RENUNGAN BAGI UKHTI YANG MENANTI PANGERAN IMPIAN


Apa yang terbayang ketika antum semua membaca kisah hidupnya Nabi Muhammad SAW…Umar bin Abdul Aziz….atau tentang Nabi Isa ?...Ya, mereka semua adalah laki- laki yang telah menoreh sejarah…Namanya abadi di lembaran sejarah. Yang membuat kita kagum.
Tetapi pernahkah kita berpikir…siapakah wanita yg berada di balik keagungan nama-nama di atas? Yang mengantarkan mereka menjadi pengisi tinta sejarah ummat ini? Inilah mungkin yang ingin aku renungkan. Sebuah kesholihan wanita yang dari darah dagingnya menitis seorang anak.
Pada lintasan sejarah, gadis penjual susu itu hanyalah satu nama dari begitu banyak nama wanita-wanita sholihah yang mampu melahirkan generasi-generasi Robbani. Sebutlah Maryam..yang menjaga diri dengan beribadah dan bermunajat kepada Allah. Juga Aminah ..ia adalah bunga suku Quraisy yang terkenal karena menjaga  kehormatannya.

Ada apa dengan wanita-wanita itu ?
Sehingga Allah memilihnya menjadi wanita-wanita terhormat karena dari rahimnya lahir generasi-generasi robbani ? Generasi –generasi penyelamat kaumnya yang mampu menunjukkan kebenaran illahi. Pun, mereka menjadi pewarna sebuah peradapan pada masa dimana mereka hidup. Pertanyaan sekaligus harapan yang mengendap di hatiku…mampukah dari rahim ini lahir generasi-generasi robbani yang bisa dibanggakan? Tidak usahlah seperti umar bin abdul aziz atau Nabi Isa..terlebih-lebih Nabi Muhammad SAW, tetapi paling tidak mereka kelak mampu membuatku tersenyum bangga, kebanggaan yang hakiki. Sebab mereka adalah anak-anak yang menjadikan Allah sebagai tujuan hidupnya. Mereka bangga dengan keislamannya dengan berusaha memberi manfaat kepada manusia lain. Membayangkan itu saja, rasanya tiba-tiba semangat menikah membuncah, memenuhi relung-relung hati yang sering merasa malu dengan kehadiran sebuah hasrat penuh misteri. Tetapi aku sadar bahwa sebesar apapun semangat itu, jika Allah belum berkehendak maka masa pernikahan itupun tak datang padaku atau siapapun. Aku juga tidak ingin melanjutkan pertanyaan itu menjadi..kenapa aku belum menikah ? atau kenapa Allah belum memberi jodoh?

Justru aku berpikir bahwa aku harus mampu memanfaatkan kesempatan ini untuk mendidik diri agar menjadi wanita shalihah agar kelak rahim ini mampu melahirkan anak-anak mulia dan sholih. Tentu itu bukan semata persoalanku semata tetapi persoalan semua akhwat mu’minat yang sampai saat ini Allah belum mempertemukan dengan seseorang laki-laki sebagai jodohnya.
Akhwat mu’minat, aku yakin kita semua memiliki mimpi yang sama. Mimpi untuk membentuk keluarga sakinah dan melahirkan generasi rabbani penerus cita-cita umat. Generasi yang menjadi penghasung risalah mulia yang telah di wariskan oleh para Rasul dan Anbiya. Namun masalahnya, apakah kita sudah memahami, untuk melahirkan generasi rabbani penerus ummat itu, merupakan perjuangan keras tak kenal lelah? Perjuangan itu tidak hanya pada saat kita menikah, melainkan jauh sebelum kita memasuki mahligai pernikahan.

Menunggu ! Adalah pekerjaan yang sangat menjemukan dan sekaligus menjengkelkan ..kata sebagian orang. Dalam banyak hal memang selalu begitu. Pun saat menunggu saat pernikahan. Saat datangnya pendamping perjuangan. Betapa pergulatan rasa sedemikian beratnya sehingga raga pun merasa payah dan tak berdaya menanggung beban itu. Sakit ! Itu mungkin ekspresi raga saat menanggung beban itu. Ditambah lagi usia yang kian bertambah saja…tanpa sedikitpun berhenti sejenak…Putus asa pun menambah genangan su’udhzon kepada Allah.

