Sebaik-baik Saudara…


 Dek, ayo bangun….” Suara dibalik pintu kamarku itu begitu akrab ditelinga. Ku lihat jam dinding  menunjukkan pukul 02.30 dini hari. Segera ku bangkitkan dari tempat tidurku, membuka jendela dan melepaskan pandanganku sejenak ke alam bebas. Semilir angin sejuk sesekali menerpa ke wajahku. Sangat menyegarkan. Ku buka pintu kamar dan bergegas ke belakang mengambil air wudhu.

Di ruang tengah, tampak Mbak Wati dan Mbak Diana telah rapi dengan mukena yang dikenakan.

“Uda solat belum Mbak? Afwan, butuh waktu untuk mengembalikan ruh dulu hehe…” candaku untuk mencairkan suasana.

“Belum kok dek, menunggu anty dulu.” Jawab Mbak Diana bersiap iqomah.

“Ayo, ibu imam…” kata Mbak Wati sambil mengiring badan ini berada diantara keduanya.

“Lha, koq saya Mbak?” protes ku

“Iqob bagi yang telat. Hehe..” Kali ini Mbak Diana menggodaku.

“Dimana-mana yang telat, itu jadi masbuk Mbak. Lagipula saya paling junior disini, jadi bagi yang hapalannya paling banyak dan paling senior mohon amal sholehnya.” Jawabku.

“Ayo dek, giliranmu jadi imam malam ini. Yang bacaannya lebih tartil dan indah.” Desak Mbak Wati.

Segera Mbak Diana melantunkan iqomah. Alhasil ku memimpin tahajjud ketika itu. Segera ku beristigfar, melapangkan hati dan mengisyaratkan untuk merapatkan shaf kami. Pada rakaat terakhir, ku  membaca surah Qaaf.

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya. Dan ditiupkalah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman. Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat, penggiring dan seorang malaikat penyaksi. Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam. Dan yang menyertai dia berkata: 'Inilah (catatan amalnya) yang tersedia pada sisiku'. Allah berfirman: 'Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala, yang sangat enggan melakukan kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu, yang menyembah sembahan yang lain beserta Allah maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat'. Yang menyertai (syetan) dia berkata (pula): 'Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya tetapi dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh'. Allah berfirman: 'Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku, padahal sesungguhnya Aku dahulu telah memberikan ancaman kepadamu'. Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku. (Dan ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada jahannam: 'Apakah kamu sudah penuh?' Dia menjawab: 'Masih adakah tambahan?'". (QS. Qaaf : 16-30).


Tak bisa ku tahan airmata ini. Seperti malam sebelumnya, Tahajjud malam itu benar-benar nikmat.

Usai solat tahajjud, kami biasanya melanjutkan dengan setor hapalan. Tidak ada batasan jumlah ayat dan surah yang harus dihapalkan. Semua dilakukan sesuai kesanggupan individu. Jika ingin memurojaah hapalan malam sebelumnya juga tidak masalah. Hanya saja, ku malu jika keduanya mampu menyetor hapalan lebih banyak. Sepertinya hal yang sama juga dirasakan keduanya meski tidak pernah di utarakan.

Di saat kebersamaan itulah, biasanya kami manfaatkan untuk saling menguatkan, berbagi cerita mulai permasalahan pribadi, kuliah hingga dakwah di kampus masing-masing. Sulit memang, menceritakan awal kedekatan hubungan diantara kami. Semua berjalan begitu saja, entah mulanya seperti apa, tahu-tahu kami sudah akrab seperti saudara kandung. Berbeda daerah asal serta fakultas namun dipertemukan di jalan dakwah dan tarbiyah serta tinggal di satu atap.

Kini, sudah hampir 3,5 tahun hal itu tidak pernah kami lakukan bersama ketika kami bertiga harus berpisah dan tidak tinggal se-kost lagi. Tidak ada lagi suara mbak Wati atau Mbak Diana yang mengetuk pintu kamarku membangunkan tahajjud, tidak ada lagi setor hapalan menjelang subuh. Sungguh ku merindukan saat-saat itu…

Dua tahun bersama saudara-saudara terbaik
Wajah mereka memancarkan cahaya keimanan
Akhlak mereka membuat ku semakin mencintai Allah dan akhirat
tutur kata mereka menyejukkan hati ini
Mereka mengingatkan ketika ku lalai
menjadi penerang ketika ku dalam kegelapan,
menjadi penghibur ketika ku dalam kesedihan
moga Allah menghimpun kita kembali dalam Jannah-Nya
Ana Uhibbukum fillah.

0 komentar:

Posting Komentar