Ku melihat ada
bayangan seorang wanita mengenakan jilbab berbalut gaun putih di balik cermin
tersebut. “Apakah wanita itu aku?” Batinku mencoba menyakinkan diriku sendiri
akan hari istimewa ini. Hari dimana ku akan memasuki dunia baru bernama rumah
tangga bersama lelaki yang akan ku cintai sepenuh hati. Suamiku.
Tiada keraguan
di hati ketika ia menyampaikan maksud ingin mengkhitbahku. Ku tepis keheranan
orang-orang yang menanyakan tentang bagaimana cara ku mengenalnya dan bagaimana
cinta itu bisa hadir tanpa pacaran dan komunikasi. Ku menjawabnya bahwa
cinta/kecenderungan itu hadir dalam hati manusia bukanlah ditentukan oleh
seringnya interaksi/tatap muka namun karena kecocokan jiwa, tempat cinta akan
ditanam dan tumbuh. Dan Allah-lah yang Maha Kuasa menanamkan dan menumbuhkan
cinta.
“Kok melamun aja dari tadi?” Seorang akhwat
menegurku. Ku hanya bisa tersenyum tanpa berkata apapun. Seolah akhwat tersebut
memahami kegundahan hatiku dan mencoba menenangkanku. Saat-saat seperti ini
kehadiran seorang teman sangat ku butuhkan. Ku bersyukur panitia walimah
mengerti hal tersebut dan mengutus dua orang akhwat untuk mendampingiku di
kamar hingga proses akad selesai. “Sebentar lagi rombongan ikhwan tiba!” Kata
akhwat yang berbeda. Mendengar hal itu, jantungku berdebar sangat kencang.
Pikiranku tidak menentu. Ada cemas, bahagia, semua bercampur menjadi satu.
“Selesai akad, apa mau sholat dulu ukhti?”
Tanya salah seorang akhwat. Ku hanya menganggukkan kepala tanpa bisa berkata
apa-apa. Akhwat tersebut mengerti dengan isyarat tersebut dan beranjak dari
kursi duduknya kemudian menghamparkan dua sajadah di salah satu sudut kamar.
Untuk ku dan dia. Hatiku berdesir.
Beberapa menit
kemudian suasana di luar kamar terdengar sangat ramai. Sepertinya rombongan
ikhwan telah tiba dan memasuki ruang tamu yang tepat berada di samping kamarku.
Perasaanku semakin tak menentu. Dari balik dinding kamar, ku mendengar suara
seorang ikhwan membacakan serangkaian acara akad. Beberapa saat kemudian,
suasana menjadi hening. Terdengar lantunan ayat al-Quran mengalun indah
dibacakan oleh seorang ikhwan. Suasana semakin berjalan hikmat, ketika tausiyah
nikah disampaikan.
Rasulullah pernah bersabda, "Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah orang yang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku." (HR. Tirmidzi & Ibnu Majah)
Hatiku gerimis.
Kini tiba
saatnya. Disaksikan Allah swt. dan puluhan pasang mata, ijab Kabul itu di
ikrarkan olehnya. Janji telah terucap dan telah dicatat oleh malaikatNya. Kini
terungkaplah rahasia lauhul mahfudz selama ini tentang hadirnya pendamping
hidup. Kini telah ada seorang pemimpin atas diriku untuk ku taati sebagai
bagian pengabdian pada Rabb ku. Kini ada
sebuah hati yang harus ku jaga sepenuh hati karena keridhoannya menjadi kunci syurga.
Ya Allah, Satukanlah hatinya dengan hatiku
Titipkanlah kebahagiaan diantara kami
Agar kemesraan itu abadi
Ya Allah, Ya Tuhan ku yang maha mengasihi
Seiringkanlah kami melayari hidup ini Ke tepian yang sejahtera dan
abadi..
Amin ya Robb…
Bulir-bulir
airmata bahagia kini berderai mengiringi rasa syukur tak terhingga atas nikmat-Nya
yang tercurahkan hari ini. Berakhirlah sudah penantian panjang tentang
hadirnya. Ku memasuki kehidupan baru menjalani peran sebagai seorang istri dan
kelak sebagai seorang ibu bagi anak-anak kami. Indahnya bunga di taman takkan pernah
bisa menyaingi keindahan cinta kami yang dibangun atas kecintaan pada Allah. Allah-lah
yang menciptakan hati, jiwa dan raganya demikian rupa sehingga aku begitu
mencintainya. Dan atas dasar cinta Allah pulalah ia pun mencintaiku. Kami
sama-sama menyadari hanya dengan cinta karena Allah, cinta ini akan terus
berbunga dan mewangi selamanya.
Suamiku,
Hanya dirimu
yang ku inginkan
Mencerahkan
hariku di kala mendung
Menyinari
malamku di kala pekat
Suamiku,
Hanya
engkaulah yang kuharapkan
Untuk hidupku
hari ini, esok dan selamanya
Hingga kedua
kaki kita menapaki syurgaNya