Nasihat Untukmu Para Pendidik: Ku ingin sepertimu Guru!!!


Hari ini hujan sangat deras mengguyur kota ini hingga banjir yang senantiasa menjadi tamu tahunan mengenangi beberapa ruas jalan.  Dengan malas, ku bulatkan tekad untuk melewati banjir tersebut dengan berjalan kaki. Motor terpaksa ku titipkan ke pemilik warnet, tempat ku bernaung dari tadi. Hujan kali ini benar-benar sangat deras. Sesekali kilatan petir dan suara gemuruh langit menggelegar.

Apa gak tunggu banjirnya reda saja, nduk?” Tanya si mbah, orang tua pemilik warnet.
Gak mbah, saya jalan kaki saja. Gak terlalu jauh koq. Saya titip motor dulu ya mbah. Abis Magrib, saya ambil. “ jawab ku ketika sedang bersiap memakai jaket dan mengambil helm.
Oh gitu, hati-hati nduk.” Pesan si mbah kepadaku.
Nggih mbah, assalamualaikum.” Ku pun berlalu meninggalkan warnet dan si mbah.

Selama melewati banjir, ku berjalan sangat hati-hati. Takut tergelincir. Kaos kaki putih yang ku kenakan sekarang berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Begitu sampai dirumah, segera ku cuci kaki beserta kaos kaki yang ku kenakan dan langsung ku jemur.

Sebuah pengalaman serupa mengarungi banjir yang jauh lebih tinggi pernah ku alami beberapa tahun lalu. Saking derasnya banjir tersebut, membuat sandal ku sempat hanyut walau akhirnya ku berhasil mendapatkannya kembali (semau ini tidak lepas dari bantuan dan kesigapan teman-teman yang saat itu berjalan di belakangku^__^). Waktu itu, kami baru saja usai mengikuti kelas bahasa Arab di sebuah masjid yang tidak jauh dari tempat tinggalku.

Kisah diatas hanyalah sebuah kisah yang menginspirasi tulisan ini. Tulisan yang mengenangkanku pada sosok guru bahasa Arab kami. (Semoga Allah senantiasa merahmati beliau. Allahumma amin). Sekilas anda melihatnya, mungkin anda tidak akan menyangka beliau adalah seorang yang fasih bahasa Arab. Penampilannya sangat sederhana saat mengajar. Selain  plastik putih yang selalu melingkar di pergelangan tangan beliau, tempat untuk menaruh buku-buku serta kopiah hitam yang menutupi sebagian rambut beliau yang telah memutih, maka tidak ada kemewahan yang melekat pada diri beliau. Kesederhanaannya itulah yang membakar semangat kami para muridnya untuk setia hadir di kelas bahasa Arab tersebut setiap hari Rabu dan Ahad sore. Timbul rasa malu luar biasa pada diri ini jika mendapati guru tersebut telah duduk manis menunggu kedatangan kami.
Di usianya yang sangat tua dengan jalan sedikit membungkuk serta rambut yang telah memutih tidak sedikitpun mengurangi semangat (ghiroh) beliau untuk menempuh perjalanan kiloan meter dari pinggiran kota hanya untuk membagi ilmunya kepada kami. Beliau tidak pernah meminta kami untuk membayar iuran bulanan meski beliau seringkali harus menyisihkan uang pribadi sebagai ongkos angkot (nama angkutan umum di kota ini) untuk sampai ke masjid ini. Sesekali anak lelaki beliau menghantar atau menjemput beliau. Entah apa yang memotivasi beliau sedemikian kuatnya hingga sedikitpun beliau tidak pernah lelah mengajar kami dan tidak pernah mengeluh sedikitpun. Pernah suatu ketika, kami berinisiatif untuk mengumpulkan iuran bulanan, namun beliau menolaknya dengan mengatakan “uangnya dipakai untuk keperluan kuliah saja”. Subhanallah, kata-kata itu begitu sangat tulus keluar dari mulut beliau. Beliau menyayangi kami seperti cucunya. Beliau benar-benar memperlakukan kami seperti seorang kakek ketika mengajari cucunya karena kebiasaan beliau menyuguhkan permen yang telah dipersiapkan di kantung bajunya saat pelajaran berlangsung. Awalnya kami merasa “kikuk’ diperlakukan sedemikian istimewa oleh sang guru, namun akhirnya kami terbiasa dengan hal tersebut. Inilah yang terkadang menjadi guyonan diantara kami di akhir kalimat SMS ketika mengingatkan jadwal kelas bahasa Arab esok harinya, “Jangan telat ya, ntar gak diberikan permen ukhti!!!”

Maha besar Allah yang telah mempertemukan ku dan teman-teman dengan seorang guru sejati yang mengajarkan banyak hal. Hari ini kutemukan jawaban yang pernah ku tanyakan sendiri dalam diri. Apa yang memotivasi beliau sehingga begitu tulus mengajari kami. Inilah jawabnya, sepertinya beliau benar-benar memahami hadist Rasullullah saw “Apabila anak adam meninggal dunia, maka putuslah semua amalnya kecuali tiga perkara: shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh/ah. “ (HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad & Nasai).

