Bismillahirrahmanirrahim….
Apa kabar saudaraku?
Semoga Allah senantiasa
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga menguatkan kita dalam keistiqomahan
melewati detik-detik kehidupan ini. Beberapa saat lalu, ku menemukan beberapa
hadist Rasulullah SAW yang begitu sangat indah jika direnungkan.
Pertama, Rasul saw
bersabda: “Apabila Allah mengkehendaki kebaikan atas hamba-Nya, maka Dia akan
memperkerjakannya? “Para sahabat bertanya, “Bagaimana Allah memperkerjakannya?”
Beliau menjawab, “Allah memberinya taufiq untuk beramal shalih sebelum
kematiannya. “ (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi, al-Hakim, dishahihkan oleh
Al-Albani).
Kedua, hadistnya cukup
panjang dimana diujung hadits itu disebutkan, “Demi Allah yang tiada Tuhan
selainnya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga
sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja.
Kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah (meninggal), lalu ia melakkan
perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara mereka yang mengerjakan
amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka
kecuali sehasta saja. Kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah (meninggal)
lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surge. (HR. Bukhari dan Muslim).
Selanjutnya hadist
ketiga, Rasul bersabda: “Sesungguhnya ada seorang yang melakukan amalan ahli
surga, sebagaimana terlihat oleh manusia, tapi sebenarnya ia melakukan amalan
ahli neraka. Dan sesungguhnya ada seseorang yang melakukan amalan ahli neraka,
sebagaimana terlihat oleh manusia, tapi sebenarnya ia melakukan amalan ahli
surga.” Dalam hadist riwayat Imam Al Bukhari tersebut, diakhiri dengan
perkataan “sesungguhnya amal itu tergantung akhirnya. (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketika membaca hadist
diatas, apakah bayangan yang muncul di benak kita?
Apakah kita termasuk
golongan orang-orang yang sedang melakukan ketaatan di detik-detik terakhir
kita hidup di dunia ini? Apakah kita termasuk orang-orang yang dikesankan
kebaikannya oleh orang-orang yang masih hidup, ketika kita tiada? Marilah
meraba ke dalam hati paling dalam, bagaimana saat-saat akhir dalam hidup kita
nanti. Mari mengingat-ingat masa akhir dan bersiap-siap untuk akhirat. Tentang
keadaan kita, ketika menanti masa perpisahan dengan seluruh manusia yang kita
kenal dan semua isi dunia. Tentang bagaimana kita meninggalkan semuanya itu.
Dalam sebuah Majalah,
seorang bernama Abu Ishak menuturkan pengalamannya penuh hikmah tentang akhir
hidup seseorang. “Suatu ketika, aku didatangi dua orang pemuda yang taat beragama.
Keduanya menceritakan padaku tentang kisah yang membuatku tercenung. Mereka
mengatakan. “ketika kami lewat di sebuah Rumah Sakit di Mesir, tiba-tiba sebuah
mobil datang da terhenti di depan rumah sakit. Dari dalam mobil itu,
dikeluarkanlah seorang wanita tua yang dalam kondisi sakratul maut. Kami segera
mendatangi wanita tu dan mengatakan, “Ibu, katakanlah “Laa Ilaaha Illallah..Muhammadur Rasulullah…” Perempuan itu segera
mengangkat telunjuknya sambil mengatakan, “Laa
Ilaaha Illallah..Muhammadur Rasulullah…”. Lalu hanya selang beberapa menit
kemudian, wanita tua itu menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Tidak lama setelah itu,
datanglah anak laki-lakinya yang begitu terpukul dengan wafatnya sang ibu. Ia
pun menangis karena harus kehilangan ibu yang pasti ia cintai. Kami lalu
mendekati laki-laki itu dengan mengatakan, “saya punya berita yang
menggembirakan.” Laki-laki itu pun bertanya, “Berita apa?” Kami lalu
menceritakan apa yang terjadi dan bagaimana sebelum akhir hayatnya, sang ibu
sempat mengucapkan kalimat syahadat, sebagai tanda bahwa ia akan menjadi
penghuni surga. Tapi anak laki-laki itu justru terkejut dan marah, “Celakalah
Kalian. Kalian telah menjadikan ibuku kafir. Ibuku seorang Qibti yang beragama
Nasrani. Kenapa dia meninggal dalam keadaan Islam?”
Hanya dalam hitungan
menit bahkan detik, sebuah perjalanan hidup seseorang bisa berubah begitu drastis
di akhir-akhir hidupnya. Hanya dalam waktu yang singkat, kehidupan seseorang
berbilang tahun, bisa mengalami perbedaan yang bertolak belakang di akhir-akhir
hidupnya.
Dalam kisah yang lain,
menceritakan tentang seorang laki-laki yang dikenal banyak beribadah. Saat
mengalami sakratul maut, keluarganya menangis mengelilinginya. Laki-laki itu
mengatakan, “tolong, aku ingin duduk.” Setelah duduk, ia pun berkata ayahnya,
“Pak, mengapa engkau menangis? “ Orang tuanya menjawab, “Anakku, aku
membayangkan bila harus kehilanganmu. Membayangkan bagaimana aku akan kesepian
setelah engkau pergi.“ Laki-laki itu lalu menoleh ke ibunya, “Bu, apa yang
membuatmu menangis?” Sang ibu menjawab, “merasakan pedihnya harus berpisah
denganmu..” laki-laki itu lalu beralih kepada istrinya dan bertanya hal yang
sama. “Istriku, apa yang membuatmu menangis?” istrinya menjawab, “karena aku
harus kehilangan kebaikanmu selama ini dan bagaimana aku bisa memenuhi
kebutuhan kebaikan itu pada selain dirimu.” Ia lalu menoleh kepada anak-anaknya
dan bertanya, “ Anak-anakku apa yang membuat kalian menangis?” anak-anaknya
menjawab, “karena kedukaan dan kehinaan anak yatim bila ayah meninggal.“
setelah mendengar semau jawaban pertanyaannya, laki-laki itupun menangis.
Keluarga yang mengelilinginya heran dan bertanya, “mengapa engkau kini
menangis?” Ia lalu menjawab, “Aku menangis karena aku menyaksiikan
masing-masing kalian menangisi dirinya sendiri dan bukan menangisi aku. Tidak
ada diantara kalian yang menangisi bagaimana aku harus melewati perjalanana
panjang setelah wafat. Tidak ada di antara kalian yang menangisi aku karena
bekal yang aku persiapkan sangat sedikit. Tidak ada diantara kalian yang
menangisiku karena aku harus ditimbun tanah. Tidak ada diantara kalian yang
menangisiku terhadap balasan keburukan yang akan ku terima. Tidak ada diantara
kalian yang menangisiku karena aku harus berdiri di hadapan Rabbku …” Setelah
mengatakan itu semua ia lemas dan terjatuh. Keluarga yang mengelilinginya
berusaha membangunkannya. Tapi ternyata Allah SWT telah memanggilnya.
Saudaraku, mari kita
berdoa, “ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada
kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami.” (Qs. Ali Imran:8).
Allahu’alam bi showab
Moga bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar