23 Tahun Usiamu Kini Ukhti…

Ukhti, karena kasih sayang Allah-lah detik ini engkau bisa menghirup segarnya udara di subuh hari, menikmati dinginnya angin yang membawa kedamaian serta suara dedaunan pohon yang menyempurnakan ketenangan jiwa...


Ukhti, karena rahmat Allah-lah detik ini engkau bisa merasakan manisnya jiwa penuh keimanan sehingga tidak ada yang lebih engkau cintai Allah dan Rasul-Nya. Sehingga tidak ada yang lebih engkau harapkan dibandingkan Khusnul Khatimah menjadi akhir perjalanan hidupmu…

Ukhti, hari ini Allah menatapmu dalam jumlah hari yang semakin berkurang dalam usiamu. Perjalanan waktu hidupmu telah banyak memberi makna kehidupan dalam kedewasaan sikapmu. Terlalu banyak jika di urai kesalahan dan dosa yang pernah kau lakukan. Terlalu sedikit kebaikan yang baru kau kerjakan. Adakah bilangan waktu menjadi cermin dalam menyikapi detik-detik waktu yang semakin berkurang?

Ukhti, masihkah kau ingat ketika malam-malam mu senantiasa kau hiasi dengan doa-doa agar dunia diletakkan di tanganmu bukan di hatimu? Masih ingatkah akan doamu menjadi hafizah Al-Quran agar menjadi hadiah terindah untuk kedua orangtuamu? Masih ingatkah akan doamu menjadi pengusaha yang kaya agar dengan kekayaan itu engkau bisa memberi makan orang fakir dan miskin? Masih Ingatkah akan doamu menjadi dokter yang sukses agar kesehatan itu menjadi sebuah nikmat yang wajib disyukuri setiap orang?

Ukhti, masihkah menjadi  obsesimu, bahwa hidup ini adalah perjuangan meniti Ridho Ilahi, hingga semangat itu tidak akan luntur hingga takdir Allah mempertemukanmu dengan Malaikat Izrail, sang pencabut nyawa? Masihkah kenikmatan Syurga yang begitu menggiurkan menjadi dambaanmu? Gunakanlah ketakutan dan pengharapan penghias jiwamu hingga menjadi sebab Allah berkenan memasukkanmu kedalam Jannah-Nya…

Ukhti, bersyukurlah pada Allah yang telah memberikan segala kebaikan untukmu. Sebuah keluarga yang sangat mencintaimu dan saudara-saudara perjuangan yang senantiasa menyemangatimu. Serta bersabarlah untuk sebuah penantian akan kehadiran seorang pendamping  sholeh yang Allah hadiahkan menjadi penentram jiwamu mengarungi pengembaraan yang panjang ini. Gunakanlah syukur dan sabar penghias hari-harimu hingga menjadi sebab terkabulkannya segala doa-doamu…

Ukhti, panjangkanlah senantiasa rakaat-rakaat shalatmu, tetaplah santun pada Rabb mu dan juga manusia. Menangislah kembali pada-Nya mengadukan segala kelemahanmu, mohon ampunlah atas dosa-dosa yang disadari maupun tidak. Mintakan dengan air mata yang berlinang, suara yang sendu, dan hati yang penuh takut dan harap disepertiga malam-Nya agar engkau diberikan kekuatan menapaki jalan dakwah yang menjadi pilihanmu, iman yang berlimpah, hati yang lembut dan bercahaya serta lisan yang terjaga mengeluarkan kata-kata yang baik.

Ukhti, jangan pernah melupakan azzammu, mengabdi pada Allah dan suamimu kelak. Bukankah hidupmu telah kau wakafkan untuk perjuangan agamamu. Dunia ini hanyalah kesenangan yang menipu. Tidak ada kebahagiaan kecuali dengan ilmu dan amal. Komitmenlah menjadi penghafal Al-Qur'an dan segera selesaikan koassmu!!!


Ukhti, jangan pernah mengeluh dengan sesak dan beratnya medan perjuangan yang kau lalui. Perempuan-perempuan di Palestina memegang batu untuk berjuang, di sini kau hanya memegang pena dan keyboard yang dapat merangkai beribu cerita yang membawa ibrah, goreskanlah terus mata penamu yang tajam itu. Perempuan-perempuan di Palestina diperkosa, tapi kau nyaman di sini dalam dekapan keluargamu. Bersyukurlah dengan keadaanmu. Mohonkanlah pada Allah, agar kemuliaan menjadi milikmu dan semua muslimah yang ridho Allah sebagai Rabb-nya, Muhammad Rasul-nya serta Islam jalan hidup-nya…


23 tahun usiamu kini ukhti, semoga tetap menjadi penyejuk jiwa dan penentram hati bagi kedua orang tua. Semoga bisa menjadi pengobar semangat da’wah bagi suamimu dan guru yang baik untuk anak-anakmu kelak. Sekali lagi, tetapkanlah komitmenmu!!!!


Samarinda, 20 Mei 2011, 04.00 WITA
Dalam 23 tahun perjalanan usiaku.
Terinspirasi dari catatan mb Yesi 

0 komentar:

Posting Komentar