Suatu
siang, saat ku sedang menunggu lampu merah dalam perjalanan pulang dari Rumah
Sakit, ku melihat seorang anak kecil duduk di pinggiran jalan. Pakaiannya lusuh
dan warnanya tampak pudar. Ku taksir ia seusia adik bungsu ku, Aulia
Nakeisha.Tiba-tiba kerinduan dengan keluarga memenuhi ruang hatiku. Selama kuliah, ku
jarang bertemu mereka. Kerinduan Setahun hanya tergantikan beberapa pekan saja
jika liburan.
Ia
mendekatiku, tangannya di ulurkan padaku sambil bergumam lirih. Ku segera merogoh
tasku, mencari selembar uang seribuan. Ku memang jarang menyimpan uang dalam
dompet. Ku lebih suka memasukkan ke dalam tas atau saku baju. Lama ku
mencarinya,belum ketemu juga.
Sementara anak kecil itu terus menungguku."Nah, ini dia. Sepuluh ribuan. Lima ribuan.Yang seribuan mana ya? Padahal tadi ada koq. Gimana kalo ku berikan saja lima ribuan itu ya? Ah, tapi sayang. Rasanya terlalu banyak. Bulan ini keperluan begitu banyak,sementara kiriman belum datang." Bisikku dalam hati.
Sedikt putus asa mencari, dengan nada kecewa ku berkata "Maaf ya dek. Uang kecilnya gak ada."
Anak itu
pun pergi. Pandanganku melihat kearah detik lampu merah di hadapanku.
"Masih
lama,ku cari kembli ahh..". Nuraniku
berbisik lagi.
Ku keluarkan satu persatu isi tasku dengan perlahan. Alhamdulilah ada. Ternyata uang seribuan itu terselip di buku 'pediatricia'ku. Pandanganku kini mencari anak kecil tadi. Nah, itu dia. Ternyata ia sedang melakukan hal yang sama pada kendaraan tidak jauh dariku. "Dek...kemari!! ku berteriak memanggilnya.Tak ku hiraukn tatapan orang di sekitarku. Terus ku panggil, tapi nyaring mesin kendaraan meredam suaraku. Berulang kali ku panggil, tetap saja ia tidak mendengarnya. Usahaku terhentikan ketika ku mendengar klakson mobil dibelakangku. Lampu hijau. Sepanjang perjalanan,ku trus memikirkn kejadian yang baru saja ku alami.mendadak penyesalan hinggap dihatiku.
Usai solat magrib, ku kembali merenungi kejadian siang tadi. Ku memohon petunjuk dan bimbingan-Nya. Sekarang ku telah menyadari kekeliruanku. Betapa kikirnya diriku ini. Mengapa ku harus merasa sayang memberikan sedekah lima ribu rupiah? Bukankah ku memiliki lebih dari itu? Kenapa cepat sekali ku putus asa mencari uang seribuan itu? Astagfirullah.. yaAllah, ampuni hamba.. Allahumma Inni adzubika minal buhl. Maafkan aku,dek! Mudah-mudahan suatu hari Allah berkenan mempertemukn kita kembali. Amin
2 komentar:
Ncep Suka ini... sebuah prioritas ketika kita ingin berbagi...kepada siapa kita memberi dan berbagi dan bagaimana kita bisa saling berbagi...
Ya Allah... jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang penuh santun terhadap sesama dan berguna untuk umat-Mu di dunia.
Irhamna ya Rabbana...
wow keren.........
jadi penulis aja........
jadi terbawa akan tulisan mu........
wassalam
Posting Komentar