Tidak hanya itu, sepertinya Guru saya tersebut mengetahui benar nasihat dari ulama besar Imam Syafii dan mengamalkannya. Pernah suatu ketika, Imam Syafii diminta untuk memberikan sebuah nasihat kepada Abu Abdus Shomad, seorang guru yang mendidik anak-anak khalifah Harun Ar-Rasyid. Imam Syafii lalu berkata kepada Abu Abdus Shomad: “Hendaklah hal yang pertama dimulai dalam mendidik adalah memperbaiki dirimu. Mata-mata mereka bergantung pada matamu. Dan kebaikan mereka adalah kebaikan apa yang engkau lakukan. Keburukan bagi mereka adalah sesuatu yang engkau benci. Ajarkanlah mereka kitabullah, Janganlah engkau memaksakan mereka sehingga mereka bosan. Dan janganlah engkau meninggalkan mereka dari Al-Quran lalu mereka akan meninggalkannya. Kemudian ceritakan pada mereka dari hadist-hadist yang mulia dan pepatah nasehat. Dan janganlah kau ajarkan mereka suatu ilmu kemudian pindah pada ilmu yang lain sehingga mereka memahaminya. Maka sesungguhnya perkataan yang  bertumpuk-tumpuk dalam pendengaran akan menyusahkan pemahaman. “ (Mauqif Fii Az Zuhd wa Roqoiq: 70)

Tidaklah berlebihan jika ku berasumsi bahwa gaya seorang guru saat mengajar sangatlah berpengaruh terhadap semangat atau tidaknya anak didiknya dalam belajar. Menjadi malas atau bahkan takut. Keteladanan seorang pendidik, bahkan bisa menyihir  anak didiknya sehingga mereka bercita ingin menjadi seperti guru tersebut. Seperti suatu ketika, seorang guru  TK bertanya kepada anak-anak didiknya, “Apa cita-cita kalian ketika besar?”. Dengan polos, anak-anak tersebut menjawab “Ingin menjadi seperti ibu guru!!!”.

*kepada guruku, 
Ilmumu ibarat telaga yang tiada pernah kering memberikan manfaat
Kehadiranmu senantiasa memberikan kehangatan kepada anak didikmu
Hanya sebuah doa yang bisa ku ucapkan: “smoga Allah memberikan balasan syurga atas kebaikan-kebaikanmu
Ingin ku katakan, ku ingin menjadi seperti mu!!!

Samarinda, 24 April 2011
Pukul. 22.25 wita








“Aku dan Fitnah Dunia”

Kisah pertama:
Pernah suatu ketika seorang sahabat menceritakan kegalauannya karena beberapa hari yang lalu ada seorang pria mengatakan bahwa ia menyukai dirinya. Ia merasa sangat sedih karena merasa gagal menjaga hijabnya selama ini dan takut jika dirinya menjadi fitnah bagi pria tersebut. Akhirnya ia memutuskan untuk menjauhkan diri dan memutuskan interaksi dalam bentuk apapun terhadap pria tersebut demi menjaga kesucian dirinya (dan pria tersebut). Ataupun kisah seorang sahabat yang memiliki wajah menawan. Namun, ia tidak lantas berbangga hati dan menebar pesona kepada lawan jenis. Justru ia menjadi seorang muslimah yang sangat tawadhu dan sangat berhati-hati menempatkan diri terutama ketika berinteraksi dengan lawan  jenis. Banyak sekali pemuda yang mengatakan cinta kepadanya bahkan beberapa di antaranya bermaksud untuk melamarnya (ketika menyadari bahwa sahabat tersebut memiliki komitmen tidak ada kata cinta sebelum pernikahan). Karena kekhawatirannya menjadi fitnah, akhirnya ia memutuskan untuk menikah.

Kisah kedua:
Pernah suatu ketika seorang sahabat menceritakan kesedihannya karena ia gagal menikah dengan orang yang dicintainya selama ini. Setelah bertahun-tahun berpacaran, akhirnya hubungan meraka harus berakhir ketika orang tua dari wanita tidak setuju dengan hubungan tersebut. Atau kisah seorang sahabat lain yang sedang berbunga-bunga hatinya, kemana saja selalu menebarkan senyum sepanjang hari itu karena luapan gembira mendapatkan pacar baru setelah sekian lama jomblo. Ataupun kisah seorang sahabat yang dipaksa menikah oleh orang tuanya karena terlanjur malu akibat telah hamil beberapa bulan. (naudzubillahi min dzalik)
***
Bismillahirrahmanirrahim.
Karena aku adalah wanita, maka ijinkan aku menghadirkan tulisan sederhana ini kepadamu saudariku. Kisah-kisah diatas merupakan pengantar dari tulisan ini.

