Yang tak pernah goyah walau
gelombang mendera bertubi-tubi
Ia bak mentari sepanjang waktu,
yang tak pernah bosan menyinari walau awan mendung datang menyelimuti
yang tak pernah bosan menyinari walau awan mendung datang menyelimuti
Pancarkan energi ketegaran
dalam lukisan wajahnya yang jarang menangis
Sebarkan cahaya kebahagiaan
dalam senyuman setiap menjumpaiku
dalam lukisan wajahnya yang jarang menangis
Sebarkan cahaya kebahagiaan
dalam senyuman setiap menjumpaiku
Ayah, yang selalu menemani segala bentuk
hari milikku
23 tahun sudah. Ayah penuhi kewajiban membesarkanku dalam samudera kasih yang tak bertepi. Sudah selama itukah aku menjadi bebanmu? Menjadi amanah titipan Ilahi yang engkau jaga dengan sepenuh hati. Rasanya baru kemarin aku belajar memanggil namamu dan belajar mengejanya “a.y.a.h”. Rasanya baru kemarin aku belajar merangkak tertatih-tatih menujumu. Sudah selama itu pula ku hidup dalam limpahan syukur tiada terkira pada-Nya atas kehadiran ayah mengisi hari-hariku. Engkau hadir memberi kehangatan, kedamaian dan perlindungan dalam syurga rumah milik kita.
Pernah
suatu ketika. Ayah mengatakan
padaku bahwa kebersamaan kita tidak akan selamanya ketika kelak ku telah dewasa
dan menikah. Ketika datang seorang pria melamar putri kecil ayah. Dan saat-saat
itulah merupakan tugas terakhir dan terberat bagi ayah. Memastikan tanggung
jawab yang selama ini ayah emban diberikan kepada orang yang tepat. Seseorang
yang ayah ridho terhadap agama dan akhlaknya. Memastikan ia seorang yang memiliki hati yang bijak. Yang
tidak hanya mencintaiku tapi juga menghormatiku. Seorang pria yang tidak hanya memujaku
tetapi juga dapat menasehatiku ketika ku berbuat salah. Sehingga dengan begitu,
putri ayah bisa berbakti padanya dengan sepenuh hati. Dan jika saat itu telah
tiba, maka sampailah sudah tugas terakhir seorang ayah kepada putrinya,
menikahkan.
Saat
itu kini tiba. Ayah, ku
tahu betapa beratnya hatimu melepaskan putri kecil ayah. Ku pandangi kedua
sudut mata ayah. Disana, ada genangan air mata yang membawa berjuta harapan dan
doa untuk ku. Engkau hadirkan pesona ketegaran dibalik getaran suara ayah ketika
menuntunnya mengikrarkan Ijab Kabul. Engkau hadirkan ketentraman, mengusir segala
kegundahan yang mengelayuti jiwa dengan nasihat-nasihat pernikahan yang engkau
bisikkan padaku.
“Nak,
inginkah ayah sampaikan sebuah kabar gembira padamu yang setelah ini engkau
tidak akan bersedih hati? Ada syurga hijau menanti yang bisa engkau masuki dari
pintu mana saja yang engkau sukai, kini kuncinya ada pada ridho suamimu. ”
Hari
ini, ku tuliskan sebuah
ungkapan cinta dalam tulisan sederhana untuk ayah tersayang yang sangat
mencintaiku. Tak terhitung kasih dan pengorbanan yang selalu ayah persembahkan
sepanjang hidupku namun masih sedikit bakti ku berikan kepadamu.
Telah datang kereta yang menjemput putri ayah pergi bersamanya
Dan
aku pun berlalu dengan membawa secercah asa
Ayah
lihatkah rinduku pada syurga yang bisa dimasuki dari pintu mana saja yang disuka
Ayah
lihatkah janji Allah sebagai balasan ketaatan menjemput setiap kemilau ridhonya
Jika
saatnya tiba,
Kita
akan kembali bersua
Dalam
hijaunya surga, dalam berbagai karunia
Dalam
ketenangan dan kedamaian jiwa
Disana
kita akan kembali merendah cinta
Hapuslah
lara, iringkanlah doa kebahagiaan bagi kami mengarungi bahtera rumah tangga
***
Bumi
Cinta, 2012
Dedicated For My Dad, Muhammad Idris Shaleh
terima kasih telah mengantarku ke gerbang pernikahan.
terima kasih telah mengantarku ke gerbang pernikahan.
0 komentar:
Posting Komentar