Sepenggal Kisah Dari Mesir: Surat Mohammed El Beltaji Untuk Putrinya
Mesir meninggalkan duka mendalam bagi seluruh umat muslim. Ribuan rakyat tak bersenjata di serang oleh pasukan militer dengan senjata lengkap. Hari rabu 14 Agustus 2013 di Medan Rab'ah dibanjiri darah para syuhada. Salah satu diantaranya adalah Asmaa Mohamed El Beltaji berusia 17 tahun. Beliau adalah putri satu-satunya Mohammed El Beltaji,
seorang pimpinan Ikhwanul Muslimin. Semoga Allah swt merahmati beliau.
Beberapa hari sepeninggalnya, sang ayah pun menuliskan surat yang ditujukan untuknya. Surat yang menyatakan kedukaan, kebanggaan dan keyakinan yang kokoh akan janji Allah swt. Surat yang sangat menggugah bagi siapa saja yang membacanya karena menyentuh relung jiwa terdalam karena setiap kata yang tertulis seolah mengungkapkan nyanyian hati sang ayah. air mata ini pun tak terbendung saat membaca surat tersebut sebagaimana di bawah ini...
Putriku tercinta dan guruku
yang mulia.. Asma al-Beltaji, aku tidak mengucapkan selamat tinggal padamu,
tapi kukatakan bahwa besok kita akan bertemu lagi.
Kau tidak pernah dijajah oleh perkara sia-sia yang menyibukkan para remaja se
usiamu. Meskipun pendidikan tidak mampu memenuhi aspirasi dan ketertarikanmu,
kau selalu yang terbaik di kelas.
Aku tidak punya cukup waktu untuk membersamaimu dalam hidup singkat ini,
terutama karena waktuku tidak memungkinkan untuk menikmati kebersamaan
denganmu. Terakhir kali kita duduk bersama di Rabaa Al Adawiya kau berkata
padaku, "Bahkan ketika Ayah bersama kami, Ayah tetap sibuk" dan
kukatakan "Tampaknya bahwa kehidupan ini tidak akan cukup untuk menikmati
setiap kebersamaan kita, jadi aku berdoa kepada Tuhan agar kita menikmatinya
kelak di surga."
Dua malam sebelum kau dibunuh, aku melihatmu dalam mimpiku dengan gaun pengantin putih dan kau terlihat begitu cantik. Ketika kau berbaring disampingku aku bertanya, "Apakah ini malam pernikahanmu?" kau menjawab, "Waktunya adalah di sore hari Ayah, bukan malam". Ketika mereka bilang kau dibunuh pada Rabu sore aku mengerti apa yang kau maksud dan aku tahu Allah telah menerima jiwamu sebagai martir. Kau memperkuat keyakinanku bahwa kita berada di atas kebenaran dan musuh kita berada pada kebathilan.
Aku merasa sangat terluka karena tidak berada di perpisahan terakhirmu dan tidak melihatmu untuk terakhir kalinya, tidak mencium keningmu, dan memilki kehormatan untuk memimpin shalat jenazahmu. Aku bersumpah demi Allah sayang, aku tidak takut kehilangan nyawaku atau penjara yang tidak adil, tapi aku ingin membawa pesan yang kau telah berkorban nyawa ntuknya, untuk menyelesaikan revolusi, untuk menang dan mencapai tujuannya.
Jiwamu telah dimuliakan dengan kepala terangkat tinggi melawan tiran. Peluru tajam telah membelah dadamu. Yang menurutku luar biasa dan penuh dengan kebersihan jiwa. Aku yakin bahwa kau jujur kepada Allah dan Dia telah memilihmu di antara kami, memberimu kehormatan dengan pengorbanan.
Akhirnya, putriku tercinta dan guruku yang mulia... aku tidak mengucapkan selamat tinggal, tapi aku mengucapkan sampai jumpa kita akan segera bertemu dengan Nabi kita tercinta dan sahabat-sahabatnya di surga, dimana keinginan kita untuk menikmati kebersamaan kita akan menjadi kenyataan.
Dua malam sebelum kau dibunuh, aku melihatmu dalam mimpiku dengan gaun pengantin putih dan kau terlihat begitu cantik. Ketika kau berbaring disampingku aku bertanya, "Apakah ini malam pernikahanmu?" kau menjawab, "Waktunya adalah di sore hari Ayah, bukan malam". Ketika mereka bilang kau dibunuh pada Rabu sore aku mengerti apa yang kau maksud dan aku tahu Allah telah menerima jiwamu sebagai martir. Kau memperkuat keyakinanku bahwa kita berada di atas kebenaran dan musuh kita berada pada kebathilan.
Aku merasa sangat terluka karena tidak berada di perpisahan terakhirmu dan tidak melihatmu untuk terakhir kalinya, tidak mencium keningmu, dan memilki kehormatan untuk memimpin shalat jenazahmu. Aku bersumpah demi Allah sayang, aku tidak takut kehilangan nyawaku atau penjara yang tidak adil, tapi aku ingin membawa pesan yang kau telah berkorban nyawa ntuknya, untuk menyelesaikan revolusi, untuk menang dan mencapai tujuannya.
Jiwamu telah dimuliakan dengan kepala terangkat tinggi melawan tiran. Peluru tajam telah membelah dadamu. Yang menurutku luar biasa dan penuh dengan kebersihan jiwa. Aku yakin bahwa kau jujur kepada Allah dan Dia telah memilihmu di antara kami, memberimu kehormatan dengan pengorbanan.
Akhirnya, putriku tercinta dan guruku yang mulia... aku tidak mengucapkan selamat tinggal, tapi aku mengucapkan sampai jumpa kita akan segera bertemu dengan Nabi kita tercinta dan sahabat-sahabatnya di surga, dimana keinginan kita untuk menikmati kebersamaan kita akan menjadi kenyataan.
Teriring doa untuk keduanya, semoga Allah swt memuliakan keduanya ust.Mohammed El Beltaji dan putrinya Asmaa Mohamed El Beltaji dan mempertemukan keduanya kembali di surga yang dijanjikan-Nya. Amin
Langganan:
Postingan (Atom)