Wanita adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT sebagai makhluk yang  memiliki banyak peran. Pada satu sisi ia mampu membawa manusia lainnya ke dalam jannah, namun pada sisi yang lain dimana ketidakmampuan manusia menjalankan tujuan serta tugasnya saat didunia sebagaimana yang Allah telah perintahkan sehingga menyebabkan banyak melakukan dosa/maksiat kepada Allah SWT,  ternyata terdapat kelalaian yang disebabkan oleh wanita. Karena itu wanita merupakan bagian dari peringatan kehidupan dunia.
Dunia dengan segala isinya adalah fitnah yang banyak menipu manusia. Dan Rasulullah saw., telah memberikan peringatan kepada umatnya dalam berbagai kesempatan, beliau bersabda dalam hadisnya: Dari Abu Said Al-Khudri ra dari Nabi saw bersabda: ”Sesungguhnya dunia itu manis dan lezat, dan sesungguhnya Allah menitipkannya padamu, kemudian melihat bagaimana kamu menggunakannya. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama yang menimpa bani Israil disebabkan wanita”(HR Muslim) (At-Taghaabun 14-15).
Dahsyatnya fitnah wanita telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Bahkan didalam surat ‘Ali Imran 14 menempatkan wanita sebagai urutan pertama yang banyak dicintai oleh manusia dan pada saat yang sama menjadi fitnah yang paling berbahaya untuk manusia.Rasul Saw bersabda, “Sepeninggalku  tidak  ada fitnah yang lebih besar daripada wanita” (HR Bukhari, HR Muslim).
Perhatikanlah bahwa ucapan rasul ini adalah peringatan bagi kita kaum wanita agar sangat berhati-hati berbicara, bersikap dan bertindak agar kita tidak menjadi bagian dari fitnah dunia.Sejarah telah banyak menceritakan baik yang terjadi di masa Bani Israil maupun di masa Rasululullah Saw yang menyangkut wanita yang dijadikan objek fitnah. Kisah seorang rahib yang membakar jari-jari tangannya untuk mengingatkan diri dari azab neraka ketika berhadapan dengan wanita yang sangat siap pakai, kisah penjual minyak wangi yang mengotori dirinya dengan kotoran dirinya agar wanita yang menggodanya lari, dan cerita nabi Yusuf a.s. yang diabadikan Al-Qur’an.
Itu kisah-kisah mereka yang selamat dari fitnah wanita. Sedangkan kisah mereka yang menjadi korban fitnah wanita lebih banyak lagi. Kisah rahib yang mengobati wanita kemudian berzina sampai hamil dan membunuhnya, sampai akhirnya musyrik karena menyembah syaitan. Kisah raja Arab dari Bani Umayyah yang meninggal dalam pelukan wanita dan banyak lagi kisah-kisah lainnya. Dan kisah yang telah diperlihatkan oleh sejarah ternyata bukan menjadi berhenti di suatu akhir masa, karena hingga dunia berakhir dan dihancur leburkan kembali oleh Sang Pencipta maka wanita masih menjadi bagian dari fitnah yang paling berbahaya.
Lihatlah usia dunia yang semakin renta ini, dan lihatlah apa yang terjadi pada banyak umat manusia dahulu dan umat manusia saat ini. Sejarah jahilliyah adalah sejarah kelam hingga kedatangan Islam yang menegakkan panji-panji kebesaran-Nya, mengangkat harkat martabat wanita yang sebelumnya sungguh memilukan, menempatkannya sejajar dalam hak serta kewajibannya untuk beribadah, berperan membangun tegaknya kecintaan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Rasulullah saw., pada 14 abad lalu telah menyatakan dalam sebuah hadis yang terkenal disebut dengan hadits Wahn, ”Hampir saja bangsa-bangsa mengepung kalian, sebagaimana orang lapar mengepung tempat makanan. Berkata seorang sahabat, “Apakah karena kita sedikit pada saat itu? Rasul Saw. bersabda,” Bahkan kalian pada saat itu banyak, tetapi kalian seperti buih, seperti buih lautan. Allah akan mencabut dari hati musuh kalian rasa takut pada kalian. Dan Allah memasukkan ke dalam hati kalian Wahn. Berkata seorang sahabat,” Apakah Wahn itu wahai Rasulullah saw ? Rasul saw, bersabda, “Cinta dunia dan takut mati” (HR Abu Dawud).
Secara umum fitnah kehidupan dunia dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk, yaitu: wanita, harta dan kekuasaan. Dan diantara 3 macam fitnah itu fitnah wanita adalah yang paling besar. Banyak sekali bentuk fitnah wanita, jika wanita itu isteri maka banyak para isteri dapat memalingkan suaminya dari ibadah, dakwah dan amal shalih yang menjadi tanggungjawab utama lainnya. Karena istri yang cinta harta, terkadang dapat menjerumuskan suaminya untuk berbuat dosa dengan mencari harta yg tidak halal, menjadikannya cinta dunia dan lalai akan akhirat. Jika wanita itu wanita selain isterinya, maka fitnah dapat berbentuk perzinaan. Fitnah inilah yang sangat dahsyat yang menimpa banyak umat Islam. Pertanyaannya, “Bagaimana kita bisa menyelamatkan diri kita agar selamat dari fitnah dan tidak menjadi bagian dari fitnah?”. Ini adalah pertanyaan yang sangat penting untuk dianalisa, dikaji dan dipahami oleh setiap muslimah. 
© Menjaga pakaian (menutup aurat)
Beberapa hari yang lalu, karunia besar telah Allah limpahkan adik tingkatku ketika ia memantapkan hati untuk menutup auratnya setelah sekian lama berada dalam kegelisahan. Sehari sebelumnya ia berkata padaku, “Mba, ana ingin sekali berjilbab saat ini juga. Tapi orang tua ana belum sepenuhnya memberikan kepercayaannya. Mereka khawatir kalau ana tidak bisa istiqomah?” keluhnya ketika itu. “adikku, mengenakan jilbab merupakan perintah Allah langsung yang diwajibkan kepada seluruh muslimah yang telah baligh. Kedudukannya jauh lebih tinggi diatas perintah orang tua. Maka janganlah ditunda barang seharipun ketika detik ini hatimu begitu mantap. Jangan khawatir, percayalah Allah akan membantumu menjawab keraguan kedua orang tuamu.”

Wanita tidak hanya harus bisa menjaga pandangannya tetapi terlebih lagi harus bisa menjaga tubuhnya agar tidak menjadi sumber  pandangan. Perhatikanlah cara berpakaian kita. Hindari pakaian yang menampilkan lekuk tubuh, bahan yang terlalu tipis, dan terbuka aurat. Namun juga kita harus tetap bisa tampil bersih, rapi, menyenangkan dan syar’i.
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita…” (An-Nur:31).

