DICARI AKHWAT SEJATI…

Alkisah, seorang santri putra sedang bersegera menemui Ustadznya. Dia bertanya pada sang Ustadz, "Ustadz, tolong ceritakan kepadaku tentang akhwat sejati.." Sang Ustadz pun tersenyum teduh dan menjawab, “Akhi…, akhwat sejati dilihat tidak semata dari sekedar jilbabnya ataupun jubahnya yang lebar, tetapi juga dari bagaimana ia menjaga pandangan mata (ghadhul bashar), sikap, akhlak, kehormatan dan kemurnian agamanya…Akhwat sejati tidak dinilai dari kelembutan suaranya semata, tetapi dari lantangnya ia mengatakan kebenaran di hadapan lelaki yang bukan mahramnya, sekalipun kebenaran itu mungkin menyakiti perasaannya sendiri.  Akhwat sejati, tidak bisa kau nilai dari berapa banyak sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya dengan anak-anaknya, keluarga dekatnya, para tetangga, serta orang-orang di sekitarnya. Akhwat sejati bukanlah dilihat dari bagaimana ia pintar berhias dan memasak masakan yang lezat, tapi bagaimana ia bisa faham dan mengerti selera dan variasi makan keluarganya dan mengerti bagaimana berpenampilan menarik di hadapan suami.”

“Kecerdasan akhwat sejati bukan dilihat dari seberapa cepat ia meraih gelar sarjana, namun dari kemampuannya mengatur finansial keluarga dan selalu merasa cukup (qonaah) dengan segala pemberian dari sang suami di saat lapang maupun di saat sempit. Jangan pernah kau menilai kecantikan sang akhwat hanya dari wajahnya yang cantik atau penampilan luarnya yang menarik. Kecantikan akhwat sejati bisa kau lihat dari bagaimana ia tersenyum tulus pada orang-orang yang ia cintai tanpa sebuah pemaksaan. Komitmen sang akhwat sejati tidak bisa dinilai dari berapa banyak ia menolak lelaki yang mencoba berta’aruf kepadanya, tetapi dari seberapa komitmennya untuk mengatakan, Tidak ada kata CINTA sebelum menikah.”
“Ingatlah akhi…kekuatan akhwat sejati bukanlah dilihat dari jumlah sabuk hitam yang melingkar di pinggangnya, bukan pula prestasi olahraganya. Kekuatan akhwat sejati dilihat dari sabarnya ia menghadapi lika-liku kehidupan dunia. Pemahaman akhwat sejati tentang Al Quran dilihat tidak hanya dari dari berapa banyak ia hafal Al-Quran, tapi lebih kepada pengamalan atas apa yang ia baca dan hafalkan dalam Al Quran dalam kehidupan sehari-harinya." 

Jawaban dari sang Ustadz perlahan ia cerna, namun jawaban itu ternyata belum memuaskan rasa ingin tahunya, sehingga sang murid kembali bertanya, "Ustadz, adakah akhwat yang dapat memenuhi kriteria seperti itu?". Sang Ustadz yang paham akan rasa ingin tahu muridnya kembali tersenyum teduh dan berkata, "Akhi, Akhwat-akhwat seperti itu memang ada, tapi amatlah langka. Sekalipun ada, biasanya mereka memiliki karakter khas atau ciri-ciri antara lain; Mereka sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya, serta tidak lepas dari memberikan kebaikan, setidaknya pada lingkungannya sendiri. Ia tidak ingin dikenal, kecuali diminta atau didesak oleh masyarakat sekitarnya. Ia berasal dari keturunan orang-orang yang shalih atau shalihat, berasal dari lingkungan yang sangat terpelihara, punya amal ibadah harian, mingguan dan bulanan lebih dari orang-orang kebanyakan. Hidupnya sederhana namun tetap menarik dan bermanfaat buat orang lain, dikenal sebagai tetangga yang baik hati. Berbakti terhadap orang tua, hormat kepada yang lebih tua dan sayang terhadap yang lebih muda, disiplin dengan sholat wajibnya, sering berpuasa sunnah dan qiyamullail, dan bisa jadi amalan ibadah terbaiknya disembunyikan dari mata orang-orang yang mengenalnya. Ia rajin berdzikir dan beristighfar, rajin mendoakan saudara-saudaranya terutama yang sedang dalam keadaan kesulitan atau sedang terdzolimi secara nyata ataupun tersembunyi.  akhwat sejati, rajin bersilaturahmi dan senantiasa berdedikasi dalam menuntut ilmu.” 

“Akhwat sejati, ia senantiasa menambah dan memperbaiki ilmunya dan menyampaikan semua ilmu yang ia ketahui setelah terlebih dahulu ia mengamalkannya, rajin membaca atau menghafal Al Quran atau hadits dan buku-buku yang bermanfaat, pintar atau kuat hafalannya, sangat selektif soal makanan atau minuman yang dikonsumsi. Akhwat sejati memiliki perhatian terhadap kebersihan dan sangat disiplin bila bersangkutan dengan bersuci. Ia terjaga dan senantiasa menjaga diri dari berdua-duaan, tidak memiliki kesenangan terhadap bergunjing pada orang lain. Bagi akhwat sejati, menjaga pikiran, lisan dan semua perbuatan sehingga terjauhkan dari perbuatan yang sia-sia adalah sebuah kewajiban. Ia senantiasa menerima keadaan dan pasrah, serta menjaga hatinya dari bersedih hati yang terlarut-larut. Akhwat sejati pandai menghibur dan pandai menutupi aib atau kekurangan dirinya dan orang-orang yang ia kenal, mudah memaafkan kesalahan atau kekeliruan orang lain tanpa diminta dan tanpa dendam, ringan tangan untuk membantu sesama, mudah berinfaq, ikhlas, jauh dari riya, takabur, dan sifat-sifat tercela.”

