“Aku dan Fitnah Dunia”

Kisah pertama:
Pernah suatu ketika seorang sahabat menceritakan kegalauannya karena beberapa hari yang lalu ada seorang pria mengatakan bahwa ia menyukai dirinya. Ia merasa sangat sedih karena merasa gagal menjaga hijabnya selama ini dan takut jika dirinya menjadi fitnah bagi pria tersebut. Akhirnya ia memutuskan untuk menjauhkan diri dan memutuskan interaksi dalam bentuk apapun terhadap pria tersebut demi menjaga kesucian dirinya (dan pria tersebut). Ataupun kisah seorang sahabat yang memiliki wajah menawan. Namun, ia tidak lantas berbangga hati dan menebar pesona kepada lawan jenis. Justru ia menjadi seorang muslimah yang sangat tawadhu dan sangat berhati-hati menempatkan diri terutama ketika berinteraksi dengan lawan  jenis. Banyak sekali pemuda yang mengatakan cinta kepadanya bahkan beberapa di antaranya bermaksud untuk melamarnya (ketika menyadari bahwa sahabat tersebut memiliki komitmen tidak ada kata cinta sebelum pernikahan). Karena kekhawatirannya menjadi fitnah, akhirnya ia memutuskan untuk menikah.

Kisah kedua:
Pernah suatu ketika seorang sahabat menceritakan kesedihannya karena ia gagal menikah dengan orang yang dicintainya selama ini. Setelah bertahun-tahun berpacaran, akhirnya hubungan meraka harus berakhir ketika orang tua dari wanita tidak setuju dengan hubungan tersebut. Atau kisah seorang sahabat lain yang sedang berbunga-bunga hatinya, kemana saja selalu menebarkan senyum sepanjang hari itu karena luapan gembira mendapatkan pacar baru setelah sekian lama jomblo. Ataupun kisah seorang sahabat yang dipaksa menikah oleh orang tuanya karena terlanjur malu akibat telah hamil beberapa bulan. (naudzubillahi min dzalik)
***
Bismillahirrahmanirrahim.
Karena aku adalah wanita, maka ijinkan aku menghadirkan tulisan sederhana ini kepadamu saudariku. Kisah-kisah diatas merupakan pengantar dari tulisan ini.

Wanita adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT sebagai makhluk yang  memiliki banyak peran. Pada satu sisi ia mampu membawa manusia lainnya ke dalam jannah, namun pada sisi yang lain dimana ketidakmampuan manusia menjalankan tujuan serta tugasnya saat didunia sebagaimana yang Allah telah perintahkan sehingga menyebabkan banyak melakukan dosa/maksiat kepada Allah SWT,  ternyata terdapat kelalaian yang disebabkan oleh wanita. Karena itu wanita merupakan bagian dari peringatan kehidupan dunia.
Dunia dengan segala isinya adalah fitnah yang banyak menipu manusia. Dan Rasulullah saw., telah memberikan peringatan kepada umatnya dalam berbagai kesempatan, beliau bersabda dalam hadisnya: Dari Abu Said Al-Khudri ra dari Nabi saw bersabda: ”Sesungguhnya dunia itu manis dan lezat, dan sesungguhnya Allah menitipkannya padamu, kemudian melihat bagaimana kamu menggunakannya. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama yang menimpa bani Israil disebabkan wanita”(HR Muslim) (At-Taghaabun 14-15).
Dahsyatnya fitnah wanita telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Bahkan didalam surat ‘Ali Imran 14 menempatkan wanita sebagai urutan pertama yang banyak dicintai oleh manusia dan pada saat yang sama menjadi fitnah yang paling berbahaya untuk manusia.Rasul Saw bersabda, “Sepeninggalku  tidak  ada fitnah yang lebih besar daripada wanita” (HR Bukhari, HR Muslim).
Perhatikanlah bahwa ucapan rasul ini adalah peringatan bagi kita kaum wanita agar sangat berhati-hati berbicara, bersikap dan bertindak agar kita tidak menjadi bagian dari fitnah dunia.Sejarah telah banyak menceritakan baik yang terjadi di masa Bani Israil maupun di masa Rasululullah Saw yang menyangkut wanita yang dijadikan objek fitnah. Kisah seorang rahib yang membakar jari-jari tangannya untuk mengingatkan diri dari azab neraka ketika berhadapan dengan wanita yang sangat siap pakai, kisah penjual minyak wangi yang mengotori dirinya dengan kotoran dirinya agar wanita yang menggodanya lari, dan cerita nabi Yusuf a.s. yang diabadikan Al-Qur’an.
Itu kisah-kisah mereka yang selamat dari fitnah wanita. Sedangkan kisah mereka yang menjadi korban fitnah wanita lebih banyak lagi. Kisah rahib yang mengobati wanita kemudian berzina sampai hamil dan membunuhnya, sampai akhirnya musyrik karena menyembah syaitan. Kisah raja Arab dari Bani Umayyah yang meninggal dalam pelukan wanita dan banyak lagi kisah-kisah lainnya. Dan kisah yang telah diperlihatkan oleh sejarah ternyata bukan menjadi berhenti di suatu akhir masa, karena hingga dunia berakhir dan dihancur leburkan kembali oleh Sang Pencipta maka wanita masih menjadi bagian dari fitnah yang paling berbahaya.
Lihatlah usia dunia yang semakin renta ini, dan lihatlah apa yang terjadi pada banyak umat manusia dahulu dan umat manusia saat ini. Sejarah jahilliyah adalah sejarah kelam hingga kedatangan Islam yang menegakkan panji-panji kebesaran-Nya, mengangkat harkat martabat wanita yang sebelumnya sungguh memilukan, menempatkannya sejajar dalam hak serta kewajibannya untuk beribadah, berperan membangun tegaknya kecintaan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Rasulullah saw., pada 14 abad lalu telah menyatakan dalam sebuah hadis yang terkenal disebut dengan hadits Wahn, ”Hampir saja bangsa-bangsa mengepung kalian, sebagaimana orang lapar mengepung tempat makanan. Berkata seorang sahabat, “Apakah karena kita sedikit pada saat itu? Rasul Saw. bersabda,” Bahkan kalian pada saat itu banyak, tetapi kalian seperti buih, seperti buih lautan. Allah akan mencabut dari hati musuh kalian rasa takut pada kalian. Dan Allah memasukkan ke dalam hati kalian Wahn. Berkata seorang sahabat,” Apakah Wahn itu wahai Rasulullah saw ? Rasul saw, bersabda, “Cinta dunia dan takut mati” (HR Abu Dawud).
Secara umum fitnah kehidupan dunia dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk, yaitu: wanita, harta dan kekuasaan. Dan diantara 3 macam fitnah itu fitnah wanita adalah yang paling besar. Banyak sekali bentuk fitnah wanita, jika wanita itu isteri maka banyak para isteri dapat memalingkan suaminya dari ibadah, dakwah dan amal shalih yang menjadi tanggungjawab utama lainnya. Karena istri yang cinta harta, terkadang dapat menjerumuskan suaminya untuk berbuat dosa dengan mencari harta yg tidak halal, menjadikannya cinta dunia dan lalai akan akhirat. Jika wanita itu wanita selain isterinya, maka fitnah dapat berbentuk perzinaan. Fitnah inilah yang sangat dahsyat yang menimpa banyak umat Islam. Pertanyaannya, “Bagaimana kita bisa menyelamatkan diri kita agar selamat dari fitnah dan tidak menjadi bagian dari fitnah?”. Ini adalah pertanyaan yang sangat penting untuk dianalisa, dikaji dan dipahami oleh setiap muslimah. 
© Menjaga pakaian (menutup aurat)
Beberapa hari yang lalu, karunia besar telah Allah limpahkan adik tingkatku ketika ia memantapkan hati untuk menutup auratnya setelah sekian lama berada dalam kegelisahan. Sehari sebelumnya ia berkata padaku, “Mba, ana ingin sekali berjilbab saat ini juga. Tapi orang tua ana belum sepenuhnya memberikan kepercayaannya. Mereka khawatir kalau ana tidak bisa istiqomah?” keluhnya ketika itu. “adikku, mengenakan jilbab merupakan perintah Allah langsung yang diwajibkan kepada seluruh muslimah yang telah baligh. Kedudukannya jauh lebih tinggi diatas perintah orang tua. Maka janganlah ditunda barang seharipun ketika detik ini hatimu begitu mantap. Jangan khawatir, percayalah Allah akan membantumu menjawab keraguan kedua orang tuamu.”

Wanita tidak hanya harus bisa menjaga pandangannya tetapi terlebih lagi harus bisa menjaga tubuhnya agar tidak menjadi sumber  pandangan. Perhatikanlah cara berpakaian kita. Hindari pakaian yang menampilkan lekuk tubuh, bahan yang terlalu tipis, dan terbuka aurat. Namun juga kita harus tetap bisa tampil bersih, rapi, menyenangkan dan syar’i.
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita…” (An-Nur:31).

© Tidak Berhias Berlebihan / Tabarruj
Beberapa waktu lalu, seorang akhwat menanyakan lewat pesan singkat.
A: “Assalamualaikum. Mb, waktu wisuda pake kostum apa? Terus jilbabnya mb gimana modelnya?
B: “Waalaykumussalam. Kemarin pakenya kebaya yang di jahit model gamis (terusan). Kalo jilbabnya seperti biasa saja ala akhwat. Ada yang bisa dibantu ukhti?
A: Oh gitu mb, jadi jilbabnya kayak mb pake sehari-hari?
B: Iya. Disinilah saatnya ukhti untuk melihat keistiqomahan kita untuk tampil sederhana disaat ujian tabarruj begitu menggoda. Tampillah dengan tetap memperhatikan kaidah syar’I.
A: ehmm, baiklah mb. Jazakillah sharenya.

“Tabarruj adalah menampakkan perhiasan dan segala yang dapat mengundang syahwat laki-laki.” Ibnul Atsir rahimahullahu berkata: “Tabarruj adalah menampakkan perhiasan kepada laki-laki yang bukan mahram. Perbuatan seperti ini jelas tercela. Adapun menampakkan perhiasan kepada suami, tidaklah tercela. Inilah makna dari lafaz hadits, ‘(menampakkan perhiasan) tidak pada tempatnya’.
Kalau ada yang menganggap larangan tabarruj itu hukumnya khusus bagi istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam karena mereka adalah pendamping manusia pilihan, kekasih Allah Subhanahu wa Ta’ala, sementara wanita-wanita selain mereka tidak memiliki keistimewaan demikian, maka kita tanyakan: Dari sisi mana penetapan hukum khusus tersebut, sementara alasan dilarangnya tabarruj karena akan menimbulkan fitnah bagi laki-laki?
Surat An-Nur ayat 60 menunjukkan bahwa larangan tabarruj tidak hanya khusus bagi ummahatul mukminin, namun berlaku umum bagi seluruh mukminah. Bila wanita yang sudah tua dan sudah mengalami menopause saja dilarang tabarruj sebagaimana dalam ayat (An-Nur: 60) yang bermakna :
“Dengan tidak bermaksud tabarruj dengan perhiasan yang dikenakan…”
Tentunya larangan kepada wanita yang masih muda lebih utama lagi. Wanita yang keluar rumah dengan tabarruj hendaknya berhati-hati dengan ancaman yang dinyatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya berikut ini:
“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang keduanya belum pernah aku lihat, pertama: satu kaum yang memiliki cemeti-cemeti seperti ekor sapi yang dengannya mereka memukul manusia. Kedua: para wanita yang berpakaian tapi telanjang, mereka menyimpangkan lagi menyelewengkan orang dari kebenaran. Kepala-kepala mereka seperti punuk unta yang miring/condong. Mereka ini tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium wanginya surga padahal wanginya surga sudah tercium dari jarak perjalanan sejauh ini dan itu.” (HR. Muslim no. 5547)
Kedua golongan di atas belum ada di zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun sekarang telah kita dapatkan. Yang perlu diingat, tidaklah satu dosa diancam dengan keras melainkan menunjukkan bahwa dosa tersebut termasuk dosa besar. Sementara wanita yang keluar rumah dengan berpakaian namun hakikatnya telanjang, yang bertabarruj, berjalan berlenggak lenggok di hadapan kaum lelaki hingga menjatuhkan mereka ke dalam fitnah, dinyatakan tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium bau surga.
Dengan keterangan di atas insya Allah menjadi jelas bagi kita apa yang dimaukan dengan tabarruj. Hukumnya pun tampak bagi kita, yakni seorang muslimah dilarang keluar rumah dengan tabarruj. Namun sangat disesalkan kenyataan yang kita dapatkan di sekitar kita. Berseliwerannya wanita dengan dandanan aduhai, ditambah wangi yang semerbak di jalan-jalan dan pusat keramaian, sudah dianggap sesuatu yang lazim di negeri ini. Bahkan kita akan dianggap aneh ketika mengingkarinya.