© Tidak Berhias Berlebihan / Tabarruj
Beberapa waktu lalu, seorang akhwat menanyakan lewat pesan singkat.
A: “Assalamualaikum. Mb, waktu wisuda pake kostum apa? Terus jilbabnya mb gimana modelnya?
B: “Waalaykumussalam. Kemarin pakenya kebaya yang di jahit model gamis (terusan). Kalo jilbabnya seperti biasa saja ala akhwat. Ada yang bisa dibantu ukhti?
A: Oh gitu mb, jadi jilbabnya kayak mb pake sehari-hari?
B: Iya. Disinilah saatnya ukhti untuk melihat keistiqomahan kita untuk tampil sederhana disaat ujian tabarruj begitu menggoda. Tampillah dengan tetap memperhatikan kaidah syar’I.
A: ehmm, baiklah mb. Jazakillah sharenya.

“Tabarruj adalah menampakkan perhiasan dan segala yang dapat mengundang syahwat laki-laki.” Ibnul Atsir rahimahullahu berkata: “Tabarruj adalah menampakkan perhiasan kepada laki-laki yang bukan mahram. Perbuatan seperti ini jelas tercela. Adapun menampakkan perhiasan kepada suami, tidaklah tercela. Inilah makna dari lafaz hadits, ‘(menampakkan perhiasan) tidak pada tempatnya’.
Kalau ada yang menganggap larangan tabarruj itu hukumnya khusus bagi istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam karena mereka adalah pendamping manusia pilihan, kekasih Allah Subhanahu wa Ta’ala, sementara wanita-wanita selain mereka tidak memiliki keistimewaan demikian, maka kita tanyakan: Dari sisi mana penetapan hukum khusus tersebut, sementara alasan dilarangnya tabarruj karena akan menimbulkan fitnah bagi laki-laki?
Surat An-Nur ayat 60 menunjukkan bahwa larangan tabarruj tidak hanya khusus bagi ummahatul mukminin, namun berlaku umum bagi seluruh mukminah. Bila wanita yang sudah tua dan sudah mengalami menopause saja dilarang tabarruj sebagaimana dalam ayat (An-Nur: 60) yang bermakna :
“Dengan tidak bermaksud tabarruj dengan perhiasan yang dikenakan…”
Tentunya larangan kepada wanita yang masih muda lebih utama lagi. Wanita yang keluar rumah dengan tabarruj hendaknya berhati-hati dengan ancaman yang dinyatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya berikut ini:
“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang keduanya belum pernah aku lihat, pertama: satu kaum yang memiliki cemeti-cemeti seperti ekor sapi yang dengannya mereka memukul manusia. Kedua: para wanita yang berpakaian tapi telanjang, mereka menyimpangkan lagi menyelewengkan orang dari kebenaran. Kepala-kepala mereka seperti punuk unta yang miring/condong. Mereka ini tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium wanginya surga padahal wanginya surga sudah tercium dari jarak perjalanan sejauh ini dan itu.” (HR. Muslim no. 5547)
Kedua golongan di atas belum ada di zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun sekarang telah kita dapatkan. Yang perlu diingat, tidaklah satu dosa diancam dengan keras melainkan menunjukkan bahwa dosa tersebut termasuk dosa besar. Sementara wanita yang keluar rumah dengan berpakaian namun hakikatnya telanjang, yang bertabarruj, berjalan berlenggak lenggok di hadapan kaum lelaki hingga menjatuhkan mereka ke dalam fitnah, dinyatakan tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium bau surga.
Dengan keterangan di atas insya Allah menjadi jelas bagi kita apa yang dimaukan dengan tabarruj. Hukumnya pun tampak bagi kita, yakni seorang muslimah dilarang keluar rumah dengan tabarruj. Namun sangat disesalkan kenyataan yang kita dapatkan di sekitar kita. Berseliwerannya wanita dengan dandanan aduhai, ditambah wangi yang semerbak di jalan-jalan dan pusat keramaian, sudah dianggap sesuatu yang lazim di negeri ini. Bahkan kita akan dianggap aneh ketika mengingkarinya.

Tidak usahlah kita membicarakan para wanita yang berpakaian “telanjang” di jalan-jalan, karena keadaan mereka sudah sangat parah, membuat orang yang takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hari akhir bergidik dan terus beristighfar. Cukup yang kita tuju para muslimah yang masih punya kesadaran berislam walaupun mungkin setipis kulit ari, hingga mereka menutup rambut mereka dengan kerudung dan membalut tubuh mereka dengan pakaian sampai mata kaki dengan berbagai model. Sangat disesalkan para muslimah yang berkerudung ini ikut berlomba-lomba memperindah penampilannya di depan umum dengan model “busana muslimah” terkini dan kerudung ‘gaul’ yang penuh pernak-pernik, pendek, dan transparan. Sehingga, berbusana yang sejatinya bertujuan menutup aurat dan keindahan seorang muslimah di hadapan lelaki selain mahramnya, malah justru menonjolkan keindahan. Belum lagi wajah dan bibir yang dipoles warna-warni. Tangan yang dihiasi gelang, jari-jemari yang diperindah dengan cincin-cincin, dan parfum yang dioleskan ke tubuh dan pakaian. Semuanya dipersembahkan di hadapan umum, seolah si wanita berkata, “Lihatlah aku, pandangilah aku…”.