Jawaban dari sang Ustadz ternyata masih menyisakan rasa penasaran sang murid, sehingga bertanyalah lagi dia kepada Ustadz. “Ustadz, adakah cara untuk mendapatkannya? Atau setidak-tidaknya bisa mendapatkan seorang akhwat yang mendekati profil akhwat sejati? Sang Ustadz pun dengan bijak segera menjawabnya: “Ada, jika antum ingin mendapatkan akhwat sejati dan benar-benar shalihah sebagai teman hidup maka SHALIHKAN DAHULU DIRIMU!! karena Insya Allah akhwat yang shalihah adalah pada dasarnya juga untuk ikhwan yang shalih...“ 

"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)." (QS. An Nuur: 26)


 
Akhwat Sejati… Bukan dilihat dari kecantikan parasnya,Tetapi dari kecantikan hati yang ada dibaliknya.
Akhwat Sejati… Bukan dilihat dari bentuk tubuh yang mempesona,Tetapi dari sejauh mana dia berhasil menutup tubuhnya.
Akhwat Sejati… Bukan dilihat dari begitu banyaknya dia melakukan kebaikan, Tetapi dari keikhlasannya memberikan kebaikan itu.
 Akhwat Sejati… Bukan dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya Tetapi dari apa yang sering mulutnya bicarakan
 Akhwat Sejati… Bukan dilihat dari keahliannya berbicara… Tetapi dari bagaimana caranya berbicara
Akhwat Sejati… Bukan dilihat dari keberaniannya berpakaian,Tetapi dari sejauh mana dia mempertahankan kehormatannya
 Akhwat Sejati… Bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang dijalan, Tetapi dari kekhawatiran dirinya yang membuat orang tergoda
 Akhwat Sejati… Bukan dilihat dari seberapa banyak dan besar ujian yang dijalani, Tetapi dari sejauh mana dia menghadapi ujian dengan kesabaran
Akhwat Sejati… Bukan dilihat dari sifat supelnya bergaul, Tetapi dari sejauh mana dia menjaga kehormatannya dalam bergaul
 Allahu’alam bi showab
Muwajih: Amirul al-Mustadh'afin

Nb: sebuah nasihat berharga yang sayang untuk tidak direnungi  dan diposting (tentu saja ^__^)



6 komentar:

avicenna16@fkunmul mengatakan...

bnyk mndapat manfaat dan semngat dari stiap bait tulisan ataupun postingan di blog ini...

Nur Anisah Idris Shaleh mengatakan...

Alhamdulilah.slain tuk meneguhkan pijakan ini sndiri,jg bisa bermanfaat u/ pmbaca. tuk itulah blog ini dibuat. jika tidak, mka sungguh sia-sia pkerjaan ini.
kl blh tau, ini dg kk sapa?ap masi coass? sering skali bkunjung, nmun tidak tau nama^^

avicenna16 mengatakan...

alhamdulillah...sy dah kelar.
dan sdh mengabdi di beberapa tempat

yayan cahyana mengatakan...

Subhanallah... terima kasih atas ilmu yg tlah disampaikan ini, semoga bermanfaat buat pembaca yg lain, husunya saya pribadi... :)

Anonim mengatakan...

https://www.youtube.com/watch?v=oUPKSGk5rMI

Anonim mengatakan...

Akulah Amirul Al-Mustadh'afin, pejuang islam sejati yang lahir dari balik jeruji tirani.

Wahai sobat Amirul, tepiskan semua mimpimu yang tiada arti dan adakah yang bisa mendamaikan hatiku yang penuh dengan gejolak darah dan airmata penindasan?! Kasih, tak mungkin ku teruskan perjuangan ini seorang diri tanpa peneguh langkahku & tak mungkin Amirul memilihmu jika dunia yang fana lebih kau cinta.
https://www.youtube.com/watch?v=oUPKSGk5rMI


Ya uhibuki, jika masih ragu dalam hatimu maka teguhkanlah azzamku untuk bisa melupakanmu karena aku disini tak sendri agar kelak jiwa dan ragamu tak terusik dengan hadirku karena dalam nadiku mengalir darah-darah perindu syahid.


Nasibku sudah bercampur aduk.

Dengar wahai umatku !!

Bersama gambaran penjelasanku hilang begitu saja. Perasaan hati ini ingin ku lemparkan bara api kepadamu. Keluar dari dada ini. Tiada inginku selain diam menangis. Aku bukan tak tahu tentang mereka. Ditangan kananku matahari pancarkan kehormatan. Aku muslim sudah tentu. Kehormatan dalam imanku. Kita punya senjata apa bila dipanggil maka datanglah.

Wahai umatku kalian konflik kepentingan tentang tanah air. Sampai kapan pagi kembali cerah? Bahagialah dengan derita itu. (Muhammad saw)

Posting Komentar