Tidak usahlah kita membicarakan para wanita yang berpakaian “telanjang” di jalan-jalan, karena keadaan mereka sudah sangat parah, membuat orang yang takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hari akhir bergidik dan terus beristighfar. Cukup yang kita tuju para muslimah yang masih punya kesadaran berislam walaupun mungkin setipis kulit ari, hingga mereka menutup rambut mereka dengan kerudung dan membalut tubuh mereka dengan pakaian sampai mata kaki dengan berbagai model. Sangat disesalkan para muslimah yang berkerudung ini ikut berlomba-lomba memperindah penampilannya di depan umum dengan model “busana muslimah” terkini dan kerudung ‘gaul’ yang penuh pernak-pernik, pendek, dan transparan. Sehingga, berbusana yang sejatinya bertujuan menutup aurat dan keindahan seorang muslimah di hadapan lelaki selain mahramnya, malah justru menonjolkan keindahan. Belum lagi wajah dan bibir yang dipoles warna-warni. Tangan yang dihiasi gelang, jari-jemari yang diperindah dengan cincin-cincin, dan parfum yang dioleskan ke tubuh dan pakaian. Semuanya dipersembahkan di hadapan umum, seolah si wanita berkata, “Lihatlah aku, pandangilah aku…”.

Laki-laki yang memang diciptakan punya ketertarikan terhadap wanita, tentunya akan tergoda melihat si wanita keluar dengan keindahannya. Bila tidak ada iman yang menahannya dari kenistaan, niscaya ia akan berpikir macam-macam yang pada akhirnya akan menyeretnya dan menyeret si wanita pada kekejian.
© Hati-hati memilih tempat bersosial
Memilih tempat bergaul juga sangat penting untuk diperhatikan. Tentu bar dan nightclub bukanlah tempat seorang muslim. Jagalah kaki kita agar tidak melangkah ke tempat-tempat yang berpotensi bisa menimbulkan maksiat. Ini adalah peringatan bagi kaum wanita yang bangga dengan sebutan “Miss Sosialita” “Wanita modern yang mesti Gaul”…sadarilah ini bukanlah budaya Islami dan jangan mencampur adukkan budaya dengan aturan yang telah jelas batasannya. Kita tidak bisa mengadaptasi suatu budaya apalagi hodoisme, pluralisme atau banyak ragamnya “isme2” yang tujuannya mengaburkan nilai-nilai murni yang sesungguhnya menghormati kedudukan mulianya seorang wanita.
© Hati-hati ketika “Online”
Dunia internet saat ini, tempat-tempat maksiat bisa dengan mudah ditemui, diwebsite. Juga dalam bersosialisasi didunia maya (facebook, multiply, twitter, dll). Pilihlah teman/ contact yang bisa menambah iman, bukan berteman dengan orang yang suka menuliskan gosip. Selain itu juga perhatikan seluruh media yang kita gunakan mulai dari majalah, koran, televisi, radio, hp, dll. Pilihlah dengan hati-hati, karena mereka bisa mempengaruhi pikiran kita.
© Menikahlah
Bagi siapa saja yang sudah merasa siap hidup berumah tangga baik secara psikologis, agama maupun biologis, sebaiknya ia menikah. Menikah bisa membuat hati lebih tenteram dan sejuk sekaligus menghindarkan dari pikiran-pikiran jelek, mengurangi narsisme dan show off.
Rasul mengatakan menikahlah terlebih dahulu sebagai solusi pertama, baru jika tidak mampu ia disunnahkan untuk berpuasa. “Wahai para pemuda, siapa saja diantara kamu sudah merasa mampu, menikahlah, namun jika tidak mampu menikah, berpuasalah! “(HR Bukhari).
© Berpuasalah
Seperti disinggung diatas, bagi yang tidak mampu menikah sebaiknya berpuasa. Tidak mampu disini bisa jadi karena tidak punya biaya atau belum bertemu jodoh. Bersabarlah dan berpuasalah. Dengan berpuasa hati dan pikiran menjadi lebih tenang karena puasa bisa mengurangi nafsu terhadap dunia (Al- Qurtubi).