Laki-laki yang memang diciptakan punya ketertarikan terhadap wanita, tentunya akan tergoda melihat si wanita keluar dengan keindahannya. Bila tidak ada iman yang menahannya dari kenistaan, niscaya ia akan berpikir macam-macam yang pada akhirnya akan menyeretnya dan menyeret si wanita pada kekejian.
© Hati-hati memilih tempat bersosial
Memilih tempat bergaul juga sangat penting untuk diperhatikan. Tentu bar dan nightclub bukanlah tempat seorang muslim. Jagalah kaki kita agar tidak melangkah ke tempat-tempat yang berpotensi bisa menimbulkan maksiat. Ini adalah peringatan bagi kaum wanita yang bangga dengan sebutan “Miss Sosialita” “Wanita modern yang mesti Gaul”…sadarilah ini bukanlah budaya Islami dan jangan mencampur adukkan budaya dengan aturan yang telah jelas batasannya. Kita tidak bisa mengadaptasi suatu budaya apalagi hodoisme, pluralisme atau banyak ragamnya “isme2” yang tujuannya mengaburkan nilai-nilai murni yang sesungguhnya menghormati kedudukan mulianya seorang wanita.
© Hati-hati ketika “Online”
Dunia internet saat ini, tempat-tempat maksiat bisa dengan mudah ditemui, diwebsite. Juga dalam bersosialisasi didunia maya (facebook, multiply, twitter, dll). Pilihlah teman/ contact yang bisa menambah iman, bukan berteman dengan orang yang suka menuliskan gosip. Selain itu juga perhatikan seluruh media yang kita gunakan mulai dari majalah, koran, televisi, radio, hp, dll. Pilihlah dengan hati-hati, karena mereka bisa mempengaruhi pikiran kita.
© Menikahlah
Bagi siapa saja yang sudah merasa siap hidup berumah tangga baik secara psikologis, agama maupun biologis, sebaiknya ia menikah. Menikah bisa membuat hati lebih tenteram dan sejuk sekaligus menghindarkan dari pikiran-pikiran jelek, mengurangi narsisme dan show off.
Rasul mengatakan menikahlah terlebih dahulu sebagai solusi pertama, baru jika tidak mampu ia disunnahkan untuk berpuasa. “Wahai para pemuda, siapa saja diantara kamu sudah merasa mampu, menikahlah, namun jika tidak mampu menikah, berpuasalah! “(HR Bukhari).
© Berpuasalah
Seperti disinggung diatas, bagi yang tidak mampu menikah sebaiknya berpuasa. Tidak mampu disini bisa jadi karena tidak punya biaya atau belum bertemu jodoh. Bersabarlah dan berpuasalah. Dengan berpuasa hati dan pikiran menjadi lebih tenang karena puasa bisa mengurangi nafsu terhadap dunia (Al- Qurtubi).

© Isi hati dan pikiran dengan Dzikir
Isilah tiap waktu kita dengan dzikir. Dzikir itu seperti petugas keamanan yang melindungi hati kita dari bisikan dan pikiran jahat. Jika hati kita terjaga, insya Allah lidah, hati, kaki, tangan, dan pikiran kita juga akan terjaga.
Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra : Dari Rasulullah saw. beliau bersabda: “Wahai kaum wanita, bersedekahlah kalian dan perbanyaklah istigfar (memohon ampun). Karena aku melihat kalian lebih banyak menjadi penghuni neraka. Seorang wanita yang cerdik di antara mereka bertanya: Wahai Rasulullah, kenapa kaum wanita yang lebih banyak menjadi penghuni neraka? Rasulullah saw. menjawab: Kalian banyak mengutuk dan mengingkari kebaikan suami. Aku tidak melihat kurangnya akal dan agama yang lebih menguasai manusia dari kalian, serta besar pula pengaruhnya kepada orang lelaki. Wanita itu bertanya lagi: Wahai Rasulullah, apakah kekurangan akal dan agama itu? Rasulullah saw. menjawab: Yang dimaksud dengan kurang pada akal adalah karena dua orang saksi wanita sama dengan seorang saksi laki-laki. Ini adalah tanda kekurangan akal. Dan seseorang wanita pula akan tinggal beberapa hari dengan tidak mengerjakan sembahyang (kerana kedatangan haid) dan dia pula ada kalanya tidak berpuasa pada Ramadan (kerana kedatangan haid juga) maka ini dan (tanda yang menunjukkan kaum perempuan) kurang amal agamanya (berbanding dengan kaum lelaki).” (HR. Bukhari dan Ibn Majah)
Kemuliaan wanita shalihah digambarkan Rasulullah Saw. dalam sabdanya, “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah“. (HR. Muslim). Kata penyair tentang wanita, Perempuan itu bukanlah dilihat dari harta dan kecantikannya. Sekali-kali bukan itu, begitu juga tidak dilihat dari silsilah keturunannya. Tapi perempuan itu dilihat dari kesucian dan agamanya.Dan (dilihat) dari kebaikannya kepada suami dan anak-anaknya  Serta (dilihat) dari ketekunanya dalam menjalankan tugas rumahnya Dan dia selalu menemanimu dikala suka dan duka.
“Tidak berguna bagi Allah taatmu dan tidak mudharat (bahaya) pada Allah maksiat (dosamu) dan sesungguhnya Allah menyuruh kamu berbuat taat dan melarang kamu dari maksiat (dosa) untuk kepentinganmu sendiri.”
Fatimah az Zahra membaca zikir ini di waktu pagi dan sore:
“Wahai Yang Maha hidup dan Berdiri Sendiri, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan. Janganlah Engkau biarkan aku mengurusi masalahku sendiri meski hanya sekejap mata, dan mudahkanlah urusanku semuanya.”
“Ya Allah… Tunjukkan kepada kami yang benar dan jadikan pilihan kami mengikuti yang benar itu. Dan juga tunjukkan kepada kami yang tidak benar dan permudahkan kami meninggalkannya.”

