Di
ruang tengah, tampak Mbak Wati dan Mbak Diana telah rapi dengan mukena yang
dikenakan.
“Uda solat belum Mbak?
Afwan, butuh waktu untuk mengembalikan ruh dulu hehe…” candaku untuk mencairkan suasana.
“Belum kok dek, menunggu
anty dulu.” Jawab Mbak
Diana bersiap iqomah.
“Ayo, ibu imam…” kata Mbak Wati sambil mengiring badan
ini berada diantara keduanya.
“Lha, koq saya Mbak?” protes ku
“Iqob bagi yang telat.
Hehe..” Kali ini Mbak
Diana menggodaku.
“Dimana-mana yang telat,
itu jadi masbuk Mbak. Lagipula saya paling junior disini, jadi bagi yang
hapalannya paling banyak dan paling senior mohon amal sholehnya.” Jawabku.
“Ayo dek, giliranmu jadi
imam malam ini. Yang bacaannya lebih tartil dan indah.” Desak Mbak Wati.
Segera
Mbak Diana melantunkan iqomah. Alhasil ku memimpin tahajjud ketika itu. Segera
ku beristigfar, melapangkan hati dan mengisyaratkan untuk merapatkan shaf kami.
Pada rakaat terakhir, ku membaca surah
Qaaf.
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat
kepadanya daripada urat lehernya. (Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat
amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah
kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya
malaikat pengawas yang selalu hadir. Dan datanglah sakaratul maut yang
sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya. Dan ditiupkalah
sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman. Dan datanglah tiap-tiap diri,
bersama dengan dia seorang malaikat, penggiring dan seorang malaikat penyaksi.
Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami
singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada
hari itu amat tajam. Dan yang menyertai dia berkata: 'Inilah (catatan amalnya)
yang tersedia pada sisiku'. Allah berfirman: 'Lemparkanlah olehmu berdua ke
dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala, yang sangat enggan
melakukan kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu, yang menyembah sembahan
yang lain beserta Allah maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat'.
Yang menyertai (syetan) dia berkata (pula): 'Ya Tuhan kami, aku tidak
menyesatkannya tetapi dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh'. Allah
berfirman: 'Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku, padahal sesungguhnya Aku
dahulu telah memberikan ancaman kepadamu'. Keputusan di sisi-Ku tidak dapat
diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku. (Dan ingatlah akan)
hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada jahannam: 'Apakah kamu sudah
penuh?' Dia menjawab: 'Masih adakah tambahan?'". (QS. Qaaf : 16-30).
Tak
bisa ku tahan airmata ini. Seperti malam sebelumnya, Tahajjud malam itu benar-benar
nikmat.
Usai
solat tahajjud, kami biasanya melanjutkan dengan setor hapalan. Tidak ada
batasan jumlah ayat dan surah yang harus dihapalkan. Semua dilakukan sesuai
kesanggupan individu. Jika ingin memurojaah hapalan malam sebelumnya juga tidak
masalah. Hanya saja, ku malu jika keduanya mampu menyetor hapalan lebih banyak.
Sepertinya hal yang sama juga dirasakan keduanya meski tidak pernah di
utarakan.
Di
saat kebersamaan itulah, biasanya kami manfaatkan untuk saling menguatkan,
berbagi cerita mulai permasalahan pribadi, kuliah hingga dakwah di kampus
masing-masing. Sulit memang, menceritakan awal kedekatan hubungan diantara
kami. Semua berjalan begitu saja, entah mulanya seperti apa, tahu-tahu kami
sudah akrab seperti saudara kandung. Berbeda daerah asal serta fakultas namun
dipertemukan di jalan dakwah dan tarbiyah serta tinggal di satu atap.
Kini,
sudah hampir 3,5 tahun hal itu tidak pernah kami lakukan bersama ketika kami
bertiga harus berpisah dan tidak tinggal se-kost lagi. Tidak ada lagi suara
mbak Wati atau Mbak Diana yang mengetuk pintu kamarku membangunkan tahajjud,
tidak ada lagi setor hapalan menjelang subuh. Sungguh ku merindukan saat-saat
itu…
Dua tahun bersama saudara-saudara terbaik
Wajah mereka
memancarkan cahaya keimanan
Akhlak mereka
membuat ku semakin mencintai Allah dan akhirat
tutur kata mereka
menyejukkan hati ini
Mereka mengingatkan
ketika ku lalai
menjadi penerang
ketika ku dalam kegelapan,
menjadi
penghibur ketika ku dalam kesedihan
moga
Allah menghimpun kita kembali dalam Jannah-Nya
Ana
Uhibbukum fillah.
0 komentar:
Posting Komentar