UKHTI…tapi aku yakin..tidaklah demikian dengan kita. Kita memang wanita seperti yang lainnya, yang kata orang sering di dominasi perasaan. Mudah larut dalam logika rasa. Tetapi harus diingat bahwa kita adalah wanita dengan keimanan yang mendalam kepada Allah. Dengan keimanan itu kita gantungkan tali harapan kepadaNya. Bahwa kita meyakini Allah Maha mengatur dan mendengar suara para pendo’a seperti kita. Bahwa sekecil apapun peristiwa di muka bumi ini tidak pernah lepas dari pengaturanNya.

Semua telah diatur dan ditata oleh Allah sedemikian rupa. Dan Dia Maha Sempurna dalam menentukan yang terbaik bagi seorang hamba. Demikian pula dalam pernikahan. Itu adalah teramat mudah bagiNya. Kalau pun memang saat itu belum juga datang, kita harus tetap menjaga huznudhon kepadaNya. Dibalik semua itu pasti ada hikmah untuk kebaikan kita. Dalam penantian tanpa batas ini…karena hanya Allah Yang Maha Tahu…maka hendaklah kita manfaatkan kesempatan ini untuk mempercantik diri, memperbaiki kualitas di hadapan Allah. Hendaklah kita habiskan detik dan menit dalam hidup kita untuk melakukan amal sholih,untuk beribadah kepada Allah. Bukankah itu adalah tugas utama kita? Hidupkanlah munajat kepadaNya. Tengadahkan hati dan wajah kita hanya kepadaNya. Lupakan sejenak persoalan dunia seolah-olah maut menjemput esok. Tumpahkan beban jiwa. Sampaikan pengharapan-pengharapan kita. Akui dengan jujur dosa yang menghalangi hidayah kebenaran Illahi. Sertakan airmata sebagai pertanda kesungguhan dalam pengharapan dan pengampunan pada dzat yang maha sempurna kasihnya.

UKHTI... lembutkanlah hati dengan senantiasa membiasakan dzikir baik dengan lisan atau hati kita. Pada saat sendiri atau ditengah hiruk pikuk keramaian manusia. Dengan begitu kita tak akan mudah larut dalam logika kemanusiaan kita. Saat persoalan dunia menghimpit, ada Allah yang senantiasa kita ingat bahwa Dialah tempat berawal dan kembalinya masalah. Bahwa kemudian tumbuh keyakinan bahwa Allah tidak akan pernah membebani makhluknyaNya dengan sesuatu di luar batas kemampuannya. Pada saat kemudahan hidup kita kita tidak mudah lalai sombong atau bahkan berkacak pinggang. Ada Allah yang meminta kita mempertanggungjawabkan setiap amal kita.

UKHTI… mari kita jelang masa pernikahan dengan prestasi gemilang karena kita mampu mengisi masa penantian ini dengan keimanan terhadap takdir Allah. Bahwa Allah pasti memberikan yang terbaik bagi setiap diri kita. Kebahagiaan dan kesedihan adalah logika manusia. Semua menjadi indah dan penuh makna karena kesediaan kita terhadap garis ketentuanNya. Satu yang senantiasa harus kita ingat bahwa anak yang lahir dari rahim kita, mereka adalah manusia masa depan. Kepada mereka kita menitipkan segala harapan. Seperti apa peradapan yang akan berlaku di muka bumi ini akan sangat bergantung pada mereka. Warna apa yang hendak mereka torehkan ..itulah dunia !!

Dan aku yakin bahwa semua kita mengingikan bahwa Islam yang akan menjadi warna peradapan dunia ini. Aku Yakin itu ! Maka agar dari rahim ini lahir generasi rabbani nan sholih yang menghasung peradapan Islam, adalah sanagt penting kita dapat menegakkan keshalihan pribadi terlebih dulu. Wallahualam bishowab !

2 komentar:

avicenna16@FKunmul mengatakan...

very like this...
inspiring note..Jazakillah
bagi pria juga jk ingin mendptkan wanita yg Sholehah, mk hrs memperbaiki kualitas pribadinya...

sy rasa Farah Azkiya berbakat untk menulis...

avicenna16@FKunmul mengatakan...

very like this...
inspiring note..Jazakillah
bagi pria juga jk ingin mendptkan wanita yg Sholehah, mk hrs memperbaiki kualitas pribadinya...

sy rasa Farah Azkiya berbakat untk menulis...

Posting Komentar