Allahu a’lam bi showab




Sekeping Doa

“Ya Allah, ku memohon kepada-Mu, rahmat dari sisi-Mu. Dengan rahmat-Mu Engkau menerangi hatiku. Dengan rahmat-Mu Engkau mengumpulkan dan memudahkan urusanku. Dengan rahmat-Mu Engkau balikkan sesuatu yang tiada dariku. Dengan rahmat-Mu Engkau Angkat kesaksianku. Dengan rahmat-Mu Engkau sucikan amalku. Dengan rahmat-Mu Engkau ilhamkan kedewasaanku. Dengan rahmat-Mu Engkau kembalikan sesuatu yang hilang dariku. Dengan rahmat-Mu Engkau jaga aku dari segala keburukan.”

“Ya Allah, karuniakan kepadaku keimanan dan keyakinan yang tidak ada kekufuran lagi setelahnya. Ya Allah karuniakan kepadaku rahmat, yang dengannya aku memperoleh kemulyaan-Mu, di dunia dan di akhirat. Ya Allah, ku mohon kepada-Mu keberhasilan dan keberuntungan dalam takdir. Predikat orang-orang syahid. Kehidupan yang bahagia. Dan pertolongan dalam menghadapi musuh.”

“Ya Allah, ku sampaikan kepada-Mu segala hajatku. Pendeknya pikiranku. Lemahnya amalku. Ku sangat membutuhkan rahmat-Mu. Karena itu, Ya Allah, ku memohon kepada-Mu, Wahai Dzat Yang Mengabulkan segala urusan. Wahai Dzat yang Melapangkan dada. Sebagaimana Engkau mudah mengalirkan (air) di antara lautan. Maka ku mohon agar Engkau menghindarkanku dari siksa menyala-nyala. Menghindarkanku dari do’a yang sia-sia. Dan dari fitnah kubur. Ya Allah, sungguh, sangat pendek pikiranku tentang itu. Urusanku tidak sampai menjangkaunya. Dan niatku tidak sampai melampauinya, dari kebaikan yang telah Engkau janjikan kepada seseorang dari makhluk-Mu. Atau kebaikan yang Engkau berikan kepada seseorang dari hamba-hamba-Mu. Dan karena itu ku rindu kepada-Mu akan itu. Ku memohon kepada-Mu bisa mendapatkannya dengan rahmat-Mu, Ya Rabbal ‘Alamin.”

“Ya Allah, Dzat Yang mempunyai tali yang kuat dan urusan yang baik. Ya Allah, ku memohon kepada-Mu rasa aman di hari persaksian. Syurga di hari kekekalan. Bersama orang-orang dekat lagi syuhada’. Bersama orang-orang yang rukuk lagi sujud. Bersama dengan orang-orang yang memenuhi janji-janjinya. Ya Allah, Sungguh Engkau Maha Cinta dan Kasih-Sayang. Dan Engkau bekerja sesuai dengan apa yang Engkau kehendaki sendiri.”

“Ya Allah, jadikan ku orang-orang yang menjadi sebab orang lain mendapat petunjuk, dan ku sendiri bagian dari orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Bukan orang-orang yang sesat lagi menyesatkan. Damai terhadap penolong-penolong-Mu. Perang terhadap musuh-musuh-Mu. Ku cinta dengan cinta-Mu kepada orang yang mencintai-Mu. Ku menentang dengan permusuhan-Mu terhadap orang yang melawan-Mu. Ya Allah, inilah do’a, telah ku panjatkan, karena itu sewajarnya Engkau mengabulkan. Ya Allah, kesungguhan telah ku buktikan, oleh karena itu Engkau pasti melepangkan.”

“Ya Allah, Ubun-ubunku berada dalam genggaman-Mu. Hukum-Mu berlaku bagiku. Adil putusan-Mu padaku. Ku memohon kepada-Mu dengan menyebut segala nama-Mu. Nama Yang Engkau sendiri menamai-Mu. Atau nama yang telah Engkau turunkan dalam kitab-Mu. Atau nama yang telah Engkau ajarkan kepada salah satu makhluk-Mu. Atau nama yang hanya Engkau yang tahu karena Engkau rahasiakan dalam sisi-Mu. Agar Engkau, Ya Allah, menjadikan Al Qur’an sebagai pelita hatiku. Sebagai cahaya bagi dadaku. Sebagai penawar kegelisahanku. Sebagai penghalau kegundahanku.”

“Ya Allah, sayangi aku untuk meninggalkan maksiat dan dosa, selamanya, selama Engkau menghidupkanku. Ya Allah, sayangi aku, agar Engkau tidak membebani aku di luar kemampuanku. Ya Allah, karuniakan kepadaku penglihatan yang indah terhadap sesuatu yang Engkau ridhai dariku. Ya Allah, Pencipta langit dan bumi. Dzat Yang Maha Tinggi lagi Terhormat. Mulya yang tiada duanya. Ya Allah, ku memohon kepada-Mu, Wahai Dzat Yang Maha Kasih. Ku memohon kepada-Mu dengan kemulyaan Engkau dan cahaya Wajah-Mu, agar Engkau meneguhkan hatiku dalam menjaga kitab-Mu, sebagaimana Engkau mengajarkan itu kepada kami. Karuniakan kepadaku kekuatan untuk selalu membacanya sesuai yang Engkau ridhai.”

“Ya Allah, Pencipta langit dan bumi. Dzat Yang Maha Tinggi lagi Mulya.Yang memiliki Kehormatan tiada tanding. Ya Allah, ku memohon kepada-Mu, Wahai Dzat Yang Maha Kasih. Ku memohon kepada-Mu dengan kemulyaan-Mu dan cahaya Wajah-Mu, agar Engkau menerangi penglihatanku dengan Kitab-Mu. Agar Engkau melancarkan lisanku dengan kitab-Mu. Agar Engkau lapangkan hatiku dengan Kitab-Mu. Agar Engkau luaskan dadaku dengan Kitab-Mu. Agar Engkau bersihkan badanku dengan Kitab-Mu. Karena tidak ada yang bisa menolongku dalam menjalankan kebaikan selain-Mu. Tiada yang bisa mendatangkan kebaikan kepadaku selain Engkau. Dan tidak ada daya dan upaya kecuali datang dari Engkau, Ya Allah, Dzat yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.”
Amin Allahumma Amin

Doa Assyaikh Yusuf Al Qaradhawi, diambil dari dakwatuna

Nb: wahai diriku, tetapkanlah dirimu dalam ketakwaan tanpa batas dalam mengarungi perjalanan hidup ini. sungguh Syurga yang engkau impikan, Wajah Allah dan Keinginan besar menatap wajah Rasulullah yang selama ini engkau impikan jangan lah terhapus oleh keindahan dunia yang sebentar ini...

Keping-keping hati


ketika ia sudah tidak bersinar lagi
apakah ia masih bisa menerangi sekitar...

ketika ia sudah dipenuhi maksiat
apakah ia masih mampu membawa kebaikan...

ingin sekali ku membangunkan jiwa itu
agar ia tersadar dari kesalahannya
Jiwa yang tega memainkan hati
dan melukai hati orang terkasih

ingin sekali ku membangunkan jiwa itu
agar ia mampu melihat hati yang terluka karenanya
Ingin ku mengajarnya bahkan kalo tidak sadar juga ingin ku menghajarnya!!!!
 










Catatan Auriya: Kejadian Mengesankan di Serambi Masjid…



Siang ini, Samarinda seakan membara. Matahari memancarkan panasnya tepat diatas langit-langit kota. Arakan awan seakan menghindar untuk memberikan naungan kepada makhluk bumi yang ada dibawahnya. Sejuk angin serasa tidak mampu meredupkan terik sang bola panas tersebut. Jika sudah seperti ini, berada di rumah dan menikmati minuman dingin atau berada di depan kipas angin menjadi pilihan terbaik. Beberapa hari ini cuaca di Samarinda tidak menentu. Hujan lebat di susul panas terik membuat regulator suhu tubuh menjadi kepayahan menyesuaikan diri.

Mungkin itulah yang dirasakan Auriya. Sudah 4 hari gadis itu mengalami laringitis dan sepertinya sekarang gejala konjungtivitas mulai dialaminya juga. Tubuhnya tidak fit dan serasa ingin beristirahat saja dirumah jika meminta ijin sakit begitu mudah didapatkan selama coas. Walaupun pagi ini temperature suhunya menunjukkan angka 37,8oC dan vertigo ringan, Auriya tetap memaksakan diri untuk berangkat menjalani rutinitasnya seperti hari-hari sebelumnya.Perjalanan jauh dari rumah menuju rumah sakit harus ditempuh tiap hari kurang lebih 1,5 jam. Debu dari truk-truk mengangkut bahan bangunan, gas beracun dari sisa pembakaran kendaraan bermotor , kemacetan jalan ketika melewati kerumunan pasar tradisional terbesar kedua di kota ini menjadi pemandangan yang harus dinikmati.

Tidak ada yang istimewa dari kegiatan praktek hari ini. Setelah selesai ilmiah pagi, visit pasien di ruangan inap hingga mengikuti stase poli semuanya terasa begitu berat dengan kondisi tubuh seperti saat ini. ingin sekali waktu dinas selesai dan beristirahat dirumah. Tiba-tiba SMS masuk ke HPnya…

“Aslm. Ukhtifiillah, hadiri tatsqif  Tafsir QS. Al Insan sore ini pukul 16.30 di tempat biasa.” Ternyata SMS dari Murobbi Auriya.

“Waslm. Insya Allah ana datang. Syukron ustadzah.”Terlihat Auriya begitu cekat membalas SMS dari Murobbi yang sangat ia cintai itu.

Sangatlah sulit untuk mengatakan “tidak” pada wanita yang telah dianggapnya sebagai ibu selama merantau di kota ini. Bagi Auriya, murobbi merupakan sosok yang sangat berjasa yang membuat dirinya bisa menjadi seperti sekarang. Baginya, murobbinya adalah orang pertama yang menjadi tempat curhat terhadap permasalahan yang dihadapinya. Bahkan bagi Auriya, kelak ketika ia ingin menikah maka ia akan mempercayakan kepada Murobbinya yang akan menjadi perantara untuk menentukan orang yang tepat dengan dirinya. Mengingat selama ini, hanya murobbinyalah satu-satunya orang yang tahu persis tentang kualitas dirinya. Menemukan pasangan yang memiliki pemahaman yang sama memandang tarbiyah dan memiliki visi-misi dakwah yang sama merupakan hal yang turut menentukan keistiqomahan seorang akhwat dalam perannya dalam dakwah ini ketika telah berumah tangga. Begitulah nasihat yang pernah disampaikan sang murobbi kepada Auriya. Dan itulah yang menjadi impian Auriya dan semua akhwat yang tertarbiyah.,,

Kini jam dinas telah selesai. Auriya bersiap-siap untuk pulang. Perjalanan pulang yang cukup jauh dan hadir ke agenda tatsqif sore ini membuat gadis itu tidak mau memperlambatkan pergerakannya. Segera dirapikan semua buku, peralatan dan jas-nya dan dimasukkan ke dalam tas. “Masih ada 1 jam dari Rumah sakit menuju tempat acara. Moga bisa sampai tepat waktu” Gumam Auriya dalam hati.

