmen untuk menjadikan semua anak-anak kami kelak sebagai penghafal Al-Quran.


Dan jika kami menikah, 
maka kami memiliki visi dan misi yang sama untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah sebagaimana tuntunan syariat Islam. 
Memiliki visi dan misi yang sama bahwa dari proses awal pra pernikahan hingga dalam menjalani rumah tangga, semua dilalui sesuai syariat.  
Memiliki visi dan misi yang sama, bahwa dengan menikah akan meneguhkan langkah kami bersama dalam meniti perjuangan panjang hidup ini. 
Memiliki visi dan misi yang sama, untuk melahirkan generasi Rabbani.

Dalam keseharian rumah tangga kami, 
saya menjadi istri yang menghormati dan menjaga kehormatan suami
laksana pakaian baginya yang mampu menampakkan kebaikannya dan menutupi kekurangannya. 
Menjadi istri yang menyenangkannya dengan senyum dan kasih sayang. 
Menjadi istri yang selalu menghadirkan semangat jihad di seluruh sudut rumah untuk suami dan anak-anak kami.   
semoga Allah memberikan hidayah-Nya sehingga saya mampu menanggung amanat tersebut untuk mendapatkan keridhoan-Nya.

Semoga jika saat itu tiba, 
Allah memberikan keistiqomahan dan kekuatan kepada saya dalam dakwah dan tarbiyah ini sehingga saya layak mendampingi seorang yang akan bersama meniti jalan dakwah ini.
 Seorang yang telah dipilih oleh hati tanpa ada keraguan."