Dia seperti Rimbun pohon kebijaksanaan,
Yang selalu naungi dunia kecil milikku
Sebarkan wangi kedamaian
tak henti memberiku semangat menapaki hidup
Dia, menjelma telaga teduh sepanjang waktu,
Tempatku bertambat, bermain dan bermimpi
Riak airnya membiakkan banyak kebahagiaan
Menemani segala bentuk hari yang ku lalui
Aku tak pernah mendapatinya kering,
Meski musim tidak terhitung berganti
Aku tak pernah melihatnya tumbang
Walau gelombang yang mendera bertubi-tubi
Dia tetap tersenyum menjumpaiku
Dia tetap membagi aku dengan kecupan sayang
Bunda, aku menyebutmu demikian
(anonym)
Sebarkan wangi kedamaian
tak henti memberiku semangat menapaki hidup
Dia, menjelma telaga teduh sepanjang waktu,
Tempatku bertambat, bermain dan bermimpi
Riak airnya membiakkan banyak kebahagiaan
Menemani segala bentuk hari yang ku lalui
Aku tak pernah mendapatinya kering,
Meski musim tidak terhitung berganti
Aku tak pernah melihatnya tumbang
Walau gelombang yang mendera bertubi-tubi
Dia tetap tersenyum menjumpaiku
Dia tetap membagi aku dengan kecupan sayang
Bunda, aku menyebutmu demikian
(anonym)
***
Inspirasi:
Disuatu
pagi , di Salah Satu Kamar Bedah Sebuah
Rumah sakit
Hari ini
Allah swt kembali menunjukkan padaku tentang cinta sejati saat mendampingi
seorang ibu menjalani operasi Caesar atas indikasi G1 primi tua (hamil pertama
usia tua). “Apa anak saya baik-baik saja dokter?’ Itulah pertanyaan yang
pertama kali ditanyakan sesaat tangisan bayinya terdengar. “Tenanglah ibu, bayi
ibu sehat dan gagah sekali seperti ayahnya. Baru saja suami ibu membacakan azan
di telinganya.” Jawabku sambil tersenyum.
Ku
bisikkan pada bayi mungil tersebut, “Aufa Muhammad Irfan, jadilah anak
kebanggaan agama dan orang tuamu. Kamu beruntung sekali mendapatkan ibu sekuat
ibumu.”
0 komentar:
Posting Komentar