Teriknya panas matahari membuat ilusi riak air sepanjang perjalanan. Diperempatan lampu merah terlihat seorang bapak muda penjual koran sedang mengusap keringat dari sisi-sisi wajahnya. Benar-benar sangat panas. Sesekali Auriya pun melakukan yang sama.   Jadi terkenang tentang sebuah kisah tentang Rasulullah mulia ketika pulang dari melakukan perjalanan di panas hari yang sangat terik. Meneguk segelas air untuk menghilangkan dahaga merupakan kenikmatan yang tiada tara saat itu. Namun, apa yang dikatakan Rasullullah sesaat sebelum meminum air putih tersebut. “Andaikan saja kecintaan/kenginanku untuk menikmati segelas air putih ini lebih aku sukai dibandingkan keinginanku terhadap Engkau ya Allah, maka sungguh ku hanya akan memilih Mu dan meninggalkan ini”. “Allahumma solli ala Sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhamamad”. Auriya bersholawat….

Bersambung
***

Catatan Auriya

Penghujung malam...
Saat mata semua terlelap, tidak demikian dengan Auriya.
Radang tenggorakannya beberapa hari ini membuat gadis itu sulit sekali memejamkan mata.
"Mau ngapain ya?" ah, rasanya pingin menulis sesuatu." Gumamnya dalam hati.

Bismillahirrahmanirrahim...
apa kabar diriku hari ini? hati? iman? semoga semuanya tetap terjaga dalam ketaatan dan penuh kesyukuran (meski nikmat sehat sedikit berkurang...tetap harus bersyukur ^__^)

''Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti air hujan yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai pula perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan ia laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada orang-orang yang berpikir.'' (QS 10: 24).
Kehidupan dunia ini hanyalah suatu permainan atau senda gurau. Sedangkan akhirat adalah kehidupan yang sesungguhnya, lebih baik dan kekal (QS 6: 32).


Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedangkan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka,apakah kamu tidak memahaminya? Maka, apakah orang yang Kami janjikan kepadanya suatu janji yang baik (surga) lalu ia memperolehnya, sama dengan orang yang Kami berikan kepadanya kenikmatan hidup duniawi, kemudian dia pada hari kiamat termasuk orang-orang yang diseret (ke dalam neraka)?'' (QS 28:60)

Kita mungkin pernah merasakan betapa tidak berartinya hidup ini, jenuh dan membosankan. Hari-hari yang kita lalui hampa tiada arti. Kegagalan kita temui disana-sini. Cobaan dan rintangan kita hadapi tiada henti. Beban hidup terasa berat menghimpit. Bagi mereka yang tidak punya iman, mengakhiri hidup yang indah ini seringkali menjadi pilihan.   

Sungguh hidup ini hanya sekali, terlalu indah untuk kita buat sia-sia, karena memang Allah menciptakan makhluknya tidak untuk sia-sia. Betapa bahagianya hidup ini bila kita jalani dengan penuh semangat dan optimisme yang tinggi. Betapa indahnya hidup ini bila hari- hari kita jalani dengan senyum kebahagiaan dan sikap positif memandang masa depan. Betapa sejuknya bila kita sabar menghadapi setiap permasalahan, kemudian kita berusaha memecahkannya dan mengambil ibroh dari setiap kejadian.  
                                                  
Masalah dan cobaan adalah bunga kehidupan orang-orang beriman. Kembalilah kepada Tuhan agar hati kita  menjadi tenang. Tempatkanlah diri kita dengan sebaik-baiknya agar bijak dalam menyikapi setiap masalah. Lapangkanlah jiwa agar tidak ada beban sebesar apapun akan menyesakkan dada. 

Allahu a'lam bi showab.

" Ya Allah, tetapkanlah ku dalam ketaqwaan tanpa batas..." Pinta Auriya dalam hati.

bersambung
***

Refleksi Diri: Doa si Fakir lagi Bodoh


Tuhanku,
Aku hanyalah sebutir pasir di gurun-MU yang luas
Aku hanyalah setetes embun di lautanMU yang meluap hingga ke seluruh samudra
Aku hanya sepotong rumput di padangMU yang memenuhi bumi
Aku hanya sebutir kerikil di gunung MU yang menjulang menyapa langit
Aku hanya seonggok bintang kecil yang redu
p di samudra langit Mu yang tanpa batas

Tuhanku
Hamba yang hina ini menyadari tiada artinya diri ini di hadapanMU
Tiada Engkau sedikitpun memerlukan

akan tetapi, hamba terus menggantungkan segunung harapan pada MU

Tuhanku
Baktiku tiada arti, ibadahku hanya sepercik air
Bagaimana mungkin sepercik air itu dapat memadamkan api neraka MU
Betapa sadar diri begitu hina dihadapanMU
Jangan jadikan hamba hina dihadapan makhlukMU
Diri yang tangannya banyak maksiat ini,
Mulut yang banyak maksiat ini,
Mata yang banyak maksiat ini.
Hati yang telah terkotori oleh noda ini
memiliki keninginana setinggi langit
Mungkinkah hamba yang hina ini menatap wajahMu yang mulia???

Tuhanku
Siangku tak selalu dalam iman yang teguh
Malamku tak senantiasa dibasahi airmata taubat,
Pagiku tak selalu terhias oleh dzikir pada MU
Begitulah si lemah ini dalam upayanya yang sedikit
Janganlah kau cabut nyawaku dalam keadaan lupa pada Mu
Ata
u dalam maksiat kepadaMU
Ya Tuhanku Tutuplah untuk ku dengan sebaik-baiknya penutupan !!!
Khusnul Khatimah