© Isi hati dan pikiran dengan Dzikir
Isilah tiap waktu kita dengan dzikir. Dzikir itu seperti petugas keamanan yang melindungi hati kita dari bisikan dan pikiran jahat. Jika hati kita terjaga, insya Allah lidah, hati, kaki, tangan, dan pikiran kita juga akan terjaga.
Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra : Dari Rasulullah saw. beliau bersabda: “Wahai kaum wanita, bersedekahlah kalian dan perbanyaklah istigfar (memohon ampun). Karena aku melihat kalian lebih banyak menjadi penghuni neraka. Seorang wanita yang cerdik di antara mereka bertanya: Wahai Rasulullah, kenapa kaum wanita yang lebih banyak menjadi penghuni neraka? Rasulullah saw. menjawab: Kalian banyak mengutuk dan mengingkari kebaikan suami. Aku tidak melihat kurangnya akal dan agama yang lebih menguasai manusia dari kalian, serta besar pula pengaruhnya kepada orang lelaki. Wanita itu bertanya lagi: Wahai Rasulullah, apakah kekurangan akal dan agama itu? Rasulullah saw. menjawab: Yang dimaksud dengan kurang pada akal adalah karena dua orang saksi wanita sama dengan seorang saksi laki-laki. Ini adalah tanda kekurangan akal. Dan seseorang wanita pula akan tinggal beberapa hari dengan tidak mengerjakan sembahyang (kerana kedatangan haid) dan dia pula ada kalanya tidak berpuasa pada Ramadan (kerana kedatangan haid juga) maka ini dan (tanda yang menunjukkan kaum perempuan) kurang amal agamanya (berbanding dengan kaum lelaki).” (HR. Bukhari dan Ibn Majah)
Kemuliaan wanita shalihah digambarkan Rasulullah Saw. dalam sabdanya, “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah“. (HR. Muslim). Kata penyair tentang wanita, Perempuan itu bukanlah dilihat dari harta dan kecantikannya. Sekali-kali bukan itu, begitu juga tidak dilihat dari silsilah keturunannya. Tapi perempuan itu dilihat dari kesucian dan agamanya.Dan (dilihat) dari kebaikannya kepada suami dan anak-anaknya  Serta (dilihat) dari ketekunanya dalam menjalankan tugas rumahnya Dan dia selalu menemanimu dikala suka dan duka.
“Tidak berguna bagi Allah taatmu dan tidak mudharat (bahaya) pada Allah maksiat (dosamu) dan sesungguhnya Allah menyuruh kamu berbuat taat dan melarang kamu dari maksiat (dosa) untuk kepentinganmu sendiri.”
Fatimah az Zahra membaca zikir ini di waktu pagi dan sore:
“Wahai Yang Maha hidup dan Berdiri Sendiri, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan. Janganlah Engkau biarkan aku mengurusi masalahku sendiri meski hanya sekejap mata, dan mudahkanlah urusanku semuanya.”
“Ya Allah… Tunjukkan kepada kami yang benar dan jadikan pilihan kami mengikuti yang benar itu. Dan juga tunjukkan kepada kami yang tidak benar dan permudahkan kami meninggalkannya.”

Allahu a’lam bi showab




0 komentar:

Posting Komentar