“Assalamualaykum. Mbak, apa
adik saya menitipkan kunci rumah?’
Tanyaku sambil duduk diteras Mbak Ratih tanpa dipersilahkan.
“Waalaykumussalam. Baru
selesai jaga Mbak Nis?”
Tanya mbak Ratih sambil masuk kedalam rumah, lalu keluar kembali menyerahkan
kunci rumah milik ku.
“Iya Mbak.” jawabku singkat.
“Sepertinya lelah sekali.” Tanya Mbak Ratih kembali.
“Hari ini cukup banyak
kerjaan di Rumah Sakit. Banyak pasien.” Jawabku sambil mengamati si kecil Suci yang sedang bermain.
“Dari tadi, Dewi gak
keliatan? Kemana Mbak?
(Dewi, anak pertama Mbak Ratih usianya 2,5 tahun, selisih 1,5 tahun dengan Suci
adiknya).
“Oh, lagi jalan dengan
ayahnya.”
Meski
baru beberapa bulan pindah ke kontrakan ini, namun keakraban dengan tetangga
disekitar kontarakan, Alhamdulilah berlangsung cukup cepat. Tidak jauh berbeda
dengan kontrakan sebelumnya. Tetangga disini sangat ramah terutama Mbak Ratih sekeluarga.
Hubungan diantara kami bisa dibilang sangat dekat. Beliau sudah menganggapku seperti saudara sendiri. Demikian sebaliknya. Untuk itulah,
disela waktu senggang dirumah, ku seringkali bermain ke rumah beliau, walau sekadar
bermain dengan Dewi atau Suci yang sudah ku anggap seperti adik sendiri.
“Pasti berat ya mengurusi pasien sedemikian
banyak dengan kondisi puasa, apalagi saya liat mbak Nisa jarang sekali
istirahat?” Tanya mbak Ratih kembali.
Dengan
bahasa sederhana ku jelaskan bahwa sebagai muslim tidaklah merasa berat
menjalankan puasa. Karena dengan puasa akan lebih dapat mensucikan jiwa dan
memberi kesempatan beristirahat bagi tubuh.
Mbak Ratih hanya mengangguk-angguk tanda setuju. Sesekali dari mulutnya keluar kata, "Ooo, begitu."
Mbak Ratih hanya mengangguk-angguk tanda setuju. Sesekali dari mulutnya keluar kata, "Ooo, begitu."
Setelah
dirasakan cukup lama duduk, ku segera bangkit dari kursi. “Ntar lagi berbuka. Ku pulang dulu ya Mbak. Terima kasih kuncinya.”
“Uda beli bukaan belum?” Tanya Mbak Ratih.
“Belum. Tadi buru-buru jadi
belum beli. Nanti saja sekalian keluar sebelum Tarawih.” Jawabku berlalu meninggalkan rumah Mbak
Ratih.
Tiba
dirumah, ku nyalakan semua lampu dan TV menyetel saluran lokal lalu bergegas
mandi. Setelah itu, ku siapkan iftor (makanan untuk berbuka) seadanya. Segelas
teh hangat sudah cukup. Berada di depan TV menunggu waktu berbuka. Hanya
seorang diri. Adikku yang juga sedang koas,
hari ini sedang jaga sehingga berbuka puasa di Rumah Sakit. Sedang kedua adikku
yang lain, sedang menghabiskan liburan semester di kampung halaman. Pasti kedua
adikku sedang menikmati saat-saat indah berkumpul bersama keluarga disana. Tiba-tiba
muncul kerinduan dengan keluarga dan keinginan mencicipi sup buatan Ummi.
Sesaat
kemudian terdengar pintu rumah diketuk.
“Iya, sebentar.” Ku raih pintu dan membukanya. Ternyata
Mbak Ratih bersama Dewi.
“Masuk Mbak.” Ku persilahkan masuk namun Mbak Ratih
menolak.
“Gak disini saja. Ini buat
berbuka puasa. Dibeli ama Ayah Dewi pas jalan tadi.”
Sebuah
nampan berisi satu mangkuk dan piring yang tertutup serta sebungkus es buah.
“Terima kasih Mbak.”
Mbak
Ratih hanya tersenyum dan berpamitan pulang. Namun tidak dengan Dewi yang memilih
menemaniku berbuka puasa. Sedari tadi, begitu pintu di buka, ia berlari masuk
ke rumah dan tidak ingin pulang.
Ku
buka penutup mangkuk dan piring tersebut. Ternyata semangkuk sup dan beberapa
gorengan. Subhanallah, Allah yang Maha Mengetahui keinginan hamba-Nya. Meski
hanya terbersit sekian detik di hati, ingin menikmati sup, dengan mudah dikabulkan
dengan-Nya. Baru saja, diri ini membayangkan kenikmatan berbuka dengan
keluarga, Allah yang Maha Pengasih tidak membiarkan diri ini berbuka puasa
sendiri melainkan ditemani si malaikat kecil, Dewi.
Tiba-tiba
teringat salah satu firman Allah yang berbunyi: " ... dan memberinya rezki
dari arah yang tiada disangka-sangka. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah
niscaya akan mencukupkan keperluannya..." (QS 65:3)
Bisa mengenali dan memiliki keluarga baru disini merupakan salah satu hadiah terindah ramadhan tahun ini. Ramadhan Kariim penuh berkah, rahmah dan maghfirah
Segala
puji bagi Allah atas segala nikmat-Nya.
0 komentar:
